28. Wedding Anniversary (2)

83 9 13
                                    

I'm on your magical mystery ride
And I'm so dizzy, don't know what hit me, but I'll be alright
My head's under water
But I'm breathing fine
You're crazy and I'm out of my mind
'Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
Give your all to me
I'll give my all to you
You're my end and my beginning
Even when...

"Kedip Tat."

Gue noleh dan papa senyum jahil ke arah gue. Kapan dateng nih orang? Tadi bilangnya telat.

Gue jadi inget sesuatu.

"Papa ngomong apa sama daddy?"

"Ngomong apa?"

"Papa ngomong sesuatu sama daddy kan?"

Papa cuma nunjukin evil smirk -- yang bikin gue ragu kalo gue anak daddy. Masalahnya gue lebih sering nunjukin evil smirk kayak papa daripada kak Nita.

"Rahasia orang dewasa."

"Aku udah dewasa pa."

Papa mencibir, "Kamu masih bocah Tat. Bagi papa, mommy sama daddymu, kamu sama kak Nita masih anak-anak."

Gue buka mulut mau ngebantah, tapi papa buru-buru ngebalikin badan gue biar natap panggung lagi, tempat laki sama daddy gue tampil -- yang sekarang udah ada mommy yang gabung, duet sama daddy.

"Liat itu aja. Momen langka kan. Ya semoga setelah ini gak langka lagi."

Gue noleh lagi mandangin papa, terus muter kepala nyari sosok kak Nita yang ternyata lagi duduk sama Okie sama kak Jino. Gue sendiri berdiri di samping kiri panggung, Suga yang minta jadi gue turutin aja. Balik lagi gue liat papa yang ngeliat daddy sama mommy yang lagi pegangan tangan sekarang. Kadang gue gak ngerti gimana rasanya jadi papa. Bukannya gue gak dukung daddy sama mommy, karena biar gimanapun gue ada karena ada daddy sama mommy. Cuma kadang gue heran gimana papa bisa setegar ini. Kalo dari pihak papa sama mommy sih penjelasannya mereka bisa tetep deket karena mereka temenan setelah cerai. Tapi biarpun temenan kan mereka pernah nikah -- dan mungkin -- pernah saling cinta. Terus sekarang liat daddy sama mommy pegangan tangan, pamer kemesraan gitu di atas panggung papa tampangnya biasa-biasa aja, sabar-sabar aja.

Papa emang hebat ya.

Gue sebenernya pengen tanya, 'Papa gak sakit hati liat daddy sama mommy?' tapi urung, karena gue pikir-pikir gak ada faedahnya juga gue nanya begituan. Pasti jawabannya gak jauh-jauh dari, 'Gak. Mommy kamu kan milik daddy kamu sekarang.'

Akhirnya gue milih buat fokus sama Suga.

Fokus.

Fokus

Fokus.

Mata gue perasaan normal, tapi kenapa Suga keliatan keren ya?

Ini kesehatan mata gue pantas dipertanyakan. Sejak kapan laki gue ganteng?!

Sekarang gue paham kenapa jumlah follower ignya Suga sering nambah setelah dia abis ngisi acara dimana dia main piano. Entah itu nikahan ato lainnya.

Lagunya udah selesai.

Ah gue masih pengen liat Suga main piano.

Daddy sama mommy mulai ngomong ini itu. Gue sendiri ngeliatin Suga. Si Suga pas noleh juga.

"Udah?" tanya dia, gak pake suara, cuma gerak bibir doang.

Gue ngeliatin daddy sama mommy terus balik ngeliat Suga. Gue ngangkat bahu, "Gak tahu. Jangan turun dulu," gue ikutan ngomong tanpa suara yang cuma dibalas ngangguk-ngangguk sama Suga.

Daddy and Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang