26. Broken

48 6 1
                                    

Happy reading💙
Jangan lupa vote dan vommentsnya😊

"Menjauh adalah cara terbaik untuk mematikan rasa. Tapi aku sadar, tidak semudah itu menjauhi orang yang paling aku sayangi"

Ini adalah hari terakhir siswa-siswi melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas(UKK). Seluruh siswa juga di sibukkan dengan menyelesaikan beberapa tugas yang belum terkumpul pada guru mata pelajarannya masing-masing. Begitu pun dengan Devita ia masih berutang PR fisika pada Bu Melati.

Seminggu ini ia di di sibukkan dengan aktivitas belajarnya. Begitu juga dengan Rizky yang sibuk dengan perlombaannya. Hari ini merupakan final perlombaan tersebut. Tim basket putra SMA 2 JAKARTA akan melawan SMA PERMATA BUNDA(A/N: Saya ngasal sumpah:v). Sedangkan, tim basket putri sudah kalah duluan ketika babak semifinal. Seminggu ini mereka sepasang kekasih yang lost contact karena kesibukkan masing-masing.

"Bil, lo ada jadwal gak ntar sore?" tanya Devita sambil membawa beberapa tumpukkan buku cetak.

"Gak ada kayaknya. Tapi sebentar malam gue mau liat finalnya lomba basket putra. Emang kenapa?"

"Gue mau kerumah lo bareng Kanya. Gue mau kerja tugas fisika gue yang ketinggalan. Boleh gak?"

"Dengan senang hati. Tapi ntar malam lo gak nonton buat jadi supporter yayang lo?" Nabila mencoba kembali membuat Devita blushing.

Devita mengedikkan bahunya "Apaan sih lo. Gak tau mungkin enggak masih banyak tugas yang harus gue kerja karena ketinggalan waktu gue sakit kemarin"

"Oh. Okay gue duluan. Lo cp gue diline kalo udah otw. Bye" Nabila melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Devita yang masih berdiri di depan kelas.

Gue harus buat lo benci sama gue. Maaf. Mungkin ini yang terbaik sebelum perpisahan itu benar-benar terjadi.

☆☆☆

Waktu menunjukkan pukul 3.30 pm. Devita sudah siap berangkat ke rumah Nabila. Sore ini hujan mengguyur Kota Jakarta. Devita terpaksa harus menunggu Kanya untuk pergi bersamanya. Karena, Kanya bawa mobil, jadi dirinya tidak perlu repot naik angkot ataupun taksi.

Devita menatap hujan sore ini. Sebuah harum khas ketika hujan membuatnya mempaparkan seulas senyuman. Ia sangat menyukai bau khas ini.

Lima menit menunggu Kanya. Akhirnya, terlihatlah sebuah mobil tentu saja mobil bermerek mahal. Bagaimana tidak, Kanya adalah anak dari salah satu perusahan yang sudah berkembang pesat di German. Devita pamit kepada Elina dan langsung masuk ke dalam mobil.

"Sorry ya kalo gue lama" sahut Kanya seraya langsung menancap gas menuju rumah Nabila.

Devita mengedipkan matanya sambil mengacungkan jempolnya "It's okay babe"

Karena hari ini Jakarta di guyur hujan deras. Lagi-lagi mereka berdua harus terjebak macet. Sedangkan waktu sudah menjelang malam. Nabila tadi sudah mengatakan bahwa ia akan pergi ke acara pertandingan basket sebentar malam.

"Devita, itu bukannya Rizky gak sih?" Kanya memicingkan matanya seraya menunjuk seseorang yang berada di atas motor.

Devita spontan memalingkan pandangannya melihat seseorang yang di tunjuk oleh Kanya. Ia juga melakukan hal yang sama dengan memicingkan sedikit matanya. Setelah Devita mengamtinya dengan seksama. Tidak salah lagi, itu Rizky.

Tapi, Rizky tidak sendirian melainkan ia bersama seorang perempuan yang ia bonceng di belakangnya. Perempuan itu menggunakan sebuah hijab. Perasaan kecewa sedikit menusuk benaknya. Yang menjadi pertanyaan saat ini Siapa wanita itu?

Endless WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang