Krriingg. Alarm waker berwarna biru mudah berbunyi dari meja kecil yang berada di samping tempat tidurnya.
"Ribut banget sih" suara serak dan mata cipitnya masih enggan untuk bergegas bangun lalu ia mematikan alarm weker tersebut dan menengok sekarang sudah pukul berapa.
"Astagaaaa. Demi apa? Udah jam setengah tujuh lewat? Gila gak sholat subuh udah telat. Mampusss gue" Devita buru-buru beranjak bangun dan mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurnya.
Lima belas menit berlalu. Sekarang menunjukkan pukul 06.50, tetapi sekarang ia di sibukkan merias rambut panjangnya di depan cermin. Demi apa? Devita mandi seperti mandi bebek dan memakai seragam buru-buru karena takut telat dan kini harus di sibukkan dengan rambutnya.
Bandel banget sih nih rambut. Pake acara nyusahin udah tau gue lambat gini.
Ocehan yang gak jelas itu berulang-ulang ia ucapkan. Lima menit ia berada di depan kaca akhirnya ia siap untuk pergi ke sekolah. Keluar dari kamarnya ia hanya berteriak untuk berpamitan kepada Mama tanpa sarapan pagi sedikitpun di hari ini.
"Maa, aku pergi dulu udah telat soalnya jadi harus buru-buru ke sekolah.
Assalamaulaikum". teriak Devita dari arah ruang tamu sambil memangsa sepasang sepatu hitam yang bertali putih.
"Iyaa hati-hati ya. Di sekolah jangan lupa makan. Waalaikumsalam" jawab Elina yang bersuara dari arah dapur.
☆☆☆
"Sial.. Lambat lagi gue. Hari ini tugas piket Bu Sita lagi" suara kesal itu berdengus di belakang Devita dan ia tak sengaja menendang sebuah botol aqua ke arah Devita.
"Aaaww... Siapa sih nih? Jail banget" ketus Devita langsung memegang kepalanya yang terasa sakit dan menengok ke arah belakang barisannya.
Astaga. Rizky lambat juga? Ya Allah takdir gue harus emang kayak gini ya?
Devita yang memejamkan matanya dan lamat-lamat meluruskan pandangannya ke arah depan. Untung saja Rizky tidak melihatnya yang kini tengah berada di barisan terlambat. Jadi dia tidak perlu acara grogian segala.
Tiba-tiba datang Bu Sita tanpa basa-basi mengomeli siswa-siswi yang terlambat di hari ini "Astagfirullahaladzim. Ibu bosan liat muka kalian ya. Tiap hari muka ini terus yang terlambat. Apa kalian yang islam tidak sholat subuh apa? Kalian tahu keberkahan di pagi hari itu dari sholat subuh yang kalian dirikan di pagi hari"
"Yaelah bu kita ini sebenarnya mau di hukum atau mau dapet ceramah pagi sih bu? Ya lagi pula kalo Ibu bosan gak usah ada tahanan buat yang terlambat gitulah Bu" sahut Raymond salah satu siswa yang paling ceplas-ceplos terhadap guru.
"Kamu nih ya. Gak bosan berhadapan sama Ibu. Untung-untung kamu cucu bapak kepala sekolah kalo enggak Ibu yang akan usir kamu dari sekolah ini" Bu Sita menjewer telinga kiri Raymond. Spontan ia langsung berteriak menjerit meminta ampun kepada Bu Sita.
"Ya sudah kalo begitu, kalian masuk kelas saja. Hari ini Ibu gak akan kasih kalian hukuman tapi ingat besok yang terlambat lagi Ibu kenakan scors tiga hari" kata Bu Sita. Serentak siswa-siswi yang terlambat merasa bahagia di hari itu entah keajaiban apa yang diberikan tuhan kepada mereka.
"Gini dong, Bu. Sekali-sekali sayang sama anak muridnya. Tambah cinta deh saya kalo Bu Sita kayak gini" sahut Raymond menggombal Bu Sita dan tertawa lepas. Bu Sita yang melihat tingkah Raymond itu hanya menggelengkan kepala tanpa meresponsnya. Dan alhasil siswa-siswi yang terlambat pun bubar menuju kelas masing-masing.
☆☆☆
Saat menuju kelas dan melewati koridor sekolah. Tak sadar di samping Devita telah berdiri seorang laki-laki yang cukup tinggi darinya.
"Terlambat juga hari ini?" tanya Rizky yang kini berjalan berdampingan melewati koridor sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Teen Fiction[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...