Aku mencari tahu arah kemana aku harus melangkahkan kaki untuk pergi.
Tapi tidak.
Tidak semudah itu melepaskan sesuatu yang hampir ku genggam.
-DVHari ini kelas XI-3 IPA di penuhi dengan keributan. Mulai dari gosip ciwi-ciwi, sibuk dengan tugas, main labtop, dan satu lagi ada yang galau di pojok kanan kelas. Hah soapa? Siapa dia?
"Oh my God. Demi apa lo hari gini masih jaman galau?" cengir Ika yang sedang bercerita dengan Adysta. Lebih tepatnya sih nge-gosip.
"Devita Nayla Ranta ratu galau, lo kenapa lagi sih? Hidup lo tuh gak pernah ada indah-indahnya" ketus Delva yang kini juga memandangiku.
Emang. Emang hidup gue gak pernah sesempurna kalian!
Hanya buangan muka saja yang mereka terima dengan omelan yang tidak jelas itu.
"Minggir lo gue mau duduk" kata Bagas yang kini berdiri di samping Devita. Sebenarnya ia terlihat kasar sih, but please dont ever negatif thinking about him.
Terpaksalah Devita pergi. Daripada harus berantem sama anak rese kayak dia? Sudahlah lupakan. Kini ia beralih ke tempat duduknya. Ya bisa di bilang hari ini dia akan duduk sendiri. Dinda? Where Dinda? Anak itu lagi-lagi tidak sekolah tanpa kabar.
Kini Devita mengambil sebuah earphone dari tasnya yang berwarna biru tua. "Dimas hp lo pinjem dong. Gue dengerin lagu gak lama" sahut Devita.
Ya. Seperti biasa ia selalu meminjam handphone temannya untuk sekedar menghibur dirinya dengan sebuah alunan musik. Dasar gak ada modal cih!
Baru saja selang tiga menit ia mendengarkan sebuah lagu Ed Sheeran-Photograph Pak Mulyo masuk untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kini kesebalan siswa mulai nyerocos dimana-mana.
Yaelah pak pelajaran kan tinggal sejam lagi. Ngapain coba masuk?
Bapak rutin mulu masuknya. Gak mau ketinggalan. Gimana muridnya mau pintar kalo kayak gini? -eh
Pak Mulyoooo-,-
Kini Pak Mulyo sudah mulai menjelaskan dengan detail tentang kata kunci mencari makna kata. Ada yang bosan, ada yang mengantuk dan ada juga yang ngegosip. Begitulah para siswa kalau di ajarin Pak Mulyo. Tapi, yang anehnya bapak ini malah gak tau marah. Ya, kalo muridnya para sibuk dengan urusan sendiri ia malah baik hati dengan mempersilahkannya.
09.00
Sudah terhitung setengah jam Pak Mulyo mengajar. Tapi kini pembahasannya beralih dengan kata yang tidak efektif. Begitu Pak Mulyo sedang menjelaskan seorang siswa masuk ke kelas. Berhubungan kelasnya gak di kunci, jadi otomatis tanpa mengetuk ia bisa masuk.
"Asslamualaikum Pak. Saya pindah di kelas ini" sapanya dengan hormat kepada Pak Mulyo.
Aneh.
Semua siswa di kelas menganga melihat kedatangannya yang tak di undang itu. Sopan sih sopan, but? Semuanya kebingungan melihatnya yang kini masih berada di depan pintu. Di tambah kebingungan siswa yang ada di kelas. Ya. Dia memang bukan murid baru. Dia anak kelas XI 2 IPA. Tapi ada hal apa anak itu bisa di pindahkan kesini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Fiksi Remaja[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...