Tiga Keluarga

26 0 0
                                    


Tiga Keluarga

"Memang jatuh cinta harus punya alasan?" Mata perempuan itu mengarah ke atas, mencari sesuatu di dalam otaknya yang sedang bekerja mencari-cari alasan, padahal perempuan selalu bisa mencari alasan-alasan yang lebih tangguh perihal cinta.

"Jadi begini nona, menurut gua jatuh cinta itu selalu punya alasan, bisa jadi alasan lu karna rupa lelaki itu yang lugu, lawakan nya yang lucu, atau hati lu yang sudah menjadi biru karna terlalu lama duduk disofa hatinya yang nyaman?" Aku coba berbicara pada perempuan itu, kami dari tadi berputar-putar bercerita tentang jodoh dan bayangannya. Pembicaraan umum untuk perempuan dan laki-laki pada umur kami.

Perempuan di hadapan ku ini memakai baju biru donker kesukaannya, baju formal untuk para pekerja kantoran, perempuan itu melahap bagian-bagian dari semangkuk soto yang sebelumnya kami pesan di depan jalan Dharmawangsa jakarta selatan, disitu ada soto yang enak, mungkin enak karna sambil ngobrol atau karna kami yang sedang lapar? Uh sepertinya karna kami lapar.

Kami banyak bercerita tentang masa lalu, lebih seru bercerita masa depan kataku, aku mau punya bayi, lalu perempuan itu bilang

"Nanti juga kebagian masing-masing bayi nya"

"Emang bayi di bagiin?" Aku pura-pura tak tau

"Iya di bagiin, lewat rahim bini lu, hahaha" perempuan itu menyeringai sambil tertawa.

Dan jelaslah aku ambil kesimpulan kalau kami lapar, soto kepunyaanku sudah habis duluan, dan bagian punya perempuan sahabat didepan ku belum habis, dimakan pelan-pelan semangkuk soto ayam itu.

*****

Jadi begini ceritanya, perempuan itu mulai bercerita, aku berkhayal. Perempuan itu mulai bercerita sebagai dirinya.

"Kami bertemu pada sebuah pekerjaan, dan di pagi hari saat sarapan di kantor, sering juga jalan-jalan dan saling berbagi cerita, awalnya sahabat namun ada hal lain kami jadi terikat, kurang rasanya 24 jam bila tanpa lelaki itu"

Aku mengangguk tanda mendengarkan, dan itu memberi isyarat agar dia meneruskan ceritanya. Manusia pada dasarnya suka didengar, dibacaa lalu diartikan, manusia itu lagu, buku dan teka-teki.

"Kami cocok dan nyaman satu sama lain, mungkin karna gua perempuan dan dia laki-laki atau karna kami saling suka bukan saling benci, itu syarat pertama untuk jatuh hati kan?"

Aku mengangguk lagi tersenyum, memberikan waktu untuk perempuan itu bercerita soal apa yang dia suka, soal dunia yang butuh pendamping dan pengiring, seorang sahabat yang bernafas dengan dekat. Tak masalah bagiku, ketika sahabat berbahagia, aku ada disampingmu, aku ada dipihakmu, sebagai sekutu yang terus maju membangun sebuah aliansi sekedar tokoh yang kau tulis sesekali namun dibagian penting, karna sahabat ada untuk itu, iya untuk percaya bahwa menjadi apa adanya adalah sesuatu yang wajib ketika saling behadapan, indah bukan berkelakar bersama sahabat?

"Gua menemukan bahagia, lelaki itu bisa membingkai sesuatu potret hangat tentang jarak yang di cicipi manis, tau kan? Lelaki kali datang dengan segelas coklat panas, gua jadi suka, kan lu tau perempuan selalu suka hal manis dan hangat" Perempuan dihadapanku terus berbicara, soto nya sudah habis, tersisa setengah gelas es teh manis.

Aku mengangguk lagi. Menyetujui tiap perkataannya.

*****

Perempuan sahabat ku ini terus bercerita di kemudian waktu, sampai di penghujung cerita dia berkata.

"Gua jatuh cinta dengannya, sepertinya" Perempuan sahabatku ini menyimpulkan sendiri, iya lah dia lagi jatuh cinta, kakek yang di pojok meja juga tau, pemilik gerobak soto ini juga tau, daun di atas pohon beringin juga tau, musim hujan juga tau, semua tau kalau perempuan sahabatku ini sedang jatuh cinta.

Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang