Pesta

19.9K 875 18
                                    

Aku sudah tidak banyak bicara dengan suamiku, hanya sekedar saja, bila ada hal yang penting penting saja, selebihnya hanya diam, bila siang pulang kerja, aku tetap menyiapkan makan siangnya, begitupun malam, aku selalu menyiapkan makan malamnya.

Hari demi hari kami lalui begitu terus, tapi di suatu hari, kebetulan ada undangan pernikahan keluarga abang ipar ku, mau tidak mau aku harus mengajak nya, tadinya ingin pergi dengan ibu saja, tapi aku takut nanti banyak pertanyaan dari ibuku dan keluarga abang ipar ku, karena kemungkinan pasti mereka akan menanyakan kabar suamiku, kenapa tidak pergi dengan suami dan banyak pertanyaan lainnya, jadi kuputuskan untuk pergi dengan suamiku, akupun kemudian mengetik pesan  untuk suamiku, "Assalamualaikum, maaf kalau Lili menyampaikan melalui pesan saja, karena beberapa hari ini, abang selalu pulang larut malam dan pergi kerja pagi pagi, tidak ada kesempatan Lili mengabarkan ke abang bahwa hari Minggu ada undangan, tempat mertua kak Ara."tulisku

 Kak Ara adalah kakak kandung ku nama lengkap nya Amara Pricilla. 

"Bisa kita pergi berdua bang?" ketikku kemudian lalu ku kirim pesan tersebut

Semenit

10 Menit 

1 Jam  kemudian, tak ada balasan, aku menarik nafas panjang, "Ya Allah kenapa untuk membalas pesan ku saja pun suami ku sudah tak mau, sebegitu benci nya kah dia padaku"   aku menghela nafas, "Ya Allah kenapa harus begini nasib pernikahan kami, padahal aku sangat mencintai suamiku, bahkan sedari dahulu aku tidak keberatan berkorban agar kami akhirnya bisa menuju pernikahan. tapi semuanya sekarang sudah tidak penting lagi, suamiku sudah tidak menginginkan ku lagi, aku bisa apa" 

Hari telah beranjak sore, akupun ke dapur membersihkan dapur mulai dari menyapu, mencuci piring dan sebagainya, ketika aku sibuk dengan aktifitasku mencuci piring, kudengar ada suara kaki melangkah, membuat aku langsung menoleh dan melihat suamiku membuka lemari makan. Aku tidak tau apa yang membuat hatiku berdebar, tapi jantungku berdegup kencang, aku coba memberanikan diri memulai percakapan, semoga ada tanggapan. "Bang." panggilku "bagaimana dengan pesan Lili tadi, Abang bisa menemani Lili ke pesta pernikahan Kak Aisyah?" tanyaku, jeda beberapa menit kemudian "dimana?"akhirnya setelah sekian lama dia berbicara  juga. 
"Mmh...     di ujung jalan melewati mesjid"  jawabku
"Baiklah,  nanti malam"  sahutnya..
"Baik bang" jawabku kemudian, selanjutnya aku melanjutkan kegiatan sore ku..
Setelah selesai sholat maghrib aku pun bersiap untuk pergi kepesta pernikahan kak aisyah..
Begitupun suamiku, dan akting pun dimulai..

*****

Hampir 2 bulan sudah  sandiwara kami berlangsung, satu minggu lagi Hari Raya Idul Fitri, mungkin sekarang saatnya untuk bicara lebih serius dengan suamiku..

Saat ini aku dan suamiku sedang berada diruang keluarga, kebetulan anak anak lagi berada di rumah uwaknya, yaitu kakakku Ara,  suasana hening membuat perasaanku menjadi canggung, terasa asing, kuberanikan diri memulai percakapan,  "Bang" panggilku dengan suara gemetar sudah lama aku tidak berbicara berdua dengannya.   "Apa." Jawabnya dengan datar.. mendadak aku jadi gugup. "Seminggu lagi Hari Raya,  bagaimana keputusan  mengenai rencana kita untuk berpisah?" tanyaku..
"Terserah, Ingin  dilanjutkan boleh, tidak juga terserah." jawabnya acuh. "Apa maksudnya berkata begitu aku bingung dan bertanya tanya didalam hati, bukan ini jawaban yang aku inginkan, kalau begini jawabannya berarti semua diserahkan atas dasar keputusan ku, padahal bukan aku yang menyesal menikah dengannya walaupun selama ini suamiku selalu berbuat sesukanya, tanpa memikirkan perasaanku, tapi dia yang menyesal menikah denganku," batinku..
"Maksud Abang apa! Kenapa jadi keputusan nya seolah olah Lili yang menentukan? Bukannya Abang yang bilang menyesal menikah dengan Lili?" tanyaku...
"tolong jangan buat segala nya jadi rumit bang" ucapku kemudian

"Kamu memang benar ingin kita berpisah? tanya suamiku.. lho kok begini ? Batinku..
"Lili tidak pernah mau berpisah, memikirkannya saja pun tidak pernah, tapi ...." ada jeda beberapa saat sebelum kemudian aku melanjutkan kata kataku, "saat abang berkata abang menyesal menikah denganku, itu cukup buat Lili menarik diri, bahwa selama ini ternyata abang tak pernah bahagia, dan itu  sangat menyakiti hati Lili bang." Lili merasa gagal menjadi istri, beberapa hari belakangan ini, Lili sering merenung dan bertanya tanya apa kesalahan Lili, sehingga abang tidak bahagia, sehingga abang merasa menyesal dengan menikahi Lili, menyesal menikahi Lili setelah sekian lama, lebih dari sepuluh tahun, setelah Lili melahirkan tiga orang buah hati. Kenapa tidak dari awal awal bang, abang berkata seperti itu, kita berdua bukan dua insan yang dijodohkan, kita saling mengenal lebih dari 4 tahun sebelum akhirnya kita memutuskan untuk menikah, Lili memang bukan wanita sempurna, tapi Lili terus berusaha,   berusaha dari hari kehari, tahun ke tahun untuk menjadi istri dan ibu yang baik bagi ketiga anak anak kita, walaupun selama ini abang sepertinya tidak menghargai usaha Lili, mungkin karena Lili tidak menghasilkan rupiah sehingga abang memandang Lili bukan apa apa, bukan siapa siapa." aku berhenti berbicara sejenak mengumpulkan ingatan dan menceritakan segala yang ada didalam hatiku. "Bila abang menyesal menikah dengan Lili, baiklah bang artinya kita akan berpisah. Lili Ikhlas Lili menerima perpisahan ini." ucapku dengan suara bergetar menahan air mata. " Semoga abang menemukan kebahagiaan yang abang cari, mengenai anak anak biar mereka Lili yang mengurusnya." akhirnya aku mengakhiri pembicaraan ini. Kemudian aku diam menunggu reaksinya. "Terserah lah"ucap suamiku sambil berlalu meninggalkanku, jawabannya hanya sesingkat itu, aku lelah Ya Allah hanya Engkau yang mengetahui Ya Allah, seberapa besar rasa sakitku tanpa aku harus bercerita panjang lebar, kembali aku meringkuk disudut sofa menahan air mata, tubuhku berguncang jantungku rasanya sakit sekali. Aku terisak sendiri, beruntung dirumah hanya ada diriku saja. Aku menangis sejadi jadinya. Ya Allah kuatkan aku walaupun ku fikir  aku telah siap, tapi tetap saja hatiku merasa hancur. Ya Allah tabahkan aku aku merasa hancur sehancur hancurnya. 

****


Tinggalkan Vote dan Komentar bila dianggap layak..



CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang