12. Kepiawaian Murid Bu Eng Cu

774 19 0
                                    

Cin Pau adalah seorang yang telah memiliki ilmu kepandaian tinggi dan dari suhunya ia pernah pula mendengar nama Kim-i Lokai, hingga sudah sepatutnya kalau ia berdiam diri dan tidak mau menyombongkan kepandaian, terutama untuk menghadapi seorang tokoh besar seperti Kim-i Lokai adalah hal yang bukan tidak berbahaya. 

Akan tetapi, betapapun juga, ia masih amat muda dan darahnya masih menggelora penuh keberanian yang terdorong oleh nafsu mudanya. Maka mendengar ini, ia segera bergerak hendak berdiri dari tempat duduknya.

Akan tetapi, ternyata ia kalah dulu oleh tuan rumah sendiri. Can Kok maklum akan maksud Kim-i Lokai yang hendak membalaskan rasa malu yang diderita oleh murid Gan Hok, maka untuk menjaga jangan sampai ia dianggap licik dan juga untuk mendemonstrasikan ilmu tombaknya, ia lalu mendahului orang lain dan melompat kehadapan Kim-i Lokai.

"Lo-enghioang," katanya sambil tertawa dan menjura, "aku merasa girang dan berterima kasih sekali kepada kau orang tua yang bermaksud baik dan yang membantu meramaikan pertemuan ini. Akan tetapi sebagai tuan rumah, sebelum orang lain memperlihatkan ilmu kepandaiannya yang tinggi, terlebih dulu biarlah aku memperlihatkan kebodohanku. Tidak tahu dengan cara bagaimanakah lo-enghiong hendak mengukur kebodohanku?"

Kim-i Lokai tercengang karena tidak disangkanya bahwa tuan rumah ini maju sendiri, maka ia lalu tersenyum-senyum dan memutar-mutar kedua matanya. "Can-ciangkun sendiri hendak maju? Baik, baik! Telah lama lohu mendengar ilmu tombak cagak dari ciangkun yang amat tersohor, maka harap ciangkun suka memperlihatkan kepandaian itu, biar lohu mengimbanginya dengan tongkat ini!"

Ketika mendengar ucapan ini, Can Kok merasa gembira sekali oleh karena memang selain ilmu permainan tombak cagak ini, ia tidak tahu harus memamerkan kepandaian apa. Segera ia menyuruh pelayan mengambil kongce (tombak bercagak)

"Silakan menyerang dan jangan sungkan-sungkan, Can-ciangkun!" kata Kim-i Lokai sambil memelintangkan tongkat pada dadanya.

Can Kok segera menyerang dengan kongcenya dan ketika ia mulai bersilat dan melakukan penyerbuan, para tamu diam-diam memuji oleh karena permainan tombak cagak dari perwira ini benar-benar lihai dan kuat. Harus diketahui bahwa semenjak dikalahkan oleh hwesio muka hitam di kuil Thian Lok Si hingga ia merasa terhina dan malu sekali, Can Kok lalu melatih diri dan memperdalam ilmu silatnya sampai bertahun-tahun sehingga kalau dibandingkan dengan dulu sebelum dikalahkan oleh hwesio itu, ilmu kepandaiannya telah meningkat jauh sekali. Tenaga yang disalurkan pada senjata itupun besar sekali sehingga tiap kali ia menusuk dengan senjatanya ujung tombak itu sampai menggetar dan apabila ia memukulkan tombaknya, maka terdengar bersiutnya angin pukulan.

Kalau permainan kongce dari Can Kok ini telah mengagumkan para penonton, adalah permainan tongkat Pengemis Tua Baju Emas membuat hati Cin Pau berdebar. Kalau yang menyerbu kuil itu orang-orang segagah ini, pasti kuil itu akan dapat dihancurkan, pikirnya. Permainan tongkat kakek pengemis itu benar-benar hebat karena biarpun yang digerakkan hanya sebatang tongkat kayu yang kecil, akan tetapi tiap kali tombak Can Kok yang bertenaga besar itu terbentur oleh ujung tongkat, tombak itu selalu terpental hingga Can kok beberapa kali mengeluarkan seruan kaget. Namun perwira ini masih tetap menyerang terus walaupun sedikit juga serangannya tak berarti bagi pengemis yang kosen itu.

Setelah melayani Can Kok sampai tiga puluh jurus lebih, Kim-i Lokai melompat mundur dengan cepat dan berkata, "Cukup, cukup!" Can-ciangkun cukup gagah untuk menyerbu ke kuil Thian Lok Si!"

Can Kok merasa puas, karena biarpun ia tidak dapat mengalahkan pengemis lihai itu, namun ia tidak sampai tercela permainan tombaknya. Semua penonton juga menganggap demikian, akan tetapi Cin Pau yang lebih tajam dan lebih tahu akan gerakan-gerakan Kim-i Lokai, dapat melihat betapa dengan luar biasa cepatnya, ketika hendak melompat mundur tadi, ujung tongkat kakek itu telah menerobos di antara sinar kongce dan menyabet ujung lengan baju Can Kok. Dan ketika Cin Pau memperhatikan ujung lengan baju itu, benar saja di situ terdapat sebuah lubang bekas tusukan tongkat.

Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang