"Disaat lo mengharapkan orang lain, di luar sana ada orang yang juga diam-diam mengharapkan kehadiran lo disisinya" -Kanya Alfira-
"Gue bahagia kalau liat lo bahagia, walaupun lo bahagia bukan karena gue. Karena gue tau sayang gak harus memiliki kan?"
-Rizky Alfareza-Sudah seminggu Devita tidak memasuki sekolah. Dan ini sudah memasuki minggu kedua. Suasana kelas yang mungkin terlihat sepi tanpa ada nuansa galau yang di ciptakan olehnya. Perempuan berambut sebahu yang sering dijuluki 'Miss Galau' itu kini berada di ruangan yang berbau khas obat dan cat putih.
"Maa, Devita kapan sembuh? Devita mau sekolah lagi mah. Kasian temen-temen Devita pada rinduin aku" Devita menyandarkan tubuhnya di sebuah ranjang rumah sakit.
"Yang sabar yah sayang. Gak lama lagi kok. Makanya kamu banyak-banyak istirahat biar cepet sekolah" Elina kini membendung. Ia hanya dapat mengukirkan sebuah senyuman untuk putri satu-satunya ini.
"Oyaa mah. Papa sama adik kapan ke sini ma? Devita udah kangen banget" Devita kembali memperlihatkan senyum manisnya. Walaupun dirinya yang tampak sedikit pucat, tapi senyum manis di bibirnya tidak akan pernah hilang.
"Dua hari lagi mereka ke sini, sayang. Papa masih ada proyek di Bandung. Adik kamu juga lagi ujian di sana"
Devita hanya menggangguk paham. Ia mengerti dengan pekerjaan Papanya selama ini. Berusaha untuk menafkahi keluarga kecilnya itu memang bukan hal yang mudah.
"Assalamualaikum"
Seseorang kini terlihat berada di ambang pintu ruangan 307 sedang mematung ketika melihat perempuan yang ada di depannya melakukan hal yang.
"Waalaikumsalam. Eh Rizky ayo masuk, nak"
"E-ee iya tante"
Rizky pun langsung beranjak masuk ke ruangan dimana Devita kini di rawat.
"Gimana udah baikkan?" tanya Rizky.
"Dari dulu gue baik-baik aja kali. Lo aja yang alay" bukannya terlihat lemah. Devita justru mencibir Rizky dengan keadaannya 'sok kuat'.
"Sok kuat mulu lo!"
"Biarin" Devita menjulurkan lidahnya.
Gue rindu, Riz. Dimana dulu kita adalah sepesang jiwa yang selalu tertawa dengan tingkah kekonyolan kita.
Tidak dapat menahan perasaan sedihnya. Mata Devita yang kini terlihat indah. Matanya yang terlihat kehitaman dan bulu mata yang lentik itu kini berkaca-kaca.
"Galau mulu lo"
"Emang"
Rizky tertegun. Sikap Devita yang dari dulu tidak pernah berubah. Tidak bisa menahan tangisan yang selalu ia rasakan. Tapi, entah mengapa ia selalu ingin terlihat 'baik-baik saja' di depannya.
"Mama tinggal dulu ya. Tante titipin Devita ya, nak"
Mereka berdua hanya menggangguk. Elina pun pergi meninggalkan ruangan itu. Kini hanya ada dua jiwa yang menghuni ruangan itu.
"Riz gue kapan sembuh?" air mata yang sedari tadi di bendungkan Devita kini menetes satu per satu.
"Gue gak tau, Dev. Makanya lo harus banyak-banyak berdoa, lo juga gak boleh mikirin banyak hal. Lo fokus sama diri lo sendiri gak usah mikirin orang yang gak mikirin keadaan lo" jelas Rizky.
"Berarti selama ini lo gak mikirin gue dong?"
"Yaelah bocah. Kalo gue gak mikirin lo, gue gak bakal kesini kali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Fiksi Remaja[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...