PART 32

11.3K 373 62
                                    

AUTHOR POV

Suara sirene mobil ambulans memekik, mendengungkan gendang telinga.

Ara terlihat menangis sesenggukan melihat adik nya dan iparnya serta Tama yang terluka, penyesalan sudah terlambat untuk dirasa rasa. Yang harus dilakukannya adalah secepatnya membawa orang orang yang dikasihinya ke IGD secepatnya.

---------

ARA POV

"Li...Lili bangun dek, bangun jangan pergi seperti ini. Bertahanlah dek kakak mohon." Ucapku sambil terus menepuk pipi Lili bergantian.

Aku sendiri bersama Lili dan Tama didalam mobil ambulance ini, bang Sakti sudah dilarikan terlebih dahulu dengan ambulance yang satu lagi.

Bagaimana keadaan bang Sakti, Ya Allah, ampuni aku, gara gara aku keluargaku harus mengalami luka lahir dan batin.
Maaf tidak akan mengembalikan keadaan seperti semula, masihkah ada kesempatan untukku bertaubat ya Allah. Berbagai macam pikiran singgah dikepalaku, sehingga aku tanpa sadar telah sampai dirumah sakit Colombia. Salah satu rumah sakit terbaik disini, aku harus mengupayakan kesembuhan keluargaku.

Sesampainya dirumah sakit para parawat langsung tanggap mengeluarkan mereka dari mobil.

Aku berlari mengikuti ketiga tandu menuju ruang operasi dan perawatan.

"Bu, ibu tunggu disini saja, atau ibu bisa urus administrasinya." Kata salah satu perawat yang menuju ruang operasi.

"Ba  baiklah."
Ucapku terbata, bahkan untuk berkata kata saja aku sudah tak kuasa. Aku duduk disalah satu kursi dikoridor rumah sakit, tidak jauh dari kamar operasi. Tiga puluh menit berlalu, satupun keluarga belum kuhubungi. Mungkin aku akan menghubungi bang Galang saja, baru aku akan mengambil telepon., seorang dokter keluar dari ruang operasi. Akupun menghentikan tanganku untuk menelepon.

"Dokter... bagaimana keadaan mereka bertiga?"tanyaku sambil mengusap airmata yang terus mengalir

"Sabar bu, biar saya jelaskan, yang perempuan akan segera kami caesar, karena dikhawatirkan anaknya tidak bertahan karena sang ibu mengalami trauma psikis. Untuk anak yang kecil, luka nya tidak terlalu berat, hanya luka luar, tapi tetap akan kami cek setelah anak itu sadar. Sedangkan untuk pasien laki laki, kami masih memantau perkembangan dan juga akan memerintahkan operasi dibagian bagian tertentu, mengingat pasien ini mengalami kecelakaan yang paling parah, kita akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkannya, mohon dibantu dengan doa. Begitu saja bu penjelasan kami, silahkan ibu kebagian administrasi untuk mengisi data data pasien."

"Baik dokter, terimakasih. Tapi dokter tolong usahakan yang terbaik, tolong"

"tentu saja jangan khawatir, itu memang sudah menjadi kewajiban kami." ucap dokter yang kulihat di tag name nya bernama dr. Ryan, dokter bedah.

"Sekali lagi terimakasih dok."

"sama sama, permisi bu."

Sepeninggal dokter, aku langsung menuju keruang administrasi untuk mengisi data dan menandatangani proses operasi bila mana diperlukan.

Kembali aku melangkah menuju koridor rumah sakit yang tidak jauh dari ruang operasi dan perawatan.

"aku belum menelepon mamak dan bang Galang, tapi kurasa aku akan menelepon bang Galang saja dulu, aku takut mamak gak kuat mendengar kabar ini.

Akupun mencari nama suamiku,
"Assalamualaikum,bang..."

"Wa alaikum salam, lagi dimana Ra? kok jam segini belum pulang?"

sambil menangis akupun menceritakan kecelakaan yang terjadi pada Lili, Tama dan juga Sakti.

"Ya sudah, kamu yang tenang ya, abang akan segera kesana, tapi sebaiknya mamak jangan dulu dikabari, kita tunggu kabar dari dokter saja dulu. Kamu apa ada yang mau abang bawa?"

CRYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang