Hujan Yang Sakit Jiwa

51 1 0
                                    


Hujan Yang Sakit Jiwa

Jakarta selatan dan bogor adalah kota hujan, hujan yang datang menertawakan, ketawa cekikikan macam sakit jiwanya, sudah terlalu banyak makan asam garam hujan itu, hujan datang tertawa padahal bumi dibuatnya basah, hujan selalu berpindah dari daratan ke perairan, padahal pikir saja perairan tak butuh hujan, tanah akan membawanya pada hulu sungai sampai kelaut lagi, jadi nya hujan sakit jiwa, tak ada satupun dokter yang dapat menyembuhkan nya, mungkin dewi angin bisa menyembuhkan hujan jika saja dewi angin bersedia mengajak cupid pergi bersamanya. Apa benar hujan sakit jiwa karena cinta?

Iya benar hujan sakit jiwanya karna cinta, pemenuhan yang jadi kendala, semua harap soal cinta hilang menutup luka yang takkan kuncup.

*****

Berbeda jauh dengan bumi.

Bumi wajar, kuat dan solid, bumi tak pernah banyak pikiran seperti hujan, untuk apa banyak pikiran toh pohon dan kehidupan tetap padat di topangnya, bumi menopang kehidupan tapi tak banyak pikiran, lain hujan, hujan memberi kehidupan namun sekaligus memberi beban pada dirinya sendiri, nah itu tu hujan malam ini dia tampil parlente, datang sayup-sayup dengan hujan yang gerimis, uh walau sakit jiwa bagi sebagian manusia hujan dianggap romantis.

Sayup-sayup degup rintikan hujan merintih, atau kadang tertawa, kadang diam saja, wah air yang di bawa hujan ikut-ikutan sakit jiwa, gila betul si hujan ini.

Bumi menyeringai kehujan tanda bahwa bumi protes, tapi mana bisa begitu bumi sedang sakit jiwa butuh terapi yang baik dan benar agar dia bisa sembuh, hujan harus sembuh agar air hujan yang turun itu satu persatu tak lagi gila tapi lahir kembali menjadi lugu seperti semula.

Bulan menarik air laut membuat pasang atau juga surut tergantung kondisi gravitasi, dari atas situ sesekali bulan berbicara dengan hujan.

"Kenapa kau jadi begini hujan? Kemarin kau jatuh cinta dan nampak begitu riangnya"

Hujan sama sekali tak menanggapi itu, diam saja, diam seribu bahasa.

*****

Kata temanku yang lulusan sarjana psikologi itu urutannya begini. Atau sebenarnya dia tak tau apa-apa anggaplah saja ini pendapatku, ini disusun secara acak.

Tekanan

Depresi

Sakit jiwa

Jatuh cinta

Bukan disebut 'gila' kata temanku yang lulus cum laude dari fakultas ilmu psikologi, kata dia itu sakit jiwa, jadi jiwa nya yang sakit.

"sesakit apa?" tanyaku

aku tak paham betul itu, tapi tekanan banyak bentuknya, tekanan dibagi rata kesemua otak, menguasai jalan-jalan pikiran.

Tekanan

Setelah berkhayal dan berkonsep soal ladang yang ditumbuhi jagung, hasil panennya akan membuat dia kaya dan terkenal, padahal yang dia tanam bukan ah jagung tapi bibit kemarau, kemarau panjang yang membawa sengsara bagi dua kota, dua hal itu adalah pembawa bencana seperti yang sudah diramalkan oleh dokter yang membantu proses persalinan anak kedua dari petani muda itu.

Petani muda yang selalu bersyukur ketika hujan datang, namun bukan hujan kali ini, kali ini hujan tak seperti biasanya, air nya seperti membawa kesedihan bagi para petani jagung macam dia saat ini, petani tak bergembira lagi perihal air langit itu.

Depresi

Tak bisa dibawa pergi, ditinggal satu-satu nya keputusan petani muda itu, dia pergi menemui hujan dari atas gunung situ, berjalan kaki dan menghabiskan beberapa hari dengan harapan hujan mau mendengar apa yang jadi pintanya, anak kedua petani itu sudah lahir dan dia harus berhasil dalam usahanya bertanam jagung kali ini, dan dia mau hujan membantunya, jangan lah gila lagi hujan, kalaupun tak bisa bicara mungkin petani akan memberikan beberapa kilo gula agar hujan tau tebu yang manis dihasilkan oleh air yang waras.

Petani muda itu berjalan berhari-hari karna jauh rumahnya dari gunung yang dimaksud, 'tak apa, yang penting jagung yang kutanam bisa tumbuh dan dipanen, semoga hujan mendengar mau ku' si petani berbicara dengan hatinya sendiri.

Dikondisi sekarang malah hujan sama sekali hanya diam, wajahnya bermuram dan sedih, ini akumulasi dari rasa kecewa yang penuh tekanan.

Sakit Jiwa

"Tolonglah hujan, jangan bersedih lagi, jangan sakit lagi jiwamu, bantu kami dibawah sini, kami butuh kau, jagung-jagungku harus dipanen itu agar ada makanan untuk aku dan keluargaku, ayolah hujan jadilah air waras lagi dan jadilah baik pemicu pelangi" Petani jagung yang masih muda itu mencoba membuka obrolan dengan hujan.

Seperti tak ada gunanya, hujan hanya berdiam, kusut raut wajahnya, semua tampak nya kacau bagi hujan, tak ada lagi sebuah pengharapan , pelangi yang biasanya hadir kini telah menghitam, tak cukup apapun untuk membuat nya baik lagi, pikiran dan jiwa nya benar-benar terluka parah, kini langkah kaki hujan berjalan pelan namun tak tau arah.

Petani itu juga bersedih melihat perlahan hujan pergi meninggalkannya, ladang jagungnya takkan lagi tersentuh air hujan, hujan benar-benar membuatnya pasrah dan tak tau lagi harus bagaimana.

Tolong jangan salahkan hujan, hujan juga kalau sedang waras dan di tanya

"Hujan kau mau jadi gila seperti pohon kaktus?" tentulah jawaban hujan tidak, namun inilah yang terjadi setelah kehilangan hal besar dan dianggap bagian hidup nyawa hujan seperti redup, hujan menderita jiwa nya terluka terkena jutaan tebasan.

Jatuh Cinta

Hujan dahulu mesra dengan lautan, namun setelah laut pergi dan meninggalkan sepucuk surat, hujan jatuh dalam kesesatan baginya jiwa nya kosong, bukan hanya kosong tapi lautan dengan ganasnya mampu merobek-robek jiwanya, luka nya menganga dipenuhi darah dan nanah, hujan jatuh pada titik nadir.

Surat Untuk Hujan

Pergilah mengalir ketempat lain

Aku tak bisa terus menjalin hal ini

Hatiku teruntuk yang lain

Suntuk dan busuk kelak berganti riang dan wangi

Percayalah ini bukan semuanya

Kita adalah sebagian pengisi udara

Itu saja

Kita berpisah tanpa tunggu apa-apa

Karna sedari awal kita itu kosong

*****

Dahulu hujan dan lautan adalah kisah cinta paling sempurna yang pernah ditulis oleh tinta biru sejarah, bagi sejarah kisah hujan dan lautan adalah hal yang pantas untuk dibagikan lewat buku-buku di dalam perpustakaan seluruh dunia, 'dunia harus tau kisah ini' kata sejarah dengan mata berbinar-binar.

saling mengisi satu dan lainnya dan selalu ada saat manis ingin dibagi, mesra, rintih, intim, bercerita, menatap, memeluk, saling mendekap, pokoknya apa saja yang dapat menggambarkan kisah ter-mesra didunia sudah dilakukan oleh hujan dan lautan, kisah mereka membuat siapapun didunia tak cukup waktu membacanya dan manusia takkan bisa meniru itu semua terlalu panjang catatan kisah kemesraan antara hujan dan lautan.

*****

Ya sudah hujan harusnya kau bisa berlapang dada tidak menjadi gila macam ini, banyak yang membutuhkanmu, petani muda tadi hanya salah satunya, lautan hanya pergi untuk mengetahui bila rindu yang kelakkan mempersatukannya lagi denganmu, lalu kau akan baik lagi namun sekali lagi hujan, aku mohon bawalah lagi air mu itu ke bumi tempat pohon dan sungai mengalir, ada banyak hal yang perlu kau hidupi

*****

>1

Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang