16. Penangkapan Keluarga Gak-ciangkun

810 21 0
                                    

Pada saat itu, terlihat serombongan orang yang dipimpin oleh Can Kok mendatangi dengan cepat dan ketika mereka melihat Siauw Eng, Can Kok lalu memberi aba-aba dan semua orang yang ternyata adalah tentara-tentara kerajaan itu lalu maju mengejar dan mengurung. "Tangkap pemberontak!" seru mereka.

Siauw Eng menjadi marah sekali. Dengan pedang di tangan ia menanti kedatangan mereka dan setelah dekat ia lalu berseru keras, "Ya, akulah anak pemberontak Ma Gi! Ayoh maju, siapa yang berani, cobalah tangkap aku, Gobi Ang Sianli!"

Beberapa orang anak buah Can Kok maju menyerbu akan tetapi begitu tubuh Siauw Eng berkelebat merupakan cahaya merah, dua orang pengeroyok telah roboh mandi darah.

"Ayoo, pembunuh-pembunuh ayahku, pembunuh kakekku dan sekeluargaku! Majulah menerima pembalasan keturunan keluarga Ma!" Siauw Eng dengan nekad menyerbu dan mengamuk. Setiap lawan yang mencoba menyambutnya, baru beberapa gebrakan saja terus roboh tak kuat menghadapi dara yang gagah dan sedang marah, hebat itu.

Can Kok terpaksa maju dengan senjata kongce yang diandalkan di tangan, lalu membantu mengeroyok dengan hebat. Siauw Eng tidak menjadi gentar, bahkan lalu mengamuk lebih hebat lagi.

Ternyata bahwa Can Kok mendengar berita dari Gu Liong dan ibunya. Memang semenjak dulu, ibu Gu Liong, yakni nyonya janda Gu Keng Siu itu, menaruh dendam hebat kepada keluarga Khu dan Ma dan selalu mengharapkan untuk dapat membalas dendam itu kepada keturunan kedua keluarga yang telah membunuh suaminya itu. Kini ia mendengar dari Gu Liong bahwa keturunan keluarga yang dibencinya itu masih ada, yakni Cin Pau dan Siauw Eng, maka segera ia mengadakan hubungan dengan Can Kok yang serta merta memimpin beberapa orang anak buahnya untuk menawan Siauw Eng.

Gu Liong sendiri tidak ikut mengeroyok karena ia dan ibunya mempunyai tugas lain yang lebih mengerikan dan kejam, yakni Gu Liong dipaksa oleh ibunya untuk mengantarkannya pergi ke makam kedua musuh besar itu.

Telah lama Can Kok memang menaruh hati iri terhadap Gak Song Ki yang mempunyai kedudukan lebih tinggi darinya. Biarpun di luarnya ia selalu bersikap ramah tamah dan hormat, akan tetapi di dalam hati ia merasa iri dan dengki. 

Kini mendengar bahwa puteri Gak Song Ki itu ternyata adalah anak tiri dan adalah keturunan langsung dari Ma Gi, ia menjadi girang dan segera pergi dengan maksud membikin cemar dan malu nama perwira itu, dan menawan Siauw Eng. Kebetulan sekali rombongan bertemu dengan Siauw Eng yang hendak melarikan diri, maka segera ia maju menyerang.

Namun, ia menghadapi perlawanan yang tak disangka-sangka semula. Pedang Siauw Eng ganas sekali dan dara itu sukar didekati. Siapa berani mendekati tentu menjadi kurban pedang. Bahkan kongce dari perwira itu sendiri tak banyak berdaya menghadapi pedang Siauw Eng.

Karena bencinya kepada perwira ini, Siauw Eng lalu mengerahkan seluruh kepandaiannya untuk melakukan serangan bertubi-tubi. Kalau saja tidak banyak anak buahnya yang membantu, pasti perwira she Can itupun tidak kuat menahan serbuan Siauw Eng yang hebat ini.

Pada saat itu, terdengar bentakan. "Pemberontak kecil sungguh ganas." Suara ini adalah suara Kim-i Lokai, pengemis tua yang masih berada di kota raja yang datang bersama-sama Pauw Su Kam, suheng dari Can Kok itu. Dengan datangnya dua orang lihai itu, keadaan menjadi berubah dan kini Siauw Eng terkurung rapat dan terdesak hebat sekali. Siauw Eng melawan dengan nekat dan mati-matian, mengeluarkan kedua ilmu pedangnya Sin-Coa Kiamhwat dan Pek-Tiauw Kiamhwat berganti-ganti. Akan tetapi, ia menghadapai Kim-i Lokai yang tingkat ilmu kepandaiannya sudah sejajar dengan kedua guru nona itu sendiri, sedangkan Pauw Su Kam juga memiliki ilmu kepandaian yang tak boleh dipandang ringan, maka tentu saja makin lama ia makin terkurung rapat oleh senjata-senjata lawan.

"Siauw Eng, jangan takut, aku datang membantu!" terdengar seruan garang dan berkelebatlah bayangan putih yang gesit sekali. Cin Pau yang menyusul telah tiba pada saat yang tepat dan membantu Siauw Eng menghadapi lawannya yang banyak dan lihai itu. Hebat sekali sepak terjang kedua anak muda itu yang bertempur saling membelakangi hingga tidak ada lawan dapat berlaku curang. Seorang diri Cin Pau dikeroyok oleh Kim-i Lokai, Pauw Su Kam, dan Can Kok yang merasa girang sekali dengan datangnya Cin Pau.

Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang