"Semua orang juga butuh sebuah kepastian. Jangan sampai kau menyesal karena sudah mensia-siakan kesempatan yang kedua" -Dian-
"Kalau aku selalu terlihat kuat itu wajar. Gue gak mau selalu kelihatan lemah di depan lo. Walaupun ujung-ujungnya gue pasti nangis dengan alasan tertentu"
"Waktu gak bakal nungguin lo buat kasih kepastian. Cepat atau lambat takdir bisa aja berubah karena lo terlalu lambat buat mengambil keputusan yang udah lo buat sendiri"
-Kanya Alfira-Kanya Alfira.
Kini diirinya terbaring lemah di sebuah ruangan yang bernuansa cat putih itu. Sudah dua hari yang lalu ia tidak menyadarkan diri. -Kayla- sang Mama selalu setia berada di ruangan itu. Berharap sang buah hati satu-satunya ini bisa bangun dari komanya.Dan tak lupa.
Aldan Alvaro. Orang yang selalu mengunjungi ruangan ini. Ia tidak pernah letih untuk menunggu Kanya bangun dari tidurnya yang nyenyak itu. Semenjak Kanya di rawat di rumah sakit, hidupnya terasa seperti ada yang hilang."Nya, lo kapan sadar sih? Gue bosan liat lo tidur mulu. Gue capek, Nya" Aldan kini hanya bisa berbicara dengan seorang yang seperti sedang bisu dengan wajah pucatnya. Mata indah dan bulu mata lentiknyayang tertutup.
"Aldan, maafin tante ya. Tante salah udah jodohin Kanya sama Rizky. Tante nyesel banget. Kadang diri kita sendiri lupa kalau yang terbaik itu gak harus yang sempurna" sahut Kayla.
"Gak apa-apa kok, Tan. Kita juga manusia gak pernah luput dari kesalahan. Dari kesalahan kita banyak belajar, Tan"
Keduanya kini tersenyum. Kayla tidak menyangka bahwa Kanya akan mendapatkan sosok laki-laki yang seteguh ini. Sebenarnya kita tidak bisa menilai seseorag dari tampangnya saja. Karena yang buruk itu belum tentu benar-benar buruk. Begitu juga yang terlihat baik, belum tentu benar-benar baik.
"Oya, kamu pulang dulu deh. Ganti baju seragam kamu. Kasian kalo Kanya bangun kamu masih pake baju sekolah kayak gini"
"Iya, tan. Jagain Kanya, tante. Saya permisi dulu. Assalamualaikum" Aldan mencium tangan Kayla.
Waalaikumsalam"☆☆☆
Devita Nayla Ranta.
Disinilah dirinya. Di sebuah kafe yang bernama Hello Gáes selalu diramaikan oleh anak remaja seumurannya. Di temani dengan segelas Milkshake dan sebuah labtop yang berada di depannya.Oya, dirinya sudah sembuh semenjak hari kedua Kanya di rawat dirumah sakit. Dan tak lupa bahwa dirinya kini mengetahui satu hal bahwa tante Kayla adalah mama dari Kanya sekaligus teman sekolah Mamanya--Elina--
Okay.
Tujuan utamanya ke sini adalah untuk menyelesaikan sebuah tugas dari Bu Esti. Entah mengapa kini dirinya hanya asyik dengan sebuah film drama korea.Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu kirinya. Kini ia terbangun dari imajinasi film yang barusan ia tonton tadi.
JDUARR!!
"Eh bangkee" Devita segera menengok ke belakang mencari tahu siapa yang baru saja membuat dirinya kaget.
"Hahahaaha. Anjir muka lo lucu banget, Dev" orang itu tertawa melihat ekspresi kaget Devita.
"Yaelah anjay lo mah. Lo ngagetin gue mulu, deh Dian" Devita mendengus kesal. Kelakuan Dian yang selalu bertemu dengannya selalu membuat jantungnya seperempat mau copot.
"Jangan marah kek gitu, Dev. Ntar cantik lo ngilang lagi" gombal Dian.
"Eleh. Udah bisa ngegombal lo? Belajar dari mana bu?" kekeh Devita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Teen Fiction[ENDLESS WAITING] -- [BELUM DIREVISI] Tentang sebuah penantian yang harus berujung dengan kesedihan. Siapa yang tau dengan takdir? Bahkan kita pernah membayangkan skenario Tuhan akan selalu berjalan dengan indah seperti yang kita inginkan. Tapi baga...