Part 27

6.6K 216 7
                                    

Ting tong
Suara bel pintu berbunyi dua kali.

"Sebentar.."

Cklek....

"Eh non Sheeren, silahkan masuk non, ibu sudah menunggu dari semalam."

"Makasih bi, tapi kok bibi tau, mama nungguin saya".

"Maaf non, semalam gak sengaja dengar Ibu nelpon non Sheeren."

"Owh.. begitu. Ya sudah. Mama dimana bi?"

"Di ruang keluarga non, Bapak juga ada, barusan pulang."

"Ma.... "

"Ma.... "

"Sheeren mama diatas,  dikamar Satria. "

Aku pun bergegas menuju lantai atas dengan terburu buru,  ada apa,  kenapa suara mama Satria serak seperti habis menangis.

"Ada apa ma? "

Mama langsung menubrukku dan memelukku sambil menangis.

"Ren...  Tadi sore mama nyuruh Satria mandi air hangat.  Tapi oleh Satria dia nya malah berendam dengan air dingin,  padahal suhu tubuhnya lagi panas Ren.  Satria demam" ujar mama dengan derai air mata. 

Kulihat papa Satria hanya membisu tidak berbicara sepatah katapun.  Tapi dari raut wajahnya kulihat wajahnya tersirat kesedihan yang dalam.

"Sudah mama dan papa gak usah khawatir lagi,  Sheeren sudah disini,  Sheeren akan jaga dan rawat Satria ma...pa.. "Ucapku menenangkan kedua orang tua yang sudah tidak muda lagi ini.

"Tapi kamu baru sampai Ren.  Kamu pasti capek. " ucap mama

"Gak ma,  capek Sheeren sudah hilang liat Satria begini. Sudah mama dan papa boleh keluar dulu,  istirahat ma,  papa juga ya. "

"Baiklah Ren,  papa serahkan Satria kepadamu. Jaga dia ya. "

"Jangan khawatir pa. "

Sepeninggal mama dan papa Satria , aku segera menghampiri Satria. Suhu tubuh nya dingin padahal kata mama, Satria lagi demam. Aku segera ke kamar mandi dan menyiapkan air hangat, cukup hangat karena badannya yang sangat dingin. Ntah lah apa cara ku ini salah, tapi aku hanya bisa mencoba.
Aku segera membuka pakaian Satria, yang tersisa hanya celana nya saja. Perlahan aku memapah tubuh Satria dan membawanya ke kamar mandi.
Pelan pelan walaupun sangat berat karena keadaan Satria yang nyaris tidak sadar membuatku kewalahan, tapi aku berhasil memasukkannya kedalam bathtub.

30 menit kemudian.

"Satria,  Satria bangun." Aku menampar nampar pipi Satria agar dia sadar. Suhu tubuhnya tidak lagi sedingin tadi.

"Lili... Lili jangan pergi."

Sejenak aku tertegun, Lili. Satria memanggil manggil nama Lili. Siapa dia? Aku menepuk nepuk pipi Satria lagi, perlahan mata nya terbuka.

"Lili lili kamu disini, aku tau kamu akan datang, jangan tinggal kan aku Li." Ucap Satria sambil memelukku erat, aku hampir tidak bisa bernafas. Jadi Satria berhalusinasi. Biarlah aku akan membiarkan apa saja yang akan dilakukannya padaku.

"Iya .. aku tidak akan meninggalkanmu Satria."ucapku

Aku tidak tau mengapa, tapi Satria menciumi wajahku, bibirku, leherku tidak ada yang terlewat. Aku yang semula hanya diam mulai membalas tindakan panasnya. Suhu tubuhnya mendadak meningkat, deru nafasnya detak jantungnya terasa semakin berdetak kencang.
Aku terkejut ketika dia membuka kancing bajuku dengan sebelah tangannya dan tangan yang satunya meremas dadaku. Apakah sampai disini dia masih belum sadar siapa aku? Apa yang ada difikirannya dia sedang bercinta dengan Lili?

Satu persatu pakaian ku terlepas hanya menyisakan celana jeans ku saja. Bagai singa yang sedang kelaparan dia terus saja menyiksa tubuhku dengan lidahnya, mengecap, menghisap, aku hanya bisa menahan rasa sebelum akhirnya aku menyerah.

Selanjutnya hanya ada deru nafas dan  dua degup jantung yang saling memburu, hingga akhirnya aku tidak tau lagi. Aku dan Satria tertidur bermandikan peluh.

Tok tok tok tok

"Satria, Sheeren, kalian didalam?"

"Apa mereka tidur bersama? Ah tidak mungkin. Coba  ku buka mungkin saja tidak terkunci."

Cklek...

"Syukurlah tidak dikunci. Sheeren Sheeren."

Prangg...
Gelas  berisikan susu pun jatuh ke lantai

"Satria   Sheeren apa yang telah kalian lakukan" teriak mama

Mama  berbalik meninggalkan kamar dan membanting pintu.

"Sheeren apa kau lakukan disini! Keluar dari kamarku. Lili dimana Lili."teriak Satria saat dia terbangun oleh suara pintu yang berdebum.

"Gak ada Lili Satria. Yang ada hanya aku. Dan  tadi malam kita bercinta, walaupun mungkin kau menganggap sedang bercinta dengan Lili. Dan mama baru saja  melihat kita berdua dibalik selimut ini." Ujarku dengan tegas

"Tidak mungkin, bahkan aku tidak bisa menjaga diriku, ya ALLAH, Lili aku memang tidak pantas untukmu, aku selalu khilaf."

Aku terkejut mendengar ucapan Satria, jadi selama ini dia tidak  pernah berhubungan dengan Lili.

-----------------

"Ma maafin Sheeren, tadi malam Satria dalam keadaan tidak sadar, suhu tubuhnya pun semakin panas ma, tapi Satria menggigil. Sheeren tidak tahu harus berbuat apa." Ucapku pelan

Mama hanya diam memandang keluar jendela.

"Kalian berdua harus segera menikah"

Aku terkejut mendengar ucapan mama sekaligus senang, seperti ada ratusan kembang api yang meledak di hatiku, aku tentu saja bahagia. Tapi.... Satria...

"Tapi ma.... bagaimana dengan Satria, apa dia akan setuju?"tanya ku

"Setuju apa ma..."

Belum sempat mama Satria menjawab pertanyaanku, Satria telah muncul dihadapan kami dengan wajah layu.

"Satria,  kenapa kamu keluar kamar sayang."

"Tidak apa apa ma, Satria merasa lebih baik sekarang. Apa yang sedang mama bicarakan tadi. Apa yang harus Satria setujui." Tanya Satria dengan suara lemah tapi terdengar tegas.

"Mama bilang ke Sheeren bahwa kalian harus menikah secepatnya." Jawab mama.

Aku tertunduk menanti reaksi Satria, bukan perkara mudah menaklukkan Satria, dia keras kepala. Sambil harap harap cemas, sesekali aku melirik ke arah nya.

"Terserah mama saja. Satria lelah, Satria mau istirahat."

Dadaku bergemuruh, rasanya dadaku tiba tiba rasa membuncah ingin meledak kesenangan. Terima kasih Tuhan.

"Makasih ma." Ucapku seraya memeluk mama Satria dengan kencang.

"Sheeren lepasin, mama sesak nih."

"Maaf ma,  Sheeren senang banget ma, tidak bisa diungkapkan dengan kata kata ma"

"Sudah sudah mulai besok kita lakukan persiapan, minggu depan kalian harus sudah sah menjadi suami istri."

Dengan senyum sumringah aku mengangguk angguk pada mama "makasih ma, sheeren pulang ma."

"Eh kamu tidak menginap Ren?"

"Gak lah ma, nanti keseringan liat wajah Sheeren, takutnya Satria berubah pikiran ma." Ucapku tersenyum kecut.

"Yang sabar ya, pelan pelan kamu harus bisa meluluhkan hatinya. Mama yakin kamu bisa."

"Iya ma, makasih. Sheeren pamit ma."
"Iya, kamu hati hati ya, sudah malam."

"Baik ma."

Aku melangkah dengan membawa sebongkah kebahagiaan. Seminggu lagi, seminggu lagi aku akan menjadi istri Satria secara sah. Hal yang aku harapkan lebih dari 5 tahun yang lalu. Sekarang akan terwujud.

________________










CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang