15. Putera-puteri Pemberontak

743 18 0
                                    

Ternyata bahwa ketika menghadapi keempat pengeroyoknya yang perkasa itu, akhirnya Sin-jiu Lokai Li Song Ek tidak kuat melawan lebih lama lagi, lebih-lebih ketika di antara orang-orang gagah yang tadi membantu tentara lalu maju mengeroyoknya pula. 

Akhirnya, setelah menjatuhkan beberapa orang, ia lalu menjadi kurban keroyokan banyak senjata dan roboh dengan tubuh penuh luka.

Can Kok merasa gembira sekali karena dapat membalas dendam, biarpun ia masih merasa penasaran dan tidak puas melihat betapa Un Kong Sian masih dapat melarikan diri. Yang membuat mereka penasaran dan heran adalah Cin Pau, pemuda baju putih yang tadinya diharapkan untuk membantu itu ternyata bahkan membantu Sian Kong Hosiang.

Hanya Gak Song Ki sendiri yang diam-diam merasa menyesal dengan terjadinya pembakaran kuil ini dan ia merasa kasihan kepada Sian Kong Hosiang, karena dari sikap hwesio itu ia merasa ragu-ragu untuk percaya bahwa hwesio itu adalah seorang jahat. Dan yang membuat ia termenung bagaikan menghadapi teka teki adalah ketika mendengar betapa Cin Pau menyebut "ayah" kepada hwesio itu. Ia mendengar dari Can Kok bahwa Sian Kong Hosiang adalah Un Kong Sian, sute dari kedua pemberontak Khu Tiong dan Ma Gi, akan tetapi sepanjang pengetahuannya, Un Kong Sian tidak punya anak bahkan telah bercerai dari isterinya, mengapa sekarang orang she Un itu tahu-tahu telah mempunyai seorang putera yang demikian lihainya?

Can Kok memang telah dapat mengetahui rahasia Un Kong Sian, yakni dengan jalan "membeli" seorang hwesio dari kuil Thian Lok Si dan juga ia telah mencari keterangan pada janda Un Kong Sian, yakni Bi Nio yang sudah diceraikan dan yang telah kembali ke rumah orang tuanya.

Dengan hati girang karena merasa berhasil dalam usahanya membasmi kuil Thian Lok Si, Can Kok dan kawan-kawannya lalu kembali ke kota raja untuk membuat laporan kepada kaisar.

Peristiwa pembakaran kuil Thian Lok Si itu takkan dapat dilupakan oleh penduduk di sekeliling daerah itu, yang dianggapnya perbuatan biadab yang amat kejam. Setelah para tentara itu pergi sambil membawa kurban-kurban dari pihak mereka, barulah para penduduk berani keluar. Akan tetapi mereka tidak berani mencoba untuk memadamkan api yang mengamuk dan membakar kuil, hanya mereka lalu bergotong royong menolong para hwesio yang terluka serta menguburkan mereka yang telah tewas.

Sedangkan sisa para hwesio yang terluput dari pada kebinasaan, melarikan diri cerai berai mencari tempat perlindungan sendiri-sendiri. Mereka ini hanya dapat menyesali nasib dan termenung memikirkan dosa apakah yang telah mereka perbuat pada penjelmaan di waktu dahulu hingga kini mereka mengalami bencana sebesar itu.

******

Sian Kong Hosiang mengajak Cin pau melarikan diri ke dalam sebuah hutan di luar kota Tiang-an, dan setelah mereka berhenti berlari dan berdiri di bawah pohon, Sian Kong Hosiang lalu memeluk Cin Pau dan berkata,

"Anak muda, betulkah kau Cin Pau putera Lin Hwa?"

"Cin Pau menjatuhkan diri berlutut dan menjawab, "Betul ayah, telah beberapa hari aku mencarimu di Tiang-an hingga terbujuk oleh Can-ciangkun untuk membantu menyerbu kuil Thian Lok Si yang katanya menjadi sarang penjahat." Dengan singkat Cin Pau lalu menuturkan pengalamannya hingga berulang-ulang Sian Kong Hosiang menghela napas panjang.

"Memang Can Kok berhati jahat dan menaruh dendam besar, padahal kuil Thian Lok Si tidak pernah bersalah kepadanya." Kemudian ia menuturkan kepada Cin Pau tentang pengalamannya dulu ketika melarikan diri dengan ibu pemuda itu dan bersembunyi di kuil Thian Lok Si dan betapa Can Kok mendapat hajaran dari Lokoai yang sekarang telah menjadi mayat itu. Kemudian mereka berdua lalu menggali lubang di dalam hutan itu dan menguburkan jenazah Lokoai yang malang itu.

Setelah penguburan itu selesai, Cin Pau lalu menyatakan bahwa maksudnya mencari Sian Kong Hosiang ialah untuk menanyakan di mana adanya kuburan ayahnya dan Ma Gi yang tewas karena keroyokan para perwira.

Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang