Neun

888 86 0
                                    


—Serendipity

—Alternate Universe

—Oneshoot

Saya masih tidak paham mengenai sekenario yang tuhan buat dalam penyatuan dua insan yang biasa orang sebut sebagai jodoh. Sebuah kebetulan, perumpamaan yang mereka buat untuk menyelesaikan permasalahan yang tak mampu dijangkau otak. Atau kejadian di luar nalar yang tak masuk akal.

Sebuah penyatuan dan sebuah perpisahan, selalu ada kebetulan di sana. Kebetulan bertemu, lalu kebetulan berpisah, dan kebetulan bertemu lagi. Saya mempertanyakan hakekat jodoh itu seperti apa? Saya tidak mampu memahaminya.

Terutama ketika langkah ini terhenti pada satu hati yang retak tak berbentuk. Menangis di pinggir jalan seperti jalang. Hati ini serupa labirin yang kadang menemukan jalan sesat untuk akhirnya memutar arah mencari jalan yang benar, namun tidak tahu apakah jalan ini menuju akhir dari perjalanan panjang. Hati ini seperti siklus; retak, hancur, memulih lalu kembali utuh.

Suatu kebetulan kembali menghampiri jalan cerita saya. Ia datang dengan seluet hitam menabrak diri yang tengah tersedu ini. tak banyak detik yang terbuang. Saya tak peduli dengan tindak tak sopan setelah bertabrakan lalu melenggang pergi tanpa maaf.

Namun entah malaikat datang dari mana yang berbisik untuk tidak mengabaikan dompet hitam tergeletak tepat di bawah kaki saya.

"Uzumaki Naruto." begitulah namanya. Dia menjatuhkan dompet tersebut. Ada beberapa nominal di sana. Tak banyak, namun bukan berarti sedikit.

Hati yang menangis akibat dicampakkan lelaki yang memiliki peran untuk membuat hati ini tegar, secara ajaib saya lupakan. Dalam otak saya, hanya ada nama orang tersebut. Seluet berjaket hitam. Tinggi. Memiliki rambut blonde. Dia ada di ujung jalan sana tengah mengitung uang dan ....

Dompet?

Tunggu. Saya mengernyit menatapnya dalam tanya. Sudah terlambat untuk menyadari bahwa lelaki itu seorang pencopet dan dia sudah merampas dompet tanpa saya sadari.

Lelaki bernama Naruto itu tak kalah kepalang kaget melihat tatap marah yang saya luncurkan.

"Jangan lari, saya membawa dompet anda." Saya berbicara lantang memaparkan dompet hitam milik lelaki itu. "Ah, atau ini dompet jarahan anda?"

"Kembalikan dompet saya," pintanya.

"Kembalikan dulu dompet saya."

"Anda tidak memiliki banyak uang di dalam sini. Yang anda punya hanya kenangan pahit berupa selembar foto lelaki yang mencampakkan anda." Dia menyeringai.

"Anda bisa menyimpannya, dan saya juga demikian. Saya akan menyimpan dompet anda, jika anda menganggap hal itu impas." Mendadak hati ini terasa diremas, begitu keras.

"Baiklah." Tidak ada tendeng alih pembelaan. Alih-alih dia menerima dengan lapang dada. Menyunggingkan senyum menyebalkan.

"Anggap saja dompet saya sebagai pengganti kenangan pahit anda. Simpan itu dengan baik dan jangan berikan pada siapa pun."

"Apa maksud anda?"

"KTP dan SIM saya ada di sana. Saya harap anda memiliki sedikit moral untuk tidak membuangnya."

Lelaki itu melenggang, "Apa anda merelakan uang anda?"

"Tidak. Saya hanya merasa untuk percaya bahwa anda tidak akan memakainya, Nona."

Tidak habis pikir. Saya mendapat satu kepercayaan pada seseorang penjahat sepertinya. Sepeninggal Uzumaki Naruto. Diri ini masih kehilangan akal sehat. Mengingat berpenggal-penggal kata yang ia titipkan kepadaku untuk tetap menjaga dempet miliknya. Sementara dompet saya.. saya melihat dia membuangnya pada kotak sampah. Memaparkan selembar kartu identitas lalu menyimpannya dalam saku.

NIJIKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang