Bola Dunia

12 1 0
                                    


Bola Dunia

Aku menggiring bola, bola yang akan terus kugiring, aku tak terlalu perduli dengan sekitar. Tak peduli dengan pandangan manusia lainnya. Bola adalah sahabat terdekat ku saat ini. Bola kerabat yang tak banyak bicara. Aku memahami benda bulat itu. Bola yang selalu ada saat aku mengosong, iya dia lebih berisi.

Kami melewati musim salju dengan dingin yang kuat.

Musim panas yang membuat haus.

Musim gugur yang selalu aku rindukan

Musim hujan, dimana rintik banyak bercerita.

Berangkat kesekolah aku menggiring bole dengan begitu bahagianya. Melewati datu dua teman sebayaku yang nampak tertawa kecil. Gadis-gadis juga tak banyak yang tertarik denganku. Mungkin bagi mereka aku adalah sosok aneh yang terus saja sibuk dengan bola ku.

Bila sore tiba, aku akan bersama bolaku melewati pinggir sungai. Menyusuri panjang sungai yang panjangnya saja sampai kelaut. Lalu di laut aku akan menikmati nyanyian burung camar. Mereka bernyanyi dengan diiringi biola. Biola yang selalu saja merdu. Aku juga menendang ombak memecah hening. Lalu bermain bola dengan sekawanan ikan lumba-lumba dan pak kura-kura sebagai wasitnya.

Nafasku sesekali tersengal. Tapi tak mengapa. Bola saja terus menggelinding dan lapangan hijau adalah tempat semestinya. Tempat dimana gawang berdiri berhadapan dengan gagahnya. Mereka akan berdiri sebagai lambang dari angka yang akan dicetak striker dengan begitu hebatnya.

Aku memainkan bola dengan halus. Takut-takut kalau dia berguling terlalu jauh. Atau aku sudah memberi magnet pada kaki ku ini. Kaki yang nampak lekat dengan bola. Aku mau terus bergerak maju meleati satu dua tiga pemain dan memenangkan permainan.

*****

Bola akan bergulung-gulung besar pada musim salju. Aku akan menggiring dengan sedikit berat. Rerumputan sudah tak lagi hijau. Satu-satunya yang hijau adalah daun seledri pada mangkuk sopku. Sop ayam buatan ibu adalah yang ter-enak. Dari kecil ibu berkata aku akan menjadi pemain bola no satu didunia. Aku akan mengalahkan banyak musuh dengan sekali tendangan.

Kini langkahku membentuk jejak-jejak rekam kaki yang terlihat jelas, salju nya sudah lumayan tebal. Lihat saja kini aku memakai jaket rajut tebal dengan syal berwarna hitamku. Daripada berdiam diri dirumah, bermain bola dipinggiran hutan pinus lebih menarik.

Aku menendang bola.

Dan tiba-tiba sebuah kaki menahan laju bola. Aku memandang kaki dengan sepatu boots kecil itu. Sepatu boots berwarna merah dengan celana jeans berwarna coklat lalu makin keatas kudapati seorang gadis dengan senyum nya yang manis dia kini tengah tersenyum dengan sedikit memiringkan kepalanya.

"Boleh ajari aku bermain bola?"

Aku masih terdiam dan keanehan dengan kemauannya, karna selama ini belum ada gadis yang mau bermain bola denganku. Tapi gadis ini ingin bermain bola denganku.

Aku hanya mengangguk tanda meng-iyakan.

"Asyik ! Asyik ! Asyik " Gadis itu bersorak kegirangan. Sambil melompat-lompat. Sekilas jadi mirip kelinci.

"Bagaimana caranya agar aku mahir sepertimu?"

"Hahaha.. sabar, semua kan ada waktunya. Kita akan belajar pelan-pelan" Lalu aku mengajari gadis itu cara bermain bola. Pertama-tama dia harus mengenali dirinya sendiri. Lalu kusuruh dia berkenalan dengan dirinya sendiri. Dengan cara itu dia akan tau kekuatan apa yang ada didalam dirinya. Sebuah kekuatan besar yang akan mengubah dunia.

"Ok, ini namanya passing" aku mengoper bola padanya, lalu seterusnya dia mengembalikan padaku. Kami berlatih sepanjang musim dingin. Kini salju terasa menghangat didalamnya ada langkah kecil kami berdua. Langkah dua sahabat remaja yang melewati segalanya dengan gembira. Tak perlu ada kecemasan. Aku akan melindunginya dari semua anak nakal yang ada diatas dunia ini. Mana boleh gadis cantik macam dia diganggu oleh sekumpulan pecundang.

Ah, lihatlah dia. Dengan rambut panjangnya dia sudah pandai bermain bola, sekarang dia sudah bisa bermain atraksi bola. Bola itu ditendang keudara dengan sekali ayun dengan kaki bola itu terbang. Dan dengan perlahan bola itu pelan-pelan tetap diudara dengan kaki kiri dan kanan yang saling bergantian menjaga agar bola tetap diudara, sesekali dengan begitu anggunnya gadis cantik sahabatku itu menggunakan kepalanya. Sungguh pemandangan yang indah. Aku mau terus bermain bola bersamanya.

"Ayo kita mainkan." Dengan genit bercampur ekspresi manja gadis itu mengedipkan sebelah matanya. Aku tersenyum menanggapi itu. Dialah sahabat terhangat.

Kami pun bermain sepanjang sore. Kini aku menyusuri sungai berdua dengannya. Tak lagi sendiri. Kini kupu-kupu telah menemukan sayapnya. Kami adalah kupu-kupu indah yang selalu berbagi. Dia bukan bunga dia adalah kupu-kupu yang terbang mengitari taman berdua denganku. Kami akan mencari bunga, mengambil madu karna sebentar lagi kami menjadi tua namun tetap bahagia.

"Ini untukmu." Aku menggulung sebuah syal dilehernya. Syal hitam kesayanganku. Aku merasa syal hitamku begitu cocok dengan dirinya. Syal itu menyatu dengan baik seperti pohon dengan hijaunya daun. Maka aku memberinya, sebagai penanda tak ada yang boleh mengganggunya akulah penjaganya. Penjaga yang siap baku hantam dengan siapa saja yang membuatnya menangis. Seperti kemarin ada kakak kelas yang menggangunya disekolah mereka berempat aku tantang dan hasilnya aku pulang babak belur. Namun kau tau yang menyembuhkan adalah sebuah kecupan pada keningku seraya ucapan "Terimakasih jagoanku." Aku meriningis menahan sakit lebam bekas pukulan.

Sebuah bola.

Tumpukan salju pada pohon yang memutih.

Es di sepanjang sungai.

Sop ibu.

Senyumnya

Gerlingan matanya

Kaki

Dan apa saja yang ada dimemoriku.

Memori yang makin hari makin penuh dengan dia.

*****

Sepatu bola kuikat dengan kuat agar nanti perjalanan sore ini untuk bermain bola dan bermain dengan gadisku berjalan dengan baik. Peluh itu banyak kami keluarkan dengan banyaknya lari kami sore itu, oper dan saling mengoper bola. Tersenyum dan tertawa satu dan lainnya. Lari sore ini saja bisa membuat bahagia. Ternyata bahagia adalah hal sederhana, sesederhana bahagia menghabiskan waktu berdua dengan dia yang kaucinta.

Cita-cita ku adalah kamu. Ku letakkan dulu bola, biar hatiku mencari kamu gadis yang kucinta.

"Mau kau hidup denganku?"

"A...Tentu, kau adalah pria baik. Aku mengenalmu untuk empat musim ini. Aku rasa kita bisa hidup bersama"

Kesendirianku kini berganti rasa ramai di otakku. Gembira adalah ketika hobbyku bermain dengan bola bersatu dengan manisnya dia juga yang menyukai bola.

Belakangan aku tau dia juga bisa bermain biola. Jika biola itu sudah digeseknya maka angin di sekitaran kami akan ikut menari. Mengembus rambut panjangnya yang tergerai dengan begitu cantiknya. Angin yang menari, membawa kami terbang keatas.

Jadi pagi besok kami sudah bisa bermain bola diatas langit.

Dengan bantuan lantunan indah biola pembawa nada.

Padamu gadis cantikku, kuserahkan seluruh sisa waktuku.


Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang