4. Luka dan Penawarnya

84 9 2
                                    

"Lo devita kan? Memangnya gue punya salah sama kamu?" tanya Rizky sedikit bingung dengan ucapan Devi barusan.

"Gara-gara gue kenal sama lo semua orang kira gue punya hubungan sama lo! Gue paling benci dibilang suka sama orang yang gak gue kenal. Hidup gue itu seakan-akan lo dan lo. And then please jauhin gue!" Devi memutar bola matanya lalu pergi ke kantin.

Kejadian itu dilihat beberapa siswa di kantin yang membuat Devita malu. Teman-teman Devita pun menyusulnya ke kelas. Dan pada saat itulah semuanya berubah. Entah ada yang salah dari semua ini. Devita meyakinkan bahwa semuanya karena kesalahan takdirnya. Dia tidak ingin untuk merasakan jatuh cinta yang salah pada laki-laki yang hanya tau memberikan luka.

Sial.

☆☆☆

Di malam hari seperti biasa Devita membuka situs-situs media sosial untuk sekedar melihat berita-berita baru seputar orang-orang yang terkenal di sekolahnya, lalu ia mengerjakan tugas dan mencari pengetahuan-pengetahuan yang ada di media sosial.

Rizky Alfareza: Dev gue minta maaf atas kejadian tadi di sekolah. Sumpah gue gak ada niat buat numpahin minuman ke baju lo. Dan soal orang tau kedekatan kita gue juga gak tau mereka tau darimana

Devita yang sedang mencari tugas di internet, spontan kaget melihat ada pesan line dari Rizky. Ia membaca pesan tersebut, tetapi tidak ada niat untuk membalasnya. Semua tentang Rizky membuat dia merasakan dunia yang berbeda. Her don't know why have feel
likes that.

Selesai mengerjakan tugas, tak lupa ia untuk selalu menstalking instagram dan line Bagas. Pada saat ia membuka instagram, dia tiba-tiba meneteskan air mata. So, itu untuk kesekian kali ia menangiskan cowok seperti Bagas. Ternyata Bagas mengupload fotonya bersama dengan perempuan anak X IPA 2. Ia tahu persis adek kelas itu. Setelah ia menstalking lebih dalam ternyata ia akhirnya tahu bahwa hari itu Bagas sudah mempunyai kekasih baru lagi.

O

key apa saatnya gue moveon? Tapi gak, gak segampang itu. Argh!

Yah tahu aja cewek kalau liat kayak gitu pasti ujung-ujungnya Cuma bisa nangis doang. Emang kalau kita larang dia kita siapa dia coba? Bukan siapa-siapa kan. Dan pada hari itu ia seperti kupu-kupu yang terbang tanpa arah.

Malam itu pun dia membuka hatinya. Dia mulai menerima semua yang baru, karena ia tahu tidak semuanya layak dipertahankan. Seperti sebuah kepompong yang kita rawat, walaupun kita rawat dengan penuh kasih sayang, apabila ia bermetaforsis menjadi kupu-kupu ia akan terbang bebas. Bahkan kita tidak bisa menahannya untuk tetap berada disitu.

Devita: Mbb, ya gpp. Udh dmaafin

Devi memutuskan untuk membalas pesan dari Rizky setalah 15 menit berpikir panjang.

Rizky Alfareza: Ok mksh kali ini gue dimaafin. Tapi tungguh deh lo lagi bete?

Devita: Hah? Tau drmna gue lg bete? Kyk mbah peramal loh haha


Rizky Alfareza: Status line lo nampak tau gak. Emg gini ya cewek kalo maunya doinya peka harus distatusin dulu. Canda

Devita: Wajar dong. Gak semudah itu cewek mengungkapkan apa yang dia rasakan. Takdir cewek itu dikejar bukan mengerjar tapi kenapa jadi kebalik?

Rizky Alfareza: Lo gak boleh gitu Semua itu tuhan ciptain udah punya tugas masing-masing. Ada alasan lo di patahkan sama seseorang. Gak semuanya harus berjalan dengan indah. Wajar aja kita hidup di dunia nyata bukan dunia dongeng

Devita: Hehe iya juga sih. Makasih deh nasihatnya. Gue akuin kalo lo emang pinter bikin hati cewek luluh

Rizky Alfareza: Makanya jangan galau mulu jadi cewek. Yaudah lo tidur aja. Goodnight cantik!😝

Devita tidak merespon pesan terakhir darinya. Entah malam itu hatinya benar-benar luluh dibuat oleh laki-laki yang selama ini di kira buruk baginya. Rizkylah yang perlahan-lahan menyembuhkan luka itu. Ia merasa bahwa ini saatnya membuka hati untuk hal yang baru. Tidak semestinya hati bertahan pada satu pilihan saja. Hati juga bisa lelah dengan batas kapasitas yang telah ditentukan.

Keputusan dev, gue moveon.

☆☆☆

"Hai Dev" Seseorang menyapanya tanpa ia sadari saat ia melewati koridor sekolah, tetapi ternyata di situ dia tengah asik mengkhayal.

"Hah? Gue? Hai" Devi memberi respon seperti orang kebingungan ya beda tipislah sama oran idiot.

"Ya ampun biasa aja kali. Gue gak makan orang juga kali? kayak habis di sapa sama setan aja lo. Oiya, by the way pesan terakhir gue kenapa gak dibales tadi malam?" tanyanya.

Deg!
Yah anjir nih orang pake bikin gue salah tingkah lagi.

"Oo itu astaga, maaf ketiduran. Tadi baru baca pas pagi tadi. Eh gue ke kelas dulu ya, soalnya piket. Dah!" Devita memberi alasan kebohongan kepada Rizky dan langsung pergi ke kelas, karena tidak mau berlama-lama itu hanya akan membuat ia semakin salting.

Aneh dev.

☆☆☆

Pelajaran pertama hari ini pun dimulai. Jadwal pertama di kelas XI IPA 3 adalah matematika. Hampir sebagian siswa di kelas menyukainya. Ya, wajar saja gurunya merupakan wali kelas dari mereka sendiri. Pelajaranpun langsung di mulai dengan aman. Di tengah suasana para siswa mencatat rumua yang ada di papan. Pak Yusuf membuka topik untuk sekedar mengeledek anak-anak walinya.

"Tadi bapak liat ada yang apel di depan kelas XI-1. Romance sekali kayak di drama-drama korea," entah siswa siapa yang sedang di ejek oleh bapak.

Semua siswa yang tadinya hening mulai bergosip mendengar berita baru dari Pak Yusuf. Sementara Devita sedikit merasa tersinggung dengan omongan yang disampaikan oleh Pak Yusuf.

Mampus jangan-jangan gue lagi. Tadi pagi gue kan yang gak sengaja ketemu Rizky di depan kelasnya. Semoga aja gak ada yang tau.

"Ya ampun siapa sih itu. Penasaran gue, pagi-pagi udah bikin orang yang jomblo. Lo tau siapa, Dev?" tanya Dinda teman sebangku Devita.

"Iya ya. Gue aja iri dengerin, udah tau gue jomblo huft" Devita menjawab seolah-olah tidak tahu, padahal ia tahu bahwa Pak Yusuf sepertinya sedang menyingungnya.

"Awas ya lo jangan diem-diem kalo punya cowok. Gue gak bakal jadi temen lo lagi" seru Dinda.

"Iyaa apa sih. Gue diem salah?"

"Jangan sensi buu"

Tuhan selamatkan hamba ini.
Kacau.

Endless WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang