Part 23

7.8K 305 59
                                    

Lili pov

Apa maksud perkataan bang Sakti, kesal karena dia ngaku ngaku sebagai calon suami, padahal kujawab iya saja belum.
Tapi tak mungkin aku menyanggah pernyataannya, nanti dia akan merasa malu. Dan aku tidak tega. Aku melihat perubahan raut wajah Satria, dia menatapku seakan akan meminta pernyataan dari ku, meminta penegasanku, akan statment yang diucapkan bang Sakti. Aku juga tidak mungkin mengatakan tidak benar, karena pasti akan membuat Satria menaruh harapan kembali padaku. Dan untuk kesekian kalinya aku tidak mau memberikan harapan padanya.

Aku hanya menunduk dan diam, tidak berkata apapun juga. Lalu akhirnya aku mendengar Satria membuka suara

"Oh.. benarkah Li? Kalau begitu ku ucapkan selamat ya Li." Ucap Satria sambil mengulurkan tangan. Memandang tangan dan melihat ke arahnya tersirat raut kekecewaan yang nyata yang berusaha disembunyikannya.

Perlahan akupun menyambut uluran tangannya, dan dengan suara lirih aku hanya bisa mengatakan dua kata "terima kasih"

Semua  kembali hening, tidak ada satupun dari kami yang membuka suara,  kami berada dalam mode kebisuan. Sambil sesekali terdengar suara denting sendok yang menandakan kami hanya menikmati menyantap hidangan yang sebenarnya sangat enak. Tetapi entah kenapa kami bertiga seperti kehilangan selera.

Selanjutnya Satriapun berdehem. Lalu berbicara "apa kamu telah memberitahu Lili alasan kamu ingin menikahinya Sakti." Tanya Satria sambil menatap Sakti tajam

Sakti mengernyit "tentu saja sudah. Dan apa maksud pertanyaan anda". Tanya Sakti yang tentu saja membuat batinku bertanya tanya kenapa Satria berkata kata seperti itu.

"Ah....tidak apa apa hanya bertanya saja. Dan heran juga Lili mau menerima alasan kamu untuk bisa menikah dengannya". Ucap Satria sambil tersenyum

"Apa yang hendak kamu sampaikan Satria. Aku tidak mengerti." Ucapku. "Aku merasa ada yang kamu sembunyikan." Lanjutku bertanya

Bang Sakti berdehem sekali dan sedikit gelisah.. dan akhirnya buka suara "mhh... iya ada apa, maksud pernyataan itu apa ya. Lagi pula saya rasa itu bukan urusan anda, anda hanya atasan Lili dikantor, bukan saudara atau pun siapa siapa." Ucap Sakti kemudian.

Dengan suara sedikit kesal Satria menjawab kata kata Sakti.

"Aku memang bukan siapa siapa Lili, tapi aku adalah orang yang sangat mencintainya dan akan melakukan apa saja untuk kebahagiaannya. Aku tidak akan memaafkan dan membiarkan bila ada orang yang ingin memanfaatkannya untuk alasan apapun juga." Lanjut Satria sambil terus memandang Sakti tidak berkedip.

Merasa terintimidasi Sakti dan Satria pun saling memandang dengan tajam. Aku merasa tidak nyaman dengan kondisi saat ini. Hingga aku pun berkata "Sudah sudah  kenapa aku merasa jadi tidak nyaman disini. Apa yang kalian berdua bicarakan." Tanya ku sedikit kesal.

" Selesaikan acara makan ini dan masing masing kita akan kembali pulang." ucapku.

"Dan karena aku sudah selesai, aku akan pulang terlebih dahulu." "Selamat sore bang Sakti, dan Satria terima kasih." Ucapku sambil beranjak dari dudukku dan segera pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lili tunggu." Teriak Satria, tapi aku hanya menoleh dan melambaikan tangan saja.

-------------

"Aku tahu alasanmu ingin menikah dengan Lili, dan sejujurnya aku tidak percaya kau telah mengatakan padanya dengan jujur apa alasan kau ingin menikahinya."

"Apa maksudmu?"tanya Sakti

"Ah... sudahlah, aku tidak perlu menjelaskan apapun padamu, tapi satu pesanku sekali kau menyakiti Lili, kau akan berhadapan denganku." Ucap Satria sambil beranjak dari kursi.

CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang