04. Perkawinan Nestapa

1.1K 21 0
                                    

Peristiwa yang terjadi pada keluarga Khu dan Ma itu, tidak saja mendatangkan malapetaka pada kedua keluarga tersebut, akan tetapi juga mendatangkan malapetaka yang tak kalah hebatnya pada keluarga Pangeran Gu Mo Tek dengan terbunuhnya Gu Mo Tek dan kedua orang puteranya, Gu Keng Siu dan Gu Leng Siu, oleh amukan Khu Tiong dan Ma Gi.

Pada malam hari terjadinya pembunuhan itu, gegerlah seluruh keluarga pangeran itu. Nyonya pangeran yang sudah tua menangis sampai jatuh pingsan beberapa kali, sedangkan isteri kedua orang muda ini memeluki jenazah suaminya sambil menangis tersedu-sedu. 

Mereka ini harus dikasihani oleh karena sama sekali tidak berdosa dan tidak tahu menahu tentang urusan yang mendatangkan malapetaka ini, bahkan kematian Gu Keng Siu dan Gu Leng Siu juga mengandung penasaran besar karena kedua orang muda inipun tidak tahu akan pengkhianatan terhadap kedua orang sastrawan tua yang dilakukan oleh ayah mereka.

Pada saat terjadinya pembunuhan ini, isteri Gu Keng Siu telah mempunyai seorang putera berusia lima bulan, sedangkan isteri Gu Leng Siu mengandung muda, paling banyak empat bulan. Dapat dibayangkan betapa hancur dan sedih hati mereka dan berbareng dengan kesedihan hebat ini, timbul pula dendam yang mendalam dan besar di dalam hati mereka terhadap Khu Tiong dan Ma Gi. Kedua nama ini mereka ingat baik-baik dan selama hidup takkan pernah mereka lupakan.

Beberapa bulan kemudian, isteri Gu leng Siu melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Gu Hwee Lian. Dan karena nyonya janda ini masih muda lagi cantik jelita, maka ketika datang pinangan dari seorang komandan meliter berpangkat Touw-tong yang masih muda lagicakap dan gagah, ia menerimanya lalu berpindah ke rumah gedung Touw-tong itu ke kota Lok-keng. Towtong ini bernama Gan Hok dan ia memiliki ilmu kepandaian silat yang tinggi, mewarisi ilmu kepandaian silat ayahnya yang telah meninggal dunia. Gan Hok menerima anak tirinya dengan hati rela, karena iapun suka melihat anak yang mungil dan mukanya mirip ibunya itu.

Adapun nyonya janda Keng Siu tidak mau kawin lagi, bahkan bersumpah hendak menjadi janda sampai tiba saatnya menyusul suami ke alam baka dan bersumpah pula hendak menjagaputeranya yang bernama Gu Liong itu agar kelak dapat membalaskan dendam hatinya. Nyonya janda Cu Keng Siu tetap tinggal bersama ibu mertuanya di gedung nyonya pangeran ini, dan kadangkala ia mengunjungi ibu Gu Hwee Lian yang kini menjadi nyonya Gan Hok itu. Mereka tetap mengadakan perhubungan seperti biasa oleh karena biarpun yang seorang telah menjadi isteri orang lain, namun dendam hati mereka masih sama hingga seakan-akan ada pertalian erat di antara mereka berdua, bahkan Gan Hok telah berlaku baik sekali kepada nyonya janda Gu Keng Siu dan ketika diminta, ia suka menerima Gu Liong menjadi muridnya, dan mengajarsilat kepadananak laki-laki ini bersama dengan anak tirinya, yakni Hweee Lian.

Biarpun kedua orang perempuan yang mengandung dendam hati besar ini telah mendengar bahwa kedua orang musuh mereka, yakni Khu Tiong dan Ma Gi, telah dapat ditewaskan oleh para perwira, namun mereka tetap merasa kurang puas oleh karena kedua isteri musuh-musuh ini masih hidup dan bahkan sedang mengandung tua sehingga rasa dendam mereka segera berpindah kepada isteri Khu Tiong dan isteri Ma Gi beserta anak-anak mereka.

Demikian hebat rasa dendam yang sudah mengeram dan meracuni hati wanita, sehingga mereka tidak puas sebelum melihat musuh mereka di tumpas habis sampai semua keluarga dan keturunannya.
******

Nyonya janda Ma Gi yang tinggal di gedung Gak Song Ki akhirnya melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Ma Siauw Eng. Nama ini dipilih oleh Kwei Lan, nyonya janda itu, untuk memperingati ayah mertuanya, Ma Eng, maka anaknya pun diberi sama dengan huruf "Eng" pula. Gak Song Ki dan ibunya girang sekali dan suka melihat anak perempuan yang cantik dan mungil itu. Adapun tentang nama, Gak Song Ki tidak menaruh keberatan karena ia amat sayang kepada Kwei Lan.

Mendapat pelayanan yang amat manis dan baik dari perwira muda yang tampan itu beserta ibunya, dan melihat pula betapa Gak Song Ki selalu bersikap ramah tamah dan sopan santun, juga amat mencintainya, maka setahun kemudian Kwei Lan tak dapat menolak dan menerima dengan hati tulus pinangan perwira muda itu sehingga ia menjadi nyonya Gak Song Ki yang gagah. Orang tak dapat menyalahkan nyonya janda ini karena ia mempunyai banyak alasan kuat untuk menerima pinangan Gak Song Ki. Pertama-tama karena ia masih amat mudah, belum lebih dua puluh tahun hingga tentu saja hatinya masih ingin sekali mempunyai rumah tangga yang bahagia. Kedua karena Gak Song Ki adalah seorang perwira muda yang cukup tampan, sopan, dan gagah perkasa. Ketiga karena nyonya janda ini merasa telah berhutang budi dan mengingat akan nasib puterinya. Kalau ia menjadi nyonya perwira ini, tentu hidupnya akan terjamin dan dengan sendirinya ia tak usah kuatirkan nasib anaknya. Pula, dengan menjadi isteri Gak Song Ki ia tak perlu kuatir lagi akan dikejar-kejar oleh kaisar dan jiwanya serta keselamatan anaknya takkan terganggu pula.

Pembakaran Kuil Thian Lok Si - ASKPHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang