"Perduli sama sayang itu beda. Kalau lo perduli lo care terang-terangan sama dia. Tapi kalau lo sayang lo bakalan nyembuyiin rasa care lo ke dia"
R.ABulan dan bintang kini telah siap melaksanakan tugasnya. Menyinari dan menghiasi langit yang gelap. Sebuah ruangan yang khas dengan balutan warna tosca dan foto-foto kenangan yang di tempel disebuah dinding pajangan.
Devita kini membuka matanya dengan perlahan. Ia merasakan badannya sangat lemah saat ini. Semuanya terasa sangat tidak berdaya. Wanita berparuh baya empat puluh tahun kini berada sampingnya.
"Alhamdulillah, kamu udah bangun sayang" kata Elina yang kini tersenyum melihat putri satu-satunya sudah siuman.
"Aku kenapa ma?" tanya Devita seraya memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Kamu tadi katanya pingsan dan sempat juga mimisan. Mungkin kamu kelelahan, sayang. Tadi temen kamu yang namanya Aldan sama perempuan mama lupa tanya namanya siapa" ujar Elina.
Devita hanya mengangguk mengerti. Tapi sejujurnya ia sangat penasaran dengan perempuan yang dimaksud oleh Elina. Dia sempat berpikir kalau itu adalah Andini. Tapi mana mungkin sejak kapan dia bisa akrab dengan Andini?
Di ambang pintu kamar terlihat tiga orang gadis yang memakai pakaian casual.
"Assalamualaikum, tante" ucap ketiga gadis tersebut.
"Waalaikumsalam. Eh kalian udah dateng, sini masuk" ajak Elina.
"Loh? Kalian tau darimana?" Bukannya menyambut Devita justru bingung dengan kedatangan mereka bertiga yang begitu tiba-tiba.
"Ee tadi itu si Aldan kasih kabar ke Andini. Jadinya dia kabarin ke kita digroup chat" ujar Rani.
"Ya ampun Dev bukannya disuruh duduk kek, malah--"
"Iyaiya duduk gih" potong Devita sambil terkekeh melihat tingkah Nabila.
"Mama tinggal ya. Mama juga mau buatin mereka minuman"
"Gak usah ma mereka tuh--".
"Pas banget tuh, tan. Saya lagi gerah" ketus Nabila. Seraya semua orang terkekeh dengan tingkahnya. Begitulah dia. Elina pun meninggalkan mereka dan langsung menuju ke dapur membuatkan minuman untuk ketiga anak itu.
"Din, lo tadi yang nganter gue pulang sama Aldan ya?"
"Hah? Gue? Enggak lah. Ngaco lo. Jelas-jelas gue itu cuma di chat sama dia doang. Emang kenapa sih? Lo tau darimana juga Aldan sama cewek nganter lo ke rumah?" tanya Andini kini mulai dengan kecurigaan.
"Mama gue tuh tadi liat Aldan bareng cewek pas nganterin gue. Tapi pas gue tadi pergi sama-sama dia, dia gak bawa cewek kok. Swear!" Jelas Devita.
"Lo pergi sama dia ya? Cieee.." sambung Nabila.
"Kok lo jadi dekat banget sih sama dia?" tanya Rani.
"Ato jangan-jangan--"
"Yah enggaklah. Gue sama dia itu cuma temen doang gak lebih. Ngada-ngada aja lo semua" celetuk Devita.
Siapa sih cewek yang di bawa Aldan? Apa mungkin dia yang di maksud Aldan tadi? Ah ngapain sih gue mikirin itu. Bego!
☆☆☆
Bintang-bintang yang bersinar kini menghiasi langit gelap malam ini. Mereka berdua kini berada di rooftop salah satu ruko. Siapa lagi kalau bukan kemauan Aldan? Rasa canggung kini menyelimuti keduanya. Dengan sigap ia mulai topik karena sudah di penuhi dengan rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Fiksi Remaja[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...