Wanita Pemburu Hujan

27 1 0
                                    

"Apa kamu sudah yakin mengenai keputusanmu itu?"

"Iya tentu" Tanpa perlu berfikir lagi, jawaban wanita itu mantap keluar dari mulutnya.

Aku masih memegang tangannya, tangan itu masih sama seperti pertama kali aku menemukannya. Seorang gadis pemburu hujan yang kutemukan dibawah guyuran hujan, kami berkenalan dibawah rintik hujan, awan telah mempertemukan, tak butuh payung untuk berteduh tapi setelah aku menemukan, berkenalan lalu menyelami gadis ini lebih dalam, aku tau, aku selalu suka, ingin lebih, ingin mengikatnya, agar aku jadi satu-satunya pria yang ada dimatanya, egoiskah aku?

"Tak usah khawatir, aku memang harus berburu hujan, hujan di selatan, aku dan hujan adalah dua hal yang selalu disatukan alam"

"Tapi...." Belum selesai aku berbicara mengenai kegelisahanku, telunjuknya sudah direkatkan erat ditengah bibirku, memberi isyarat bahwa aku harus diam sejenak, perlahan-lahan telunjuk itu menjauhi bibirku, tapi kini wajah wanita itu yang mendekat kewajahku, nafas nya bisa ku dengar, dan wangi harum mulutnya bisa kucium, lalu wajah cantik selama puluhan waktu itu bisa kunikmati dari dekat, sebuah adegan romantis yang wanita pemburu hujan itu ciptakan, dicium lembut bibirku oleh wanita itu, seakan-akan ciuman itu membawa pesan untukku, sebuah pesan yang berbunyi.

Aku pasti kembali untukmu

Seperti hujan yang selalu kembali kebumi

Sama halnya dengan uap air yang naik ke awan

Atau dengan jutaan bintang yang tetap ada diatas sana

Tak ada yang harus dirubah

Alam menciptakan kita

Aku dan kamu

Aku tak benar-benar pergi

Aku adalah hujanmu

Rintik yang kamu tulis dengan bau tanah

Aku akan pulang kembali ke rumah

Seperti air yang selalu jatuh kebawah

Hujan Basah ....

Hujan ruah .....

Hujan ramah .....

Pulang untukmu.

Payung yang tadi kupegangi dengan tanganku untuk melindungi tubuh kami dari basah hujan telah terbang pergi, angin membawanya, membawa terbang payung, payung itu membawa pesan untuk langit-langit. Pesan tentang aku yang takut kehilangan.

Jadilah kini kami berdua dibawah naungan hujan, satu tanganku yang sedari tadi kupakai memegang payung, kini kulingkari dipinggang wanita itu, ciuman kami belum akan selesai, terlalu dini untuk kuselesaikan ciuman itu, sungguh aku ingin berlama-lama larut didalam pelukannya. Aku benar ingin menghentikannya untuk pergi berburu hujan, aku ingin dia tinggal lebih lama lagi.

Mata bulat seperti mata bayi, bening seperti kelereng, kalau biasanya mata manusia normal berwarna hitam ditengahnya, wanita pemburu hujan berbeda, mata wanita itu berwarna biru ditengahnya, biru yang alangkah cantiknya.

Dingin tubuhnya, layaknya salju yang dibawa musim dingin, atau sejuknya pegunungan, itu sungguh dingin yang menentramkan.

Mancung hidung itu dipadukan bibir tipis.

Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang