17. My Happiness

41 4 3
                                    

"Karena kehadiranmu membuatku kini merasakan ada kebahagiaan baru yang kini menghampiriku"

Devita menginjakkan kaki ke sekolah sangat awal. Pagi ini Elina akan berangkat ke Surabaya, karena akan mengadakan pertemuan alumni angkatan sekolah SMP. Jadinya ia harus mengantar Elina terlebih dahulu ke bandara pukul setengah enam, lalu berangkat ke sekolah pukul enam. Jalan yang belum terlihat macet tentu saja membuatnya cepat sampai di sekolah.

Begitu ia sampai di depan pintu kelas. Ia tertegun melihat Aldan yang kini sudah berada dalam kelas. "Setan apa uang memasukinya? Tumben amat. Jangan-jangan dia bukan Aldan?" ujar batinnya selidik penuh selidik. Devita melangkahkan kakinya masuk ke kelas dan mengalihkan penglihatannya. Ketika ia menduduki bangkunya Aldan mendekati bangkunya.

"Maaf ganggu. Bdw, lo punya kamus rumus fisika gak? Hari ini kan ada ulangan hitung-hitung gue belajar dulu sebelum ulangan bentar" ucap Aldan yang kini menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Apa? Buku rumus fisika? Gak salah orang gue?" kekeh Devita yang melihat kejadian langkah itu.

"Emang salah? Yaudah kalo lo gak punya gue pinjam di perpus aja deh" kata Aldan yang kini berbalik menuju ke bangkunya dengan raut wajah datar.

"Kenapa sih gak peka banget? Kenapa harus lo yang bikin buat gue jatuh lagi?"

Satu per satu siswa-siswi lain mulai berdatangan. Hinggah seisi kelas itu berpenghuni sangat ramai. Hari ini sekolah tidak mengadakan apel pagi cuaca di luar ternyata hujan. Dan Devita baru menyadarinya. Bu Farah kini yang akan masuk di jam pelajaran pertama.

"Woy udah ada Bu Farah" seru Raymond yang mengintip di balik pintu. Segera semuanya teratur rapih. Kelas menjadi hening.

Begitu Bu Farah masuk ia membawa salah seorang siswi. Ya dia seorang siswi baru yang akan menjadi penghuni baru di kelas XI IPA 3. "Selamat pagi Anak-anak. Perkenalkan ini teman baru kalian. Silahkan perkenalkan diri kamu" ujar Bu Farah tersenyum kepadanya.

"Perkenalkan nama saya Kanya Alfira. Kalian bisa panggil saya Kanya. Saya pindahan dari Tangerang" ucap Kanya dengan tersenyum malu.

"Kanya? Dia kan" ucap batin Devita.

"Oke. Kamu bisa duduk di belakang bangku Devita" kata Bu Farah seraya menunjuk bangku yang berada di belakang Devita. Spontan Kanya kaget saat melihat Devita, ia tidak menyangka akan bertemu dengannya lagi. Apalagi akan menjadi teman barunya. Ya mungkin ini yang di namakan takdir.

"Kanya? Lo sekolah di sini?" tanya Devita terlihat begitu antusias.

"Iya, Dev. Papa gue pindah tugas lagi. Jadi terpaksa gue harus ikut juga. Begini lah nasib kalau ikut Papa mulu, Dev" jawab Kanya sambil meletakkan tasnya.

"Gue harap lo mau ya jadi temen gue. Bantu gue supaya bisa beradaptasi di kelas ini" kata Kanya yang memperlihatkan puppy eyes nya.

"Tenang aja"

                                  ☆☆☆

Saat Devita melewati pintu kelas bersama Kanya tak sengaja Aldan menabraknya sangat keras. "Aww!" Devita meringis kesakitan dan langsung memegang tangan kanannya yang kesakitan.

"Astaga, sorry gue gak sengaja, Dev" Aldan kini terlihat sangat khawatir. Ya wajar aja khawatir, kalau sampai ia masuk ruang BK lagi bagaimana? Saat ia berada di kelas XI IPA 3 ia harus menghindari ruang BK. Lah, sekarang dia malah melakukan kesalahan lagi.

Tetapi pandangannya mengejutkan saat ia melihat Kanya berada di depannya. Ia yang tadi tidak masuk pelajaran Bu Farah jelas tidak megetahui bahwa Kanya adalah murid baru di kelasnya. Akan tetapi, ia langsung buru-buru membawa Devita ke UKS. "Gue gendong aja gimana?" tanya Aldan.

Endless WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang