Zwölf

702 79 4
                                    

—Sexy Lingerie

—Alternate Universe

—Ficlet

—M-

"Naruto-kun~" suara Hinata mendayu panjang, memanggil sang suami yang masih enggan beranjak dari meja kerja, berkutat dengan komputer dan berkas-berkas yang tiada habisnya.

Sementara lelakinya, hanya menjawab dengan gumaman, tak melirik apa lagi menoleh barang sejenak saja. Seperti sebuah kebiasaan ketika akhir tahun, selalu seperti ini. Selalu sibuk begini. Sampai Hinata sebal dibuatnya.

Sudah dua tahun mereka menikah, namun belum mendapatkan keturunan. Hinata berpikir barangkali Naruto-nya terlalu sibuk untuk melakukan hal itu setiap hari.

Hinata geram, dia pergi dari kamar yang memiliki jarak tiga meter dari ruang kerja Naruto tanpa sekat. Sengaja dibuat seperti itu untuk memudahkan Naruto tidur ketika lelah menguasai saat harus mengerjakan lemburan. Namun ia tak memikirkan konsekuensinya. Seperti.. ya.. banyak godaan di atas ranjang itu.

Naruto memfokuskan diri menatap komputer yang menghadap langsung ke atas ranjang, jadilah ketika Hinata ngambek, pergi membanting pintu Naruto melihatnya melirik dari sudut komputer miliknya. Ia sedikit menghela napas lega. Merayu istrinya adalah perkara mudah. Yang sulit saat ini adalah fokus pada pekerjaan yang harus diserahkan besok disaat birahinya sedang menguasai. Sial.

Hinata kembali, dia menatap Naruto dingin, memajukan mulutnya. Tubuhnya berbalut kimono tidur tipis. Berdiri di depan meja Naruto lalu duduk di atas sana. "Ini sudah satu minggu kau lebur, apa tidak bisa berhenti sedikit saja?"

"Maaf Hinata, aku benar-benar tidak bisa."

"Aku merindukanmu.."

"Kita setiap hari bertemu," sela Naruto.

"Kau tahu apa maksudku, kan? Aku merindukanmu, Naruto-kun. Aku ingin kita bercinta."

Tangan Naruto yang sedari tadi bergerak di atas keyboard mendadak kaku mendengar kata-kata laknat yang sudah mengugah jiwa kelelakiannya. "Sedikit lagi, aku mohon Hinata.." pinta Naruto memelas.

"Kapan?"

Naruto tak menjawab, dia sendiri tak tahu bisa menyelesaikan ini sampai kapan. Bisa-bisa sampai pagi menjelang dan dia tak tahan dengan semua cobaan ini. kenapa Tuhan memberinya seorang istri yang begitu sexy, eh? Tunggu, itu ujian dan juga anugrah terbesar, hanya saja pada saat situasi seperti ini, Naruto merasa begitu berat untuk memilih.

"Padahal aku membeli ini untukmu, Naruto-kun. Tidak bisakah kau menikmatinya?"

Apa lagi ini? Naruto menjerit dalam hati. Matanya membulat, darahnya mendidih ketika Hinatanya membuka kimono tidurnya lalu memaparkan tubuh putihnya berbalut sexy lingerie.

Sial. Tali pita di bagian dada membuat mata Naruto enggan untuk berkedip. Sial. Apa ini ujian? Jiwa lelakinya benar-benar tak bisa tertahankan lagi.

"Hinata.."

"Hum?" suara centil Hinata menandakan bahwa dia benar-benar merasa menang telah merebut perhatian Naruto dari berkas-berkas tersebut.

"Jika besok aku terlambat ke kantor.. akan aku pastikan, malam berikutnya kau berakhir dengan permainan BDSM."

"Siapa takut.."

—V—

NIJIKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang