Tiga Warna.

16 1 0
                                    

Tiga Warna.

Pagi ini tak ada yang berubah, alarm dari jam kepunyaanku masih berbunyi dengan begitu lantangnya menantang dari aku yang tertidur, mengisi bagian mimpiku dengan dia yang ku pikirkan disiang dan dimalam nya masih dengan sok jagoannya dia datang dimimpiku.

Mau tau alarm itu berbunyi jam berapa? Jam 04.10 pagi. Tapi aku akan bangun jam 05.30, aku suka sekali bermain dengan jam ku itu seakan-akan ditiap pagi dia setia berteriak-teriak. Dan ketika kusentuh dia tenang, aku tau dia akan tenang.

Dari dulu aku selalu begitu, selalu bergelut dengan jam ku itu, aku suka jamku, suka pagi dan aku menyukainya, lelaki yang berisik namun mampu menyentuhku dengan tenangnya, menyentuh sudut hatiku. Dan dengan tanpa segan dia berdiam diri di hati ini, menutup malam dengan senyumnya di sambut sebait doa.

Aku Gina Ambarwati, panggil aku Gina.

"Haloo Ginaa, selamat pagi, mari kita berbagi"

"Berbagi cerita?"

"Iya lah."

"Hari ini libur dulu." Aku dengan nada malasku.

"Ayolah cerita, aku rindu." Aku tau rindu itu selalu ada, kau sudah jelaskan aku dengan segala kelbihanku, cinta pertama yang jadi salah satu tempat ternyamanku. Kau sudah bilang sesuatu mengenai kelebihanku.

Kalian tentu punya cerita masing-masing, aku akan bercerita horror bagaimana yang begitu kucinta datang meneror, seakan-akan bayangannya memang sudah terkoding dengan pikiranku. Atau jangan-jangan hatiku bekerja sama dengan otak, mereka seperti hanya ter-program untuk memikirkannya. Ayolah hati kita bahas dia sesekali, kali ini kita tebar senyumnya kesegala penjuru sendi.

Boleh aku mengingatnya? aku mengingatnya sebagai pemilik senyum memikat, senyum khas. Seperti kopi toraja yang membuatmu selalu terjaga dimalam hari. Senyumnya itu damai dengan sesuatu cacat dipipinya, 'lesung pipit' yang membuat aku terpeleset kedalamnya.

Aku akan bercerita panjang lebar, tapi nanti kau jadi suka dia. Aku tak mau, kalau boleh aku sajalah pemiliknya, kadang hati tau kemana dia harus berdiam. Dan aku ada disudut hatiku setiap hari, menemui lelakiku.

Lelaki, cinta pertamaku.

Pertama.

Dan jadi yang terakhir.

*****

Lelaki cinta pertamaku. Dia kini sedang melakukan perburuan, pada kucing berbulu tiga warna. Katanya legenda itu wajib dibaca dan ditakhlukkan, dasar lelaki. Apa semua lelaki selalu seperti itu? Seperti mau menang sendiri. Tapi aku suka seperti biasa dia selalu bersenang-senang dengan resiko, bahkan patah hati adalah resiko besar yang akan diterimanya. Kalau dia menang dia akan lupa dan mabuk cinta, sejenis pemabuk yang tertidur atau seperti panda dari cina yang tidur pulas dengan selimutnya.

Dia rapuh, dan kesepian, katanya bila patah hati, dalam setahun dia akan menemukan penggantinya, pengganti yang dia mau. Rapuh itu kelak akan menjadi kuat dibentuk waktu, namun sepi itu selalu datang silih berganti. Lelakiku kemarilah aku hilangkan sepimu.

"Kali ini aku akan menikah dengannya." Dia berbicara tanpa rasa, si lelaki hampa.

"Dengan siapa?"

"Dengan yang ada dimasa depan, hahaha"

"Ngaco, aku juga mau nikah. Yang mau sama aku itu banyak"

"Yaudah nikah aja"

Aku tak takut akan jarak, namun yang aku takuti adalah kehilangan aku yang ada didalam dirinya.

Misi kucing tiga warna, kucing yang langka.

Warna yang dimau untuk kucingnya.

1. abu-abu

. 2.putih.

3.coklat.

Kabari aku cinta pertamaku, gagal atau berhasilnya, sementara kau sibuk berburu aku akan memantaskan diri. Kalaupun tak untukmu. Setidaknya aku sudah baik untuk calon suamiku nanti. Aku akan tetap menaruh kau di hati dengan porsi yang pantas.

Berapa lama kau akan sepi dan terluka, terkadang aku tak tega sayangku. Kau adalah introvert yang seperti orang gua yang senang membaca sesekali menulis tentang isi hati. Pakar tentang hubungan kopi dan alam semesta. Pefilsafat yang kurang hebat, namun aku selalu agar kau menjadi sesuatu yang besar beberap tahun kedapan.

Sudah siap terluka lagi?

Kalau tidak pulanglah, aku menunggumu.

Aku menunggumu di sudut ring tinju, sudut yang dulu kau menangkan. Kalau waktu bisa diputar dan kita kembali berseragam putih abu-abu. Aku ingin memeluk dan berbicara soal takutnya aku kehilanganmu. Aku dan kamu di masa ini, bagaimana cara kita menebak masa depan? Kau tak tau lelakiku? Caranya adalah dengan menjalani waktu dengan apa adanya. Dan perlahan masa depan akan kita baca lalu setelahnya mereka akan menjadi kenangan.

*****

Lelakiku.

Kelam warnamu.

Namun cerah bila diwaktuku

Kau dan senyum yang selalu kuceritakan.

Pada hati dengan teliti.

Dengan berperasaan.

Aku wanita yang kau harusnya lihat.

Bukan dengan matamu.

Sekali ini rasakan dengan akalmu.

Dengan hati dan indra yang lebih peka lagi.

Pada perburuanmu itu, kucing dengan tiga warna. Seakan-akan kau mencari-cari yang tidak ada didepanmu, biarlah kubiarkan kamu. Setidaknya kau tetap akan bercerita padaku. Pada perempuan pertamamu ini.

Sebenarnya aku penasaran, apa kau tidak bisa lihat warnaku? tiga warna yang kesemuanya aku akan berikan padamu dengan syarat kau juga beri semua kepunyaanmu. Kita akan saling menjaga dan menikmati es kelapa di ujung sunset, tidakkah menarik? Bukannya kau suka hal-hal sederhana? Aku sesederhana itu.

Aku mencintaimu. Sederhana.

*****

Cinta pertama atau berapapun hitungannya akan sama saja. Toh tetap terakhir yang layak dijadikan teman hidup selamanya. Namun tak ada salahnya aku berkata dengan sederhana. Aku suka mengenangmu karna seperti katamu.

"Hati tau yang mana yang perlu dikenang, dan akal akan menuntun kita berdua kearah yang lebih baik."

Aku percaya pada ucapanmu itu. Percaya pada kau dan aku yang akan tertawa bersama entah sebagai pasangan atau sebagi sebuah pesahabatan. Membicarakan kita yang tak bisa bersatu adalah salah satu dari sekian yang aku benci.

Dan yang aku suka, membecirakan bahagia, denganmu lelakiku.

*****

Malam yang jadi lebih panjang ketika mengingatmu, dan jam dengan alarm nya seperti tak bisa bersuara ketika larut malam itu, aku dan pikiranku mengingatmu lagi. Pergi lah lelakiku. Berburu kucing tiga warna, secepatnya kabari aku tentang hasilnya. Aku tak perlu meminta kabar ya? Kelak kutau kau akan segera mengabariku.

Secepatnya kita akan memiliki warna, tiga warna

Satu tentang masa lalu

Dua tentang cintaku ini

Tiga semua tentang lembutmu.

aku suka membaca tulisanmu, teruslah menulis dan teruslah jadi cinta pertamaku.

Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang