🍭🍭🍭
"Selamat malam, pemirsa, kembali lagi bersama saya Rossa Andini dalam acara Kepo-Kepo Muanjah!" Rossa membuka acara di salah satu televisi swasta yang disiarkan secara langsung dan mendapat respons meriah tepuk tangan para penonton di studio. "Siapa sih, yang gak suka baca novel? Apa lagi kalo novelnya menceritakan cowok ganteng yang mempesona. Beuh! Rasanya pengin bawa pulang, biar gak berkeliaran dan baperin banyak orang."
Para penonton terkekeh menanggapi. Mereka antusias sekali dengan bintang tamu hari ini. Deretan kursi didominasi penonton perempuan yang berasal dari kalangan remaja hingga dewasa. Di depan sana terdapat crew berbaju merah yang terus memberi aba-aba pada presenter maupun penonton untuk menghidupkan suasana.
Tatanan panggung studio didesain simpel dan menarik, dengan seorang pianis yang duduk di sudut dan setia mengiringi berlangsungnya acara dengan beragam intrumen lagu. Lampu menyorot dari berbagai sisi, hingga membuat suasana tampak gemerlapan dengan kamera di beberapa titik guna mengambil gambar dari angle yang tepat.
"Kayaknya pada gak sabar nungguin, ya? Baiklah, langsung aja kita sambut Alisha Diva!" Rossa menyambut dan ditanggapi dengan tepuk tangan penonton. Tirai biru studio terbuka, memunculkan sosok perempuan bertubuh proporsional yang menunduk memberi salam dengan sopan, kemudian beralih menyalami Rossa.
"Silakan duduk." Rossa menggiring sang guest star untuk duduk. Diva mengambil sebuah bantal di sisi sofa dan diletakkan di pangkuannya. Senyum tak pernah pudar menghiasi bibir tipisnya yang dipoles lipmatte warna nude.
Rossa duduk di sebelah kanan Diva sambil memegang sebuah cue card yang berisi poin-poin penting untuk ditanyakan pada para bintang tamu. Ia mengambil bantal sofa untuk menutupi pahanya yang terekspos, karena dress pastel mini-nya sedikit tersingkap. "Apa kabar, Diva?"
"Baik, Kak Rossa," jawab Diva sambil menunduk, memberi hormat pada wanita yang usianya sekitar 30 tahun itu.
"Seperti yang sudah kita ketahui, Diva adalah penulis berbakat yang telah menghasilkan banyak karya dan cukup best seller." Rossa berusaha mencairkan suasana yang terasa tegang. Kekehan kecil keluar dari mulut Diva disertai ekspresi malu-malu kucingnya. "Eh, aku pengin tau nih ... gimana sih awal mula Diva terjun di dunia kepenulisan sampai sekarang bisa jadi seterkenal ini? Tuh, penonton gak sabar lihat para aktor yang bakal memerankan film layar lebar dari novel Diva."
Diva kembali tersenyum lebar sambil sesekali terkekeh geli, merasa salah tingkah karena ini pertama kalinya ia berada di panggung hiburan. "Terima kasih, Kak Rosa. Sungguh, sebuah kehormatan bagi saya bisa diundang di acara ini. Saya masih amatir dan belum pantas disebut penulis terkenal," ucapnya, semua penonton menatap haru, termasuk Rossa. "Di luar sana masih banyak penulis hebat yang punya banyak penggemar, dan untuk menjawab pertanyaan Kak Rossa, saya gak bisa kasih tips, karena sejatinya penulis pasti mengetahui apa yang seharusnya dilakukan saat memulai menulis, sekalipun itu penulis pemula." Diva menghela napas panjang dan diembuskan perlahan. Pandangan disulihkan ke arah penonton sambil terus tersenyum. Tepuk tangan terdengar riuh, memberi respek pada kerendahan hati Diva, karena ketenaran gadis itu tak membuatnya lupa daratan.
"Menulis memang terlihat mudah, tapi di balik itu banyak perjuangan dan pengorbanan yang dilakukan para penulis. Waktu, tenaga dan pikiran dikorbankan demi menghasilkan tulisan yang bagus dan layak baca." Rossa menjeda, diliriknya cue card itu dan kembali menatap Diva dengan intens. "Siapa sih, yang mendukung Diva untuk menekuni hobi menulis?"
Diva menautkan jari-jari tangannya, sesekali meremasnya guna mengalihkan kegugupannya. Setelan celana kain hitam dan jas biru langit membuatnya terlihat cantik. "Keberhasilan saya tak lepas dari doa dan restu orangtua. Mereka selalu mendukung apa yang saya lakukan, dalam hal ini ... hal positif tentunya."
Seketika, layar besar di studio itu berganti gambar dari yang semula tulisan reality show, kini menampilkan beberapa foto. Diva menoleh, menatap haru pada foto dirinya bersama keluarga, dan tanpa sadar air mata jatuh membasahi pipi. "Tanpa doa dan dukungan mereka, saya hanyalah manusia biasa yang menghabiskan hidup tanpa menghasilkan suatu karya." Ia menghela napas, suaranya pun terdengar berat. "Hingga pada akhirnya, datanglah seorang produser yang tertarik dengan cerita Time Heals Everything dan berminat mengangkatnya menjadi film layar lebar." Ia menengadah, menatap ke arah penonton dengan mata berbinarn "Film ini bisa kalian nikmati mulai hari ini!"
🍭🍭🍭
Published : 24 April 2020
🍭🍭🍭
Jangan lupa vote dan komen, ya.
Love,
Max
KAMU SEDANG MEMBACA
Shining Star [Completed]
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA] Genre: Romance - Young Adult | 17+ Gavin melemparkan tusuk permennya ke bawah dan hampir saja mengenai kepala seseorang. "You know, life's a beautiful struggle. Hidup kadang terasa gak adil. Tuhan sengaja mengirim cobaan untuk...