14. Titik Jenuh

25 5 0
                                    

Kamu harus tau,
Kalau saya juga punya titik jenuh untuk menunggu sesuatu yang tidak pernah pasti.
Terima kasih untuk kenangannya.
Saya pergi.
Devi-

"Ketika kita menyanyangi orang lain kita juga harus rela terluka demi kebahagiaan demi orang yang kita sayang. Walaupun bahagianya bukan karena kita. Karena gak seharusnya kita memaksa apa yang bukan milik kita:)"

Kini Kanya dan Devita berada di tengah keramaian taman belakang Rumah Sakit. Begitu banyak orang-orang yang kini tampak di kursi roda terlihat jalan-jalan dengan seorang perawat mereka masing-masing. Kayla pun membuka topik pembicaraan.

"Kamu teman kelasnya Rizky?" tanya Kanya dengan sopannya.

"Oh, gak kok. Saya gak sekelas sama dia" jawab Devita yang kini menduduki sebuah kursi taman di ikuti oleh Kanya.

"Oh wajar aja" ucapnya dengan singkat sambil tersenyum.

"Wajar kenapa?" tanya Devita sedikit terlihat kepo.

"Dia itu punya banyak temen Dev. Dan paling jarang berteman sama temen kelas sendiri. Sampai detik ini pun gue juga bingung sama sikap aneh anak itu" jelas Kanya yang kini menatap langit kini yang terlihat senja.

"Masa sih? Eh maaf saya kepoan" kini kepoan Devita semakin bertambah.

"Dia pernah bilang kalo dia gak nyaman sama teman kelasnya. Gak tau kenapa dia kayak serasa paling terpojoki di kelas" jawab Kayla yang kini menatap Devita.

Kenapa dia lebih tau semua tentang Rizky? Tahan diri Devita, Jangan nyerocos!

"Lo pacar Rizky yah?" lanjut Kanya.

"Hah? Gak kok. Mana mungkin, Nya" jawabnya sedikit terlihat gugup.

Hubungan gue sama dia gak jelas Nya. Batinnya ingin sekali mengungkapkan kalimat itu.

"Oyaa? Gue gak percaya deh. Tapi wajar aja sih dia kebanyakan temen sampe gak tau gue bedain mana pacar mana temen" kekeh Kanya.

Notifikasi pesan masuk berbunyi dari ponsel Kayla. Ia langsung membuka slide layar ponselnya.

Iky Otong💩: Awas kalo lo macam-macam sama Devi. Abis lo!

Yaelah takut banget temannya di apa-apain. Emang kali gue penculik? Dasar otong! Gerutunya dalam hati seraya terkekeh kecil.

Melihat tingkah aneh Kanya. Devi sebenarnya penasaran itu dari siapa. Rizky? Tapi dia menahan kekepoannya itu.

"Ooiya. Bdw lo siapanya Rizky? Dia gak pernah cerita tentang lo ke gue?" tanya Devita kini kembali ke bahasanya untuk terlihat lebih akrab.

"Gue teman kecilnya. Lo suka ya sama Rizky?" tanya Kayla yang menaikkan alisnya.

"Ah, Eng-gak kok"

"Jangan bohong lo. Kita itu sesama cewek kali Dev. Gue tau cewek itu gimana. Setidaknya lo jujur aja sama gue, kali aja gue bisa bantu"

Devita kini menyerah. Ia sebaiknya jujur saja kepada Kanya. Mungkin saja dengan adanya Kayla hubungannya bisa di perjelas ke depannya.

"Iya jujur gue suka sama dia" jawab Devita kini pipinya tampak terlihat merah merona ia menundukkan kepalanya. Kanya sempat terkekeh.

Ya ampun si otong itu berhasil menaklukan hati manis cewek ini? Dasar si otong! Batin Kanya terkekeh saat mendengar kejujuran Devita.

"Terus kenapa lo gak jujur aja sama dia?" tanya Kanya.

"Gak mungkinlah, Nya. Secara disini posisinya gue cewek. Kalo misalnya selama ini dia beneran gak suka sama gue gimana? Kalo selama ini gue cuma baperan gimana?" Celetuk Devita yang kian menundukkan kepalanya.

Endless WaitingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang