It isn't fair

397 59 14
                                    

Jung Daehyun dilarikan ke rumah sakit terdekat. Matanya terpejam. Sebilah pisau masih tertancap di dadanya. Tim medis yang mengevakuasi tidak berani mencabutnya karena terlalu beresiko. Mereka harus mengetahui dengan pasti kedalaman pisau tersebut atau akan ada resiko pendarahan yang semakin hebat.
Disela kepanikannya Jongup masih bisa berpikir jernih dengan menghubungi Junhong dan meminta kekasihnya itu segera ke kantor Yongguk dan membawanya ke rumah sakit.

Jongup menggenggam erat tangan Daehyun yang lemas. Orang yang selama ini tidak pernah ia anggap sebagai karyawan. Jung Daehyun adalah seorang kakak bagi Jongup.
"Hyung...aku mohon. Bertahanlah. Tolong bertahanlah. Demi aku, demi Junhong. Demi Yongguk hyung. Aku mohon." Ucap Jongup berkali kali, berharap Daehyun mendengarnya dan tidak berhenti berjuang untuk hidup.

Perjalanan menuju rumah sakit terasa sangat lama bagi Jongup. Setibanya di IGD, Daehyun langsung dibawa ke ruang khusus.
"Anda terluka?" Seorang perawat mendekati Jongup. Ia hanya menggeleng lemah.
"Tolong hyung ku...tolong selamatkan dia."
"Kami akan berusaha sekuat tenaga. Anda yakin tidak apa-apa? Boleh ikut saya sebentar ke bagian administrasi? Kakak anda mengalami perdarahan hebat, kami butuh informasi medisnya."
Jongup dengan berat hati mengikuti perawat itu. Sambil mengisi berbagai macam data, seorang polisi menghampiri.
"Permisi, bisakah saya bicara dengan anda sebentar?"
Jongup mengangguk. Ia menyerahkan lembaran-lembaran yang telah diisi ke perawat kemudian menghadap ke arah petugas tersebut.

"Anda yang melakukan panggilan ke nomor darurat?"
Jongup mengangguk.
"Nama lengkap?"
"Moon Jongup."
"Anda mengatakan ada orang gila yang datang dan menusuk kakak anda, apakah benar?"
Lagi Jongup mengangguk.
"Bisa anda deskripsikan penampilan orang itu?"
"Namanya Kim Himchan. Usianya sedikit lebih tua dari Daehyun hyung."
"Anda mengenali si penyerang?"
"Ya. Orang yang sama yang pernah mencoba bunuh diri di kafe saya. Dan dilarikan ke rumah sakit ini juga."
"Apakah anda tahu keberadaan orang itu saat ini?"
"Sangat berharap aku mengetahuinya. Tapi sayang, aku tidak tahu, pak polisi
"
"Ada dugaan alasan ia melakukan hal ini?"
"Ada. Cemburu. Ia tidak rela mantan kekasihnya memilih Dae hyung."
"Baiklah Mr Moon. Terimakasih atas informasi yang diberikan. Kami akan lakukan yang terbaik untuk bisa menangkap pelakunya."
Jongup mengangguk dan polisi itu meninggalkannya.

Dengan gontai Jongup berjalan kembali ke ruangan dimana Daehyun berada.
"Saat ini sedang dilakukan pemindaian kedalaman pisaunya." Perawat menginformasikan saat Jongup hanya mematung di depan pintu ruangan. Tidak bisa masuk, tetapi ia juga tidak ingin meninggalkan Daehyun sendiri.

Sementara itu Junhong sedang berusaha meyakinkan resepsionis kantor Yongguk untuk meyakinkan bahwa ini adalah hal yang sangat penting, tetapi terus ditolak oleh resepsionis.

"Oh...kau...kafe." sebuah suara muncul dari samping Junhong.
"Youngjae hyung?"
"Ah iya kamu Junhong. Ada apa?" Tanya Youngjae, melihat kepanikan di wajah Junhong.
"Aku perlu bicara dengan Yongguk hyung. Sekarang. Sangat penting. Darurat."
Youngjae mengerutkan alisnya tetapi ia mengangguk.
"Mohon tunggu sebentar, Junhong. Saya akan memanggilkan Mr Bang. Kamu bisa menunggu di ruang ini."
Youngjae membawa Junhong ke ruang tunggu khusus tamu Yongguk, kemudian meninggalkan Junhong sendiri.

Youngjae berjalan ke ruang meeting, mengetuk perlahan lalu masuk. Ia tahu pasti hal yang berhubungan dengan Daehyun yang membawa Junhong mencari Yongguk.
"Permisi, Mr Bang. Maaf mengganggu meeting anda, tetapi saya perlu menyampaikan sebuah pesan, penting."
Youngjae mendekati Yongguk dan menyerahkan secarik kertas.

Junhong dari Kafe datang. Panik.Menunggu di ruang tamu.

Yongguk membaca pesan itu dan menatap Youngjae lalu mengangguk.
Youngjae balas mengangguk dan meninggalkan ruangan. Lima menit kemudian Yongguk sudah berada di ruang tamu, menemui Junhong.

"Hyung!" Junhong merasa lega saat melihat Yongguk memasuki ruangan.
"Ada apa Junhong?"
"Aku dihubungi oleh Jongup hyung. Mereka saat ini berada di rumah sakit dan aku diminta untuk membawa hyung bersamaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi tetapi Suara Uppie hyung sangat panik. Pasti sesuatu yang...besar...terjadi." Jelas Junhong. Airmata sudah menggenangi pelupuk matanya.
Yongguk meraih telepon dan menghubungi Youngjae.
"Batalkan semua meeting. Siapkan mobil sekarang. Aku dan Junhong menuju rumah sakit."
Setelah meletakkan gagang telepon, ia menatap Junhong.
"Ayo kita pergi."
Dan dua orang laki-laki dengan hati resah menuju ke rumah sakit.

-.-

Di pintu masuk Jongup sudah menunggu keduanya. Saat melihat Junhong turun dari mobil bersama Yongguk, Jongup langsung berlari ke pelukan Junhong, dan menangis.
Melihat reaksi Jongup, Yongguk langsung masuk ke bagian administrasi dan menanyakan tentang pasien atas nama Jung Daehyun.

"Saat ini pasien ada di ruang tindakan. Sedang dilakukan pemindaian untuk mengetahui letak pastinya sebelum dilakukan tindakan." Perawat memberikan informasi setelah Yongguk menjelaskan bahwa dia adalah penanggung jawab Daehyun.
"Letak pasti?" Tanya Yongguk.
"Ya Mr Bang. Sebelum dicabut, harus diketahui dengan pasti, untuk menghindari terjadinya perdarahan yang tidak diinginkan."
"Maaf tapi aku tidak paham. Apa yang harus dicabut?"
"Pisau yang menancap di dadanya." Jelas perawat itu.
Wajah Yongguk pucat pasi. Ia tidak pernah merasa terkejut seperti ini. Terlalu sulit untuk diucapkan dengan kata-kata.

"Hyung..." Jongup dan Junhong sudah berada di sisi Yongguk, yang berdiri di depan ruang gawat darurat, tidak bisa masuk karena Daehyun ada di ruangan tersendiri.
"Ini ulah dia kan?" Tanya Yongguk geram. Jongup mengangguk perlahan.
Junhong mencengkram bahu Yongguk saat ia akan meninggalkan tempat ini.
"Daehyun lebih membutuhkan hyung. Jangan tinggalkan dia hanya untuk mengejar lelaki terkutuk itu. Aku mohon. Demi Dae hyung." Junhong berbicara dengan nada rendah.
"Tapi orang itu perlu diberi pelajaran!"
"Ya. Tapi tidak saat ini. Hyung bisa suruh orang-orang untuk mencarinya. Tapi hyung tidak bisa meninggalkan Daehyun disini, dengan keadaan seperti itu."
Nafas Yongguk tersengal. Amarah yang menguasainya berusaha untuk diredam. Junhong ada benarnya. Ia harus ada disisi Daehyun saat ia bangun...

Tetapi kemudian sekeliling mereka menjadi ramai.
Paramedis berlarian ke ruang dimana Daehyun berada.
Samar terdengar teriakan dimana mana.
"Kantung darah!"
"Panggil dokter paru!"
"Siapkan alat!"
"Aku butuh tenaga tambahan! Kesini!"
Dan orang-orang semakin banyak berlari ke ruangan itu.
Yongguk, Junhong dan Jongup terduduk lemas melihat apa yang terjadi.

Waktu berjalan begitu lambat.
Tidak ada lagi orang yang masuk ruangan itu.
Tapi juga tidak satupun yang keluar.
Mata Yongguk tidak lepas dari pintu ruangan, seakan ia bisa melihat apa yang terjadi di dalam sana.

Hingga akhirnya satu orang dokter keluar dan bicara dengan perawat disana, lalu perawat itu menunjuk ke arah Yongguk.

"Apakah anda keluarga dari Mr Jung?"
Dokter menghampiri ketiganya. Tangan dan bajunya berlumur darah
"Saya."
"Kami butuh persetujuan anda. Mr Jung harus dioperasi sekarang juga. Lukanya terlalu dalam, mengenai oragan vitalnya."
"Apapun! Aku mohon selamatkan dia!"

--**--
Ruang tunggu terasa sangat dingin.
Belum ada yang keluar dari ruang operasi. Yongguk membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.
Jongup dan Junhong saling berpegangan.
Berjam-jam mereka menunggu hingga akhirnya seseorang menghampiri.
"Kami telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi kondisi Mr Jung terlalu lemah. Saat ini pisaunya sudah dicabut, tetapi karena tikamannya terlalu dalam, Mr Jung kehilangan banyak darah."
"Maksudnya? Dia akan baik baik saja kan dokter?"
"Semua tergantung pada Mr Jung. Kami sudah melakukan yang terbaik. Saat ini kami memasang mesin untuk mengeluarkan cairan dari paru-parunya. Beruntung tikaman tidak mengenai jantung. Mr Jung perlu perawatan intensif saat ini."
"Bisakah aku menemuinya?"
"Mr Jung masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Anda bisa menemuinya setelah kami pindahkan Mr Jung ke ruang perawatan."
"Terimakasih dokter. Terimakasih." Jongup menggenggam tangan dokter sebelum ia meninggalkan mereka.

----------------------------------------------------------
Is it okay?

Side Effect Of BreakupsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang