Kai baru pulang dari kantor tepatnya pada jam tujuh malam, ia lalu masuk kedalam rumah. Kai memandang sekeliling, rumah besarnya benar-benar sepi, karna memang hanya Krystal dan dirinya yang tinggal di sini.
Kai melangkahkan kakinya menuju dapur sebelum menuju kamar, ia berniat menghilangkan rasa hausnya, dan melihat apakah Krystal sudah memasak untuk dirinya atau belum.
Kai membuka kulkas, lalu mengambil air mineral dingin, dan langsung membukanya, lalu meminumnya hingga tersisa setengah, Kai lalu menyimpan kembali air mineralnya di kulkas. Kai memandang meja makan yang kosong, sudah dapat ia duga, Krystal tak mungkin akan memasak untuk dirinya.
Kai pun segara melangkahkan kakinya ke kamar, ia lalu membuka pintu kamar dan mendapati Krystal yang tengah duduk di sisi ranjang sambil memainkan ponselnya. Bibir Krystal sejak tadi terus tersenyum, dan jempolnya pun terus memencet tombol di ponselnya.
Kai membuang nafasnya, sudah dapat Kai duga, Krystal pasti tengah berkirim pesan bersama Seulgi, karna siapa lagi yang akan membuat Krystal tersenyum seperti itu jika bukan Seulgi. Seulgi sekarang yang selalu menjadi penyemangat hidup Krystal, Seulgi sekarang selalu Krystal jadikan sebuah alasan apapun.
"Kau terlalu asik berkirim pesan, tanpa menyadari suamimu sudah sampai di rumah." Kai berucap seraya melemper jasnya ke atas kasur, lalu ia segera duduk di sofa dan menatap Krystal lekat.
Krystal membuang nafasnya kasar, ia sudah begitu bahagia saat Kai pergi ke kantor, dan sekarang Kai telah kembali dan itu benar-benar membuat Krystal begitu jengkel. Krystal merasa ia berada di neraka jika sudah bersama Kai. Emosinya pun akan selalu memuncak jika sudah bersama Kai. Krystal sudah teramat membenci Kai.
"Aku tak peduli," Jawab Krystal ketus seraya kembali menatap ponselnya.
Kai membuang nafasnya kasar, lalu berdiri menghampiri Krystal, dan langsung merampas ponsel Krystal dengan satu kali tarikan. "Setidaknya, tolong hargai aku, karna aku tetap suami mu Krystal Kim," kata Kai.
Krystal benar-benar kesal, ia tak suka jika kesenangannya di ganggu oleh seseorang, apalagi seseorangnya itu yang ia benci. "Kembalikan ponsel ku." Krystal mencoba mengambil ponselnya dari genggaman Kai.
Kai menangkat tangannya yang memegang ponsel ke atas, sehingga membuat Krystal susah untuk menjangkaunya, mengingat tubuh Kai lebih tinggi daripada tubuh Krystal.
"Kai, kembalikan." Krystal menjingkitkan kakinya mencoba mengambil ponselnya. Karna Krystal tak bisa mengambilnya, Krystal pun naik ke atas kasur dan berusaha mengambil ponselnya.
Ketika Krystal akan mengambil ponselnya, Krystal kehilangan keseimbamgannya, sehingga tubuhnya hampir jatuh, dan Kai langsung menahannya dengan memeluk Krystal.
Krystal secara sepontan langsung memeluk leher Kai, wajahnya menunduk menatap wajah Kai yang saat ini begitu dekat dengannya. Krystal benar-benar merasa gila, ada sebuah getaran dalam hatinya, geratan yang pernah ia rasakan beberapa tahun yang lalu kepada Kai, tetapi Krystal berusaha menepisnya sejauh mungkin.
Kai membuang ponsel Krystal sembarang ke atas kasur, lalu Kai meraih kaki Krystal dan melingkarkannya di pinggangnya, Kai mulai memangku Krystal, dan langsung berjalan menuju sofa lalu duduk di sana. Kai masih sibuk menatap Krystal, ia benar-benar merindukan Krystal, tangannya lalu membelai lembut wajah Krystal.
Krystal memejamkan matanya, ia tak mau menolak, karna ia memang tak bisa menolak segala sentuhan Kai pada dirinya. Krystal tak bisa memungkiri sekarang bahwa sentuhan Kai selalu terasa nyaman di tubuhnya.
Krystal kembali membuka matanya, lalu kembali memejamkan matanya saat sebuah benda kenyal dan basah menempel tepat di bibirnya, dan melumatnya dengan lembut. Krystal melingkarkan kedua tangannya di leher Kai. Hatinya kembali bergemuruh dengan cepat, perasaan itu, Krystal benar-benar takut perasaan itu hadir lagi.
Kai melepaskan ciumannya, tangannya masih bersarang di pipi Krystal, lalu mengelus pipi Krystal dengan lembut, Kai mengecup bibir Krystal kilat. "Aku mencintaimu." Kai berbisik pelan, lalu kembali mencium bibir Krystal, dan kali ini dengan gairah yang menggebu-gebu.
Krystal kembali memejamkan matanya, ucapan Kai benar-benar membuat Krystal goyah sekarang, bahkan Krystal sudah pasrah jika Kai akan melakukan apapun pada tubuhnya.
Krystal benar-benar merasa ingin menangis saat tangan Kai mulai menyusup di balik kaosnya, dan mengusap perutnya. Krystal benar-benar mersa kotor dan bodoh, Kai sudah membuat luka begitu mendalam, dan Krystal masih mengizinkan Kai untuk menyentuh tubuhnya. Ini benar-benar sebuah kesalah besar, namun Krystal tak bisa menolaknya.
Kai melapaskan ciumannya, Kai bisa melihat mata indah Krystal berkaca-kaca sekarang. Kai benar-benat tak tahu kenapa Krystal, apakah ia sudah menyakiti hati Krystal lagi? Jika iya, Kai benar-benar membenci dirinya, ia sudah berjanji tak mau menyakiti Krystal.
"Maaf," kata Kai.
Krystal terdiam, masih menatap Kai, Krystal pun bisa merasakan ketulusan dari kata maaf yang Kai ucapkan. Krystal lalu bangkit dari tubuh Kai, lalu berjalan ke atas kasur, menarik selimut hingga tubuhnya tertutup semua dan tidur. Tapi Krystal tak benar-benar tertidur, pada kenyataannya, ia menangis.
Kai ikut bangkit, lalu berjalan menghampiri Krystal, Kai membuka sedikit kepala Krystal, dan mencium kening Krystal. "Maaf, aku sangat mencintaimu." Bisik Kai pelan, lalu setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
***
Tiga hari mendekati Seulgi, Chanyeol justru malah hanyut akan permainannya sendiri, hatinya sudah seluruhnya dimiliki oleh Seulgi. Chanyeol tak tahu kenapa itu bisa terjadi, karna Chanyeol selama tiga hari ini menjalaninya seperti air yang mengalir, dan jadi Chanyeol hanya mengikuti arus bagaimana jadinya nanti.
Chanyeol bahkan tak bisa satu hari pun tanpa Seulgi, Seulgi sekarang baginya sudah seperti candu, bahkan lebih dari candu.
Saat ini pun Chanyeol rela menemani Seulgi yang tengah lembur di kantor agensinya, padahal ia akan ada rapat penting dengan beberapa orang penting besok, untuk mengurus acara baru di stasiun tvnya.
"Pulang lah Chanyeol, karna aku akan pulang besok pagi." Seulgi mengusirnya.
"Tidak." Chanyeol bersikeras.
Seulgi membuang nafasnya kasar, ia lalu berjalan menuju kulkas kecil yang ada di rungannya, dan mengambilkan Chanyeol minuman. Bagaimana pun Seulgi tidak sejahat itu membiarkan Chanyeol kehausan.
Seulgi lalu duduk di sebelah Chanyeol, meletakan minuman kaleng di atas meja.
"Bagaimana jika pergi ke club?" Tanya Chanyeol seraya mengambil minuman kalengnya, lalu membukanya, dan meninumnya.
"Sudah aku bilang, aku banyak pekerjaan, aku harus memantau artisku yang akan menjalankan rekaman," kata Seulgi.
Chanyeol hanya terdiam, biasanya ia akan selalu memaksa, dan berhujung bertengkar dengan Seulgi, tetapi Chanyeol tak mau itu terjadi, ia harus selalu bersikap manis, agar Seulgi bisa membalas perasaannya. Karna sekarang pun Seulgi selalu menerima kehadirannya, bagi Chanyeol itu adalah sebuah langkah yang besar.
Continue

KAMU SEDANG MEMBACA
HATE
Fiksi Penggemarsebuah luka yang dalam, yang menimbulkan luka yang lebih mendalam. By arcadian_kaistal (T)