CAPER CAMER

591 59 2
                                    

Saat menyukai seseorang, semua perhatian, pikiran, otak, tenaga, dan hati tercurah padanya. Ketika saat di keramaian sekali pun, ia dapat menemukan dengan mudah gadis yang sudah mengisi hatinya. Mencolek pipinya diam-diam, bersembunyi dari edaran lavender kemudian memeluknya erat. Sesaat sang gadis akan merajuk namun kemudian merona.

Cerita roman picisan ala remaja yang sedang kasmaran. Semuanya tampak merah jambu. Seolah dunia saat ini terpusat padanya. –pun dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya.

Ia tak pernah menyangka berjalan di pasar lalu berpapasan dengan rombongan clan Hyuuga akan membuatnya gugup. Meski ia tak mengenal satu pun dari mereka.

Karena mereka Hyuuga, karena mereka bermata seperti Hinata, itu yang membuatnya tak tenang. Semua hal yang berkaitan tentang Hinata selalu dapat ia temukan dengan mudah. Bahkan dalam tulisan yang panjang dan membosankan sekali pun, jika ada satu kata 'Hyuuga' yang terselip di dalamnya, mampu ia lihat dengan jelas.

Naruto Uzumaki, pria yang baru-baru ini tengah merasakan bagaimana rasanya memiliki pacar. Ia harus membagi perhatiannya pada orang-orang yang dekat dengan Hinata. Seperti yang dikatakan orang-orang, "Jika kau menyukai seseorang, kau juga harus mendekati keluarganya."

Caper Camer

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Author: Vinara 28

Kaki jenjang berlapis sandal itu berlari begitu kencang, berusaha menyeimbangakan diri dari lapisan salju tebal sebelum akhirnya memasuki sebuah gedung yang begitu besar. Udara dingin tak lagi menghantam kulitnya, meski ia akan selalu hangat dengan syal merah yang melingkar di lehernya.

Edaran safir itu bergerak mencari-cari seseorang yang kebetulan tertangkap pada pengelihatannya. Kemudian melanjutkan berjalan sedikit cepat menuju satu ruangan.

Ia bersandar di dinding lorong tak jauh dari sebuah pintu yang tampak sibuk dengan percakapan-percakapan panjang, meski yang ia tangkap pada indra pendengarnya hanya samar-samar saja, tapi ia yakin jika obrolan di dalam begitu serius dan tak boleh diganggu.

Irisnya menunduk menatap syal berwarna merah yang masih setia melingkari leher untuk mengusir rasa bosan. Masih melekat dengan jelas dalam otaknya betapa gadisnya berusaha begitu keras untuk merajut syal itu, meski berulangkali hancur, namun tetap gigih untuk kembali memulai dari awal merajut benang menjadi sebuah syal.

Ia tersenyum setiap kali mengingatnya dan selalu saja membuat hatinya menghangat. Sayangnya senyuman itu harus ia sudahi karena suara pintu yang terbuka.

Dengan cepat Naruto berjalan menjauh—berpura-pura tengah berjalan seperti biasa— kemudian tersentak ketika sosok orang yang keluar dari ruangan hokage sudah berada di sampingnya.

"Eh? Hiashi-san, kebetulan sekali bertemu di sini," ujar Naruto yang tak ditanggapi oleh Hiashi, pasalnya ucapan Naruto terdengar sangat basi dan entah kenapa kebetulan seperti ini terjadi setiap hari dalam satu minggu secara berturut-turut.

"Masih membahas tentang Toneri?" Naruto mengimbangi langkah Hiashi.

Lagi-lagi Hiashi tak menjawab, ia hanya menghela napas panjang sebagai tanggapan dari pertanyaan Naruto.

Belakangan ini Hiashi rajin ke kantor hokage untuk menyampaikan informasi tentang Toneri juga tentang tenseigan. Meski masalah tentang bulan yang menghantam bumi sudah terselesaikan, namun Kakashi tak mau anggap remeh. Selagi Toneri masih hidup, ia tetap berjaga-jaga barang kali akan terjadi hal serupa. Itulah kenapa Hiashi harus memberikan semua informasi yang didapat saat bertemu dengan Toneri terakhir kali.

NIJIKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang