Yongky's turn

77 8 13
                                    

Suga menatap layar ponselnya, wajahnya mengeras ketika mengingat kejadian beberapa hari lalu. Saat Tiana datang diantar Jino.

Cemburu?

Pasti.

Tapi bagaimanapun dia harus berusaha percaya pada Tiana. Dan juga Jino, Suga sudah mengenal lelaki itu sejak dulu. Jino kakak kelasnya saat SMA. Jadi dia memutuskan untuk tidak menaruh curiga pada mereka. Lagipula mereka sudah menjelaskan kenapa mereka bisa keluar bersama.

"Pak Yongky!"

Teriakan itu membuat Suga menoleh, mengalihkan perhatian dari ponselnya. Pandangannya fokus kepada beberapa siswanya yang tengah berkumpul beberapa meter darinya. Dua orang siswa lelaki -- salah satunya yang telah meneriakkan namanya tadi -- berlari mendekat.

"Ayo foto pak," ajak siswa itu.

"Kalian minta saya fotoin kalian?" tanya Suga dengan tampang datar.

"Bukan pak. Bapak ikut foto dengan kami," ralat siswa yang lain.

"Ayo pak."

Suga menurut dan ikut berjalan dengan mereka. Seiring dengan langkah Suga yang mendekat dia bisa mendengar bahwa murid-muridnya sudah sibuk mengatur posisi mereka. Satu pertanyaan hadir di otak Suga.

"Lalu yang fotoin siapa?" tanya Suga.

"Minta tolong oranglah pak," sahut salah satu siswi disana.

Suga mendengus pelan. Iya juga. Kenapa dia tiba-tiba melontarkan pertanyaan bodoh seperti tadi. Salah satu siswi disana meminta tolong kepada wisatawan lain untuk mengambil foto mereka semua. Beberapa kali, menggunakan beberapa ponsel berbeda. Suga tersenyum di setiap sesi foto, terpengaruh pada banyaknya aura positif yang dipancarkan murid-muridnya. Omong-omong ini bukan liburan resmi dari sekolah dalam rangka merayakan kelulusan siswa. Ini liburan yang diadakan sendiri oleh kelas XII IPS 3. Mereka mengajukan proposal kepada pihak sekolah untuk mengadakan liburan pribadi. Terkait status mereka yang masih siswa disana meski baru saja dinyatakan lulus, mereka perlu mengajukan proposal semacam itu.  Pihak sekolah mengizinkan acara liburan mereka dengan catatan harus ada guru pendamping. Sayang wali kelas mereka tidak bisa menemani karena ada urusan lain. Dan akhirnya tugas itu jatuh ke tangan Suga, sang guru BK yang dikenal disiplin dan tegas tapi bisa menjadi sosok yang dekat dengan murid-muridnya.

"Sudah?" tanya Suga yang dijawab 'ya' secara hampir bersamaan oleh murid-muridnya.

"Ayo pulang, sudah sore," ajak Suga.

Beberapa dari murid-muridnya merengek. Mencoba melakukan negosiasi. Tapi tentu saja Suga tidak peduli pada rengekan mereka.

"Kalau tidak mau pulang bersama. Pulang saja sendiri," ujar Suga sambil berjalan meninggalkan mereka.

Beberapa muridnya masih menggerutu. Tapi tetap mengikuti Suga, seperti anak ayam yang mengikuti induknya. Sedangkan Suga? Tentu saja dia tengah menyeringai penuh kemenangan.

*

Mata Suga terbuka ketika dia merasa pahanya tersenggol.

"Maaf pak," ucap Hendra -- ketua kelas XII IPS 3.

Suga tidak menjawab, dia sedikit mengubah posisi duduknya agar Hendra bisa melewatinya. Hendra sudah berhasil duduk di tempat duduknya sekarang, di sebelah Suga, di sisi dekat jendela bus.

"Kamu mau melanjutkan kemana setelah ini Ndra?" tanya Suga.

"Iya pak?" Hendra menoleh, dia belum fokus pada Suga tadi.

"Mau melanjutkan kemana?" Suga mengusap wajah dan menegakkan tubuhnya.

"Belum tahu pak. Orang tua ingin saya kuliah di universitas negeri, mengambil jurusan bisnis managemen."

Daddy and Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang