17. Ternyata...

102 9 9
                                        

"Ga?"

'Apa sih Tat manggil - manggil mulu?!'

"Yee sewot."

'Apa?'

"Lo tadi ngomong apaan? Bisa diulang gak?"

'Bangsat!'

Gue nahan tawa beneran.

Padahal gue cuma mau mastiin telinga gue waras, malah dibangsatin.

'Udah serius gue,' kali ini suara Suga pelan banget.

"Hah? Apaan gak denger?"

'Lo budek!'

"Bukannya telinga lo yang bermasalah abis dioperasi?"

Suga ngedumel, makin gak jelas jadi gue biarin aja. Diem - diem gue mikir apa yang dia bilang tadi. Masalah gak backstreet lagi. Ya sebenarnya gak backstreet juga kita sih. Orang sebagian besar orang deket dan temen udah pada tahu kalo kita jadian. Yang dimaksud backstreet sama Suga itu backstreet dari daddy. Ya, cuma daddy aja. Tapi kalo gue inget percakapan gue di mobil sama daddy beberapa minggu lalu itu, gue gak yakin kalo daddy belum tahu. Dan lagian kan dari apa yang papa bilang, udah ketahuan kalo daddy tahu hubungan gue sama Suga.

"Sebenernya Ga, gue yakin daddy udah tahu masalah hubungan kita. Jadi kita udah gak bisa disebut backstreet lagi."

'Tapi daddy lo kan belom tahu dari lo sendiri.'

"Hmm."

Kami sama - sama diem, gak tahu deh kenapa malam ini suasananya jadi mendadak serius gini.

'Kira - kira apa yang bakal daddy lo lakuin kalo dia pulang?'

"Eum, kali mau nyidang gue."

'Terus?'

"Cabut jatah kuota."

'Terus?'

"Ngawasin gue."

'Terus?'

"Nabrak bego!"

'Nyuruh kita putus?!'

*

Gue jadi kepikiran sama omongannya Suga semalem. Sebenernya bukan hal baru kalo daddy minta gue putus sama Suga. Tapi kenapa ya kalo yang ngomong Suga jadinya hati gue rada gimana gitu. Belum rela, dan lagi tiba - tiba gue kasihan sama Suga. Tuh orang hatinya gak papa kali ya ditolak mentah - mentah sama daddy gue?

Ato jangan - jangan dia sebenernya udah bosen dan capek sama gue jadinya dia fine - fine aja putus dari gue?

Jadi bercabang gini pikiran gue.

"Cece?"

Gue dongak dan di depan gue udah ada sosok Daniel.

"Apa?"

"Kak Zahra mana?"

"Toilet, napa?"

"Mau nanyain desain yang kapan hari dikasih liat ke Bang Sandy."

"Oh."

Gue narik salah satu map dari tumpukan berkas di atas meja. Dan langsung gue kasih ke Daniel. Otomatis kening gue berkerut pas gue liat dia malah cengengesan gak jelas padahal berkas udah di tangan dia.

"Apalagi?" tanya gue. Sumpah hari ini gue males banget, badmood. Masalah gue jalan sama Suga yang kepergok dan kata - katanya Suga semalem bikin gue rada mikir. Ini lagi si Daniel makin gak jelas.

"Gak papa, eum itu...cece cantik. Ya udah ce, aku keluar dulu."

"Makasih Dan, ok ok," gue senyum, ya senenglah ada yang muji cantik hehe, kan jarang. Ya itung - itung buat nambah mood.

Daddy and Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang