Pada saat orang-orang memuji Cin pau, tiba-tiba dari luar berkelebat bayangan-bayangan orang dan biarpun Cin Pau dan Kim-i Lokai bermata tajam, namun mereka berdua inipun tidak melihat dengan jelas gerakan orang-orang yang baru datang dan tahu-tahu di tengah ruangan itu telah berdiri dua orang tosu tua.
Ketika Gak Song Ki melihat dua orang tosu ini, dengan girang sekali ia lalu menjatuhkan diri berlutut dan berseru, "Suhu dan Supek!"
Maka tahulah mereka bahwa yang datang ini adalah dua orang tokoh Gobi-san yang terkenal, yakni Cin Can Cu dan Bok San Cu. Semua orang, juga Cin Pau lalu menjura dan memberi hormat kepada dua orang tosu lihai ini.
Ketika Cin Pau mendengar bahwa kedua orang tosu ini adalah kedua guru Siauw Eng, maka ia menjadi kagum. Tak heran apabila gadis itu lihai karena guru-gurunya juga begini tinggi ilmu kepandaiannya.
Ternyata bahwa kedatangan kedua tokoh Gobi-san inipun atas undangan dan permohonan Gak Song Ki untuk membantu dia melakukan tugas yang diperintahkan oleh kaisar, yakni membasmi kuil Thian Lok Si. Oleh karena ia maklum bahwa hwesio-hwesio di Thian Lok Si memang berkepandaian tinggi, maka ia lalu minta pertolongan mereka.
Pada waktu itu, memang terjadi sedikit pertentangan antara para tosu dan para hwesio, yakni pemeluk agama To dan Agama Buddha, hingga ketika mendengar betapa hwesio-hwesio di Thian Lok Si berubah jahat dan bersekutu hendak memberontak, kedua orang tosu itu menjadi marah dan segera datang untuk membantu Gak Song Ki membasmi kuil itu.
Pada masa itu, tidak sedikit terdapat hwesio-hwesio yang jahat, karena banyak orang-orang jahat dengan berkedok menjadi pendeta dan menggunduli rambutnya, masih tetap melakukan kejahatan mereka sehingga hal ini tentu saja menodai nama para hwesio umumnya.
Dengan datangnya dua orang sakti ini, maka pihak para perwira yang hendak menjalankan perintah kaisar itu menjadi kuat sekali, apalagi di pihak mereka terdapat juga Cin Pau yang biarpun masih muda, akan tetapi sudah boleh diandalkan karena kepandaiannya yang tinggi itu.
Penyerbuan kuil Thian Lok Si akan dilakukan pada keesokkan harinya, dan Gak Song Ki segera minta kepada kedua orang tosu itu untuk bermalam di gedungnya. Hal ini diterima baik oleh dua orang tokoh Gobi-san itu yang ingin sekali melihat murid mereka Siauw Eng.
Karena makin tertarik dan suka kepada Cin Pau, Gak-ciangkun lalu membujuk-bujuk agar supaya pemuda itu suka pula mampir dan bermalam di rumahnya. Cin Pau tak dapat menolak, terutama karena ia ingin bercakap-cakap dengan kedua orang pendekar tua dari Gobi-san itu, katanya. Padahal, di lubuk hatinya ada suara yang hanya didengarnya sendiri, yang berbisik bahwa ia ingin bertemu atau melihat wajah Siauw Eng, dara jelita yang sombong dan galak itu.
Ketika mendengar tentang kedatangan dua orang suhunya, Siauw Eng menjadi girang sekali dan ia berlari-lari menyambut kedatangan kedua orang tosu itu. Dengan girang sekali ia lalu menjatuhkan diri berlutut di depan kedua orang suhunya yang juga memandangnya dengan bangga dan senang. Mereka lalu beramai-ramai masuk ke dalam dan ketika dara itu bertemu pandang dengan Cin Pau, mulutnya bergerak seperti hendak menegur karena ia merasa heran sekali, akan tetapi ia tidak mengeluarkan kata-kata sesuatu, hanya dari pandang matanya Cin Pau tahu bahwa gadis itu tidak marah. Bahkan bibir yang manis itu kemudian tersenyum kepadanya, seolah-olah mereka telah menjadi kenalan lama yang baik hubungannya.
Ketika ditanya, Cin Pau mengaku bahwa ia adalah murid Bu Eng Cu Tiauw It Lojin. Ia tidak mau memberitahu bahwa iapun murid Beng Hong Tosu, karena ia maklum bahwa nama ini tentu akan dihubungkan pula dengan keluarga Khu dan Ma yang menjadi muridnya, dan juga dengan Un Kong Sian. Dalam keadaan seperti ini dan karena berada di kota raja, ia harus berlaku hati-hati dan jangan menimbulkan kecurigaan di kalangan perwira. Bukan karena ia takut, akan tetapi karena ia tidak mau menghadapi kesulitan-kesulitan baru.
![](https://img.wattpad.com/cover/86552844-288-k39935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPH
General FictionKaisar terkejut sekali, apalagi ketika mendengar bahwa seorang di antara kedua orang pemberontak itu adalah Gobi Ang Sianli yang telah terkenal namanya di kota raja, dan alangkah marahnya ketika ia mendengar bahwa pemberontak ini semenjak kecil tela...