[Part 12]

434 62 4
                                    

"Nenek dan kakek baru saja datang."

Suara Alea menghentikan gerakan tangan Kevin mencari bajunya didalam koper. Alea mendekat.

"Kamu cari apa? Aku bawakan baju kokomu  satu. Mmm... Ini." Alea menemukannya dengan mudah. Senyum masih setia menghiasi wajah cantiknya.

Kevin menyambut baju itu. "Sudah... Tidak usah pura-pura. Disini hanya ada kita."

"Maksud kamu?" Ekspresi Alea berubah muram.

"Tidak perlu bersikap manis. Pun didepan keluargaku. Mereka bukannya tidak tahu kamu pergi selama bertahun-tahun. Mereka hanya tidak ingin menyinggung perasaanku saja."

Alea menarik napas panjang. Menutup koper dihadapannya.

"Kamu siap-siap ya. Acaranya setelah isya. Aku mandi dulu."

"Kamu tidak perlu seperti ini, Alea. Bersikaplah sebagaimana biasanya kamu bersikap. Jangan hanya karena Alvin kamu harus berpura-pura sekeras ini. Hentikan semua aktingmu."

"Bersikap seperti biasanya yang mana yang kamu maksud, Vin?" Alea tidak berbalik. Airmatanya sudah mengalir dan ia tidak ingin Kevin melihatnya. "Bukankah aku memang bersikap seperti ini sejak dirumah mamamu?"

"Bersikaplah normal, Alea. Seperti saat kamu mengandung Alvin. Aku tahu berpura-pura itu melelahkan."

Karena berpura-pura membencimu juga membuatku lelah.

"Aku akan mengizinkanmu membawa Alvin setiap akhir pekan. Setelah kita pulang dari sini, kembalilah ke rumah orangtuamu."

Alea melangkah cepat ke kamar mandi dan mengunci pintunya. Ia menangis tanpa suara. Keterlaluan. Kevin benar-benar keterlaluan. Ia menekan dadanya yang sesak dan perih. Ia menumpahkan semua airmatanya, berharap kepedihan itu menghilang.

Sakit, Vin.... Sakit.... Seandainya kamu tahu.

***

Alea menyeka airmatanya dengan selembar tisu. Akad nikah pagi ini benar-benar mengharukan. Dia bisa melihat jika Sigit dan Nawang adalah pasangan yang saling mencintai. Semalam, Nawang sukses membuatnya menangis deras karena mendengarkan gadis itu melantunkan ayat-ayat Al Quran. Dia jadi punya alasan kenapa matanya bengkak. Meski sebelum itu dia sudah menangis habis-habisan dikamar mandi.

Dan pagi ini, airmata kembali membasahi pipinya ketika melihat Sigit mengecup kening Nawang. Alea teringat hal yang sama juga dilakukan oleh Kevin dulu saat mereka menikah. Meski saat itu hanya ada penghulu juga papa dan mamanya. Ia melihat Nawang mencium punggung tangan Sigit sembari terisak. Ah, pasti mengharukan. Dulu ia juga menangis. Tapi lebih kepada tangisan sedih karena tidak terima sudah dinikahi oleh pria yang memperkosanya. Hanya saja, sekarang hal itu sudah tidak penting lagi. Ia ingin fokus membangun rumah tangga yang bahagia dengan Kevin. Apa itu terlalu sulit untuk dikabulkan?

Kevin terlihat berbincang ringan dengan Sakti dan beberapa sepupunya yang lain. Alea sedikit kesulitan menghapal nama mereka. Ia mendekati para pria itu kemudia menggandeng lengan Kevin.

"Sayang, ayo kasih selamat buat Sigit dan Nawang."

Kevin menatapnya kesal. Alea tersenyum kecil. Dia tidak peduli Kevin akan marah padanya setelah ini. Ia tidak memiliki kesempatan untuk menyentuh Kevin tanpa ditepis dan ditolak. Hanya didepan keluarganya saja Alea bisa bebas memiliki Kevin sepenuhnya dengan wajar. Lengan pria ini terasa kaku dalam dekapan tangan Alea tapi syukurlah ia tidak mendorong Alea didepan saudara-saudaranya. Sakti batuk-batuk kecil. Sementara sepupu Kevin yang lain tertawa geli.

Sembari melangkah menuju pasangan yang telah resmi menikah, Kevin berusaha melepaskan tangannya dari dekapan Alea. Hoho... Alea tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia semakin mengeratkan dekapannya tanpa menoleh pada Kevin yang ia pastikan tengah melayangkan tatapan geram padanya.

IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang