Pagi ini Devita berangkat lebih awal ke sekolahnya. Waktu menunjukkan pukul 06.20 am, gadis itu tampak berjalan di koridor sekolah untuk menuju kelasnya yang terletak di samping perpustakaan sekolah.
Di saat ia memasuki kelas ternyata sudah ada seseorang yang datang lebih awal darinya.
"Bagas? Demi apa lo datang awal kayak gini?" Devita terkejut melihat seseorang yang duduk di pojok kelas yang terlihat easy going itu.
"Emang salah kalo gue datang awal? Gue juga bisa berubah dev. Sama kayak lo yang udah berubah" jawabnya sambil berjalan menuju keluar kelas, raut wajahnya terlihat bete saat Devi bertanya dengan pertanyaan seperti itu.
Ya ampun salah bicara lagi gue. Bego banget sih! Batinnya.
"Iyaiya lo power ranger sejati yang bisa berubah semau lo. Serah deh"
Bagas hanya mendengus dan mengeluarkan nafas kasarnya. Seperti biasa anak itu kembali dengan sifat badboy nya.
☆☆☆
"Eh bro, liat Devita gak?" Tanya seseorang dari kejauhan 20 m darinya yang sedang berjalan mendekati Bagas.
"Ada tuh di kelas. Tumben lo nanyain si Devita" jawabnya dengan datar tanpa ekspresi apapun.
"Oke, makasih. Duluan ya!" Sekedar ucapan terima kasih dari Rizky, lalu ia berlari ke kelas XI-3.
Ditanya juga. Malah pergi. Aneh nyuk!
Saat mendekati kelas XI IPA 3 Rizky berjalan mengendap-endap agar tidak ketahuan dengan Devita ia hanya ingin melihat keadaannya di pagi ini tanpa ingin berbicara sepatah katapun. Ia mengintip Devita dibalik jendela kelas, Devita yang sedang asik membersihkan kelas seperti merasa ada keanehan. Dia merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Semacam hantu begitu?
Devita pun melepaskan sapunya lalu segera lari keluar. Saat ia di depan pintu dan berbalik ke arah kanan ia terdiam melihat seseorang yang di depannya. Seseorang yang selama ini berusaha di hindarinya dan berharap bahwa di dunianya tidak akan bertemu dengannya lagi.
"Ngapaian diam disitu?" tanya Rizky yang mengangkat alisnya melihat Devi yang masih terpaku dengan kehadirannya.
Devita sama sekali tidak merespon pertanyaan itu. Entah ada sesuatu yang mengganjal dihatinya ketika bertemu dengan seseorang yang pernah mengisi hari-harinya."Kenapa lo sekarang malah jauhin gue? Kalo emang lo gak suka kenapa lo gak jujur sama gue? Lo pasti nyembunyiin sesuatu yang buat lo selalu menghindari dari gue" Rizky berusaha membuat Devita merespon segala pertanyaannya dan menatap Devi di satu garis lurus yang berada 5 meter darinya.
Seharusnya gue dulu gak punya rasa lebih sama lo! Dengan bodohnya gue jatuhin hati gue sama orang yang gak jelas kayak lo!
"Dan gue punya alasan kenapa gue jauhin lo selama ini. Dulu gue pernah berharap bahwa gue akan menjalani hari-hari indah dengan lo. Kemarin, hari ini, dan selamanya. Tapi takdir gue berkata lain. Takdir gue emang harus jauhin lo tanpa ada unsur kesengajaan. Tuhan menciptakan lo sama gue itu hanya untuk mempertemukan bukan untuk menyatukan" Devita mengungkapkan seluruh rahasianya selama ini, tidak menahan sakit yang selalu ia simpan kemudian ia menumpahkan air matanya di depan orang yang telah melukai hatinya sendiri.
Ah bodoh! Kenapa lo jadi jujuran gini sih?
"Tapi lo jauhin gue tanpa alasan, Dev. Gue berusaha buat cari tahu kenapa lo jauhin gue. Dari semalam, gue selalu di penuhi tanda tanya ke lo. Dan saat ini tolong jelasin ke gue, Dev." Rizky melangkahkan kakinya untuk mendekati Devita. Tetapi langkahnya terhenti saat meliat isyarat tangan Devita untuk menghentikkan langkah kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Novela Juvenil[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...