part 16

11K 443 4
                                    

Author pov

Sepanjang perjalanan menuju lokasi bertemu dengan Satria, Lili selalu membayangkan hal hal apa saja yang akan di bicarakan Satria.

Kita tinggalkan sementara Lili dengan pikiran pikiran nya tentang Satria.

Berbeda tempat dan berbeda kisah kita melanglang ke kantor kakak nya Lili yaitu kak Amara atau biasa dipanggil Ara.

Amara pov

Dering ponsel di meja kerjaku menghentikan sejenak aktivitas ku di depan laptop, setelah melepas kaca mata anti radiasi, tanpa melihat siapa yang menelepon aku langsung bicara.

"Halo?"

"Assalamualaikum"sahut suara berat diseberang yang sangat ku kenal.

Aku langsung melihat ke layar ponsel dan tertera nama Sakti disana.

"Owh..wa alaikum salam bang, maaf tadi Ara tidak lihat lihat siapa yang nelpon, jadi tidak tahu ternyata abang yang menelpon."

"Tidak apa apa, Ara lagi sibuk ya? Apa telepon abang mengganggu?"

"Hmm..sejujur nya Ara memang sedang sibuk bang, tapi karena abang sudah menelepon, pasti ada sesuatu yang penting kan?"

"Mhh..tidak juga sebenarnya, tergantung."

"Mau bicarain apa bang? Jadi penasaran lho" kata ku sambil tersenyum, walaupun bang Sakti tidak mungkin bisa melihat senyum ku.

"Itu tentang tanah di kampung yang tempo hari Ara bicarakan ke abang, abang lupa ukuran tanah yang mau di jual itu berapa kali berapa dan berapa per meter nya."

"Soalnya abang ada teman orang pemerintahan, mencari tanah kosong untuk dibangun menjadi rumah sangat sederhana, masih program pemerintah juga sih, pembangunan sejuta rumah type Rss di perkampungan."jelas bang Sakti

"Owh...itu bang, mmhh tapi Ara pun lupa lah berapa ukurannya, nanti Ara telepon adik Ara dulu ya"
Ucapku.

"Siapa?"tanya bang Sakti

"Lili bang, abang masih ingat dia?"

"Masih lha, mana bisa lupa abang dengan adik adik Ara."

Aku tersenyum mendengar jawaban bang Sakti

"Apa kabar Lili, Ra? Sudah berapa anggotanya? Suami nya teringat abang orang mana?"tanya bang Sakti.

"Orang Medan bang, anak nya tiga orang, tapi Lili dan suaminya sudah pisah, sudah cukup lama hampir setahun sudah". Ujar ku sambil melirik jam tangan ku, astaga sudah jam tiga sore.

"Bang Sakti maafin Ara bisa, Ara tidak bisa ngobrol lebih lama lagi bang, tugas Ara numpuk banget, sudah sore juga. Nanti Ara telepon lagi bila sudah ada keterangan tentang tanah itu ya." Kata ku dengan panjang lebar.

"Oh.. iya seharusnya abang yang minta maaf bukannya Ara."

"Lain waktu kita sambung pembicaraan ini ya, abang jadi kepo nih." Ucap bang Sakti belagak gaul

"Ok" jawab ku dan mengucapkan salam setelahnya.

Aku pun menyudahi komunikasi dengan bang Sakti.
Dan lanjut dengan pekerjaan ku yang tidak ada habisnya.

Sakti pov

Setelah memutuskan komunikasi dengan Ara kenapa aku jadi berfikir tentang Lili ya?

Membayang bayang kan seperti apa dia sekarang, penampilannya, wajah nya. Terakhir bertemu dulu ketika dia masih duduk di bangku SMP dan aku bersama Ara di bangku kuliah sebagai sepasang kekasih.

CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang