Bunga dan Ice Cream

26 1 0
                                    


Bunga Dan Ice cream

Setiap pagi kulihat dia pergi dengan sepeda yang membawanya terbang melayang, kereta angin yang terbang tanpa sayap. Aku kira dia adalah penyihir tercantik di negeri ini. Sihirnya juga mampu membuat ku luluh, sebentar tunggu dulu, dia sama sekali tak menyihirku dan asal tau saja gadis cantik itu adalah penjual bunga yang setiap kulihat membawa banyak bunga yang dia taruh di keranjang depan sepedanya. Bunga yang harum, dan warnanya sungguh ingin ku beli. Suatu saat nanti. Aku sungguh belum berani menyapanya, atau sekedar membeli bunga.

Bunga-bunga yang kutau adalah tanaman ibunya, dari balik sebuah ladang gandum ada sebuah ladang yang memang diperuntukkan untuk menanam bunga. Bunga berwarna ungu yang paling kusuka. Bunga itu bila dihirup berisi madu, madu yang menyehatkan. Aku juga seorang kumbang, kumbang yang bertanduk bercabang dua.

*****

Aku hanyalah penjual ice cream, berkeliling memakai sepedaku. Aku suka berbagi kebahagiaan dengan anak-anak di kotaku. Ice cream berasa coklat dan vanila adalah yang paling laris. Beberapa gadis juga tersenyum ketika membeli ice creamku.

Aku akan mengambil ice cream itu dengan scoop dan memasukkannya kedalam cone yang mana cone nya terbuat dari gandum. Benar-benar enak.

"Aku suka yang rasa vanila, benar-benar wangi" gadis manis dihadapanku tersenyum, namun entah kenapa aku tak banyak tertarik dengan gadis, dan penjual bunga adalah satu-satunya yang aku suka. Benar-benar jatuh cinta aku dibuatnya.

Aku hanya tersenyum, senang rasanya bila dagangan atau masakanmu dipuji pembeli, gadis remaja itu terlihat senang bisa memakan ice cream buatanku. Ice cream yang dibuat dengan cinta. Dimana seumur hidupku kuhabiskan untuk mencari resep terbaik dari membuat ice cream.


Tapi aku tak pernah jatuh cinta pada gadis-gadis yang datang membeli ice creamku, aku hanya jatuh hati padanya. Pada gadis penjual bunga.

*****

"kenapa tak kau coba berkenalan?"

"Aku selalu lupa bawa nyali" Aku spontan menjawab sebuah suara yang terdengar ditelingaku.

"Sini biar kubagi nyali"

Aku terkejut ternyata yang kuajak bicara adalah seorang peri perempuan yang anggun, dia dari tadi rupanya melihat aku, aku yang menatap gadis itu dari kejauhan, gadis cantik itu terbang dengan sepedanya.

"Memang bisa kau bagi nyali untukku?"

"Mudah" Peri mengangguk tanpa ragu.

"Kau harus memejamkan matamu, dan percaya" Peri itupun melanjutkan perkataannya.

"Baik" Akupun langsung memejamkan mataku. Berharap nyali datang mendekat kepadaku, sehingga timbulah keberanian untuk aku berkenalan dengan gadis pengikat bunga yang cantik itu. Tunggu aku gadisku.

Nyali pertama.

Setelah pertemuan kemarin, peri yang telah membagi nyali padaku terbang dan katanya sebelum pergi adalah.

"Keberanian adalah melakukan apa yang kau yakini..hihu" sambil peri itu terbang meninggalkan serbuk-serbuk berwarna perak yang jadi butir-butir embun ketika menyentuh permukaan bumi.

Baiklah malam ini aku sedang berhadapan dengan sebuah kulit kayu meranti yang akan dijadikan kertas, berikut ditangan kananku sebuah tinta yang dibuat dari cairan yang dihasilkan seekor cumi-cumi di laut sana. Aku menulis untuk gadis penjual bungaku. Sebelum menulis aku tersenyum mengingat raut wajahnya.

Gadis - Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang