Tanggapan ibunya tak sesinis bayangan Kevin. Oke.... Perempuan itu memang bersikap sinis tapi you know... Bagaimana mengatakannya? Ibunya tidak meledak-ledak seperti yang ia pikirkan. Alea, seperti yang sudah diduganya, tetap bersikap menyebalkan. Dia ikut membantu Natasha didapur. Potongan sayurnya dianggap salah. Dia mengelak dengan bilang 'saya kuliah di Amerika bukan jurusan tata boga, ibu'. Kevin hampir tertawa kalau saja ia tak melihat wajah ibunya yang menahan kesal.
Natasha Tanudjaya masih merupakan keturunan asli Tionghua. Dalam keluarganya, membantah ucapan orangtua adalah sebuah kesalahan. Mereka terbiasa dengan hierarki sejak masih didalam perut, jika boleh dibilang. Dia menikah dengan Airlangga Hamidjoyo yang keturunan Jawa-Tionghua, setelah jauh sebelumnya memeluk Islam saat masih duduk dibangku Sekolah Menengah Atas.
Bisa dibayangkan bukan? Tionghua dan Jawa. Kevin tertawa. Dia tidak bermaksud rasis. Tapi dua etnis itu hampir semuanya menilai seseorang dari berbagai aspek. Pembangkang dan suka menyahuti ucapan orangtua jelas bukan ibunya sama sekali.
"Kenapa kamu?" Ibunya mendelik. Kevin mengatupkan bibirnya dan menggeleng. "Sana bawa mantan istrimu ini jauh-jauh dari dapur. Kacau masakan mama sama mbak Sri kalau dia ikut disini."
"Ibu..." Alea merengut. "Saya begini begini cukup pinter masak lho."
"Apanya yang pinter tho? Lihat itu sawinya terlalu lebar. Aduh... Mama pusing. Sana bawa sana..." Natasha mendorong Alea kearah Kevin. "Bawa bawa.... Mending urusin anak kalian. Nanti mama panggil kalau udah mateng."
Kevin tertawa geli. Dan tawa itu membuat Alea terpukau. Dia tidak pernah melihat Kevin tertawa selepas itu. Bahkan dulu saat mereka tinggal dirumah kecil itu, Kevin hanya cengengesan memamerkan giginya. Itu karena kamu tidak pernah memberinya alasan untuk tertawa. Kamu selalu marahin dia, Alea. Dia menggigit bibir.
"Ayo sana...." Natasha kembali mengusir mereka berdua.
Kevin memasukkan tangannya kesaku celana dan melangkah lebih dulu. Ia menapaki anak tangga tanpa bicara pada Alea. Sementara wanita itu kebingungan sendiri. Tasnya dibawakan oleh mbok Yem tadi. Dia tidak tahu dimana kamarnya. Akhirnya ia menyusul Kevin keatas. Ikut masuk kedalam kamar yang dimasuki pria itu.
"Kenapa kamu mengikutiku?" Kevin menatapnya tak suka.
"Aku tidak tahu dimana kamarku." Alea mengangkat bahu sekilas.
"Kamar tamu ada dibawah, berseberangan dengan ruang makan." Kevin menarik kaosnya. "Kenapa masih disini?"
Alea tergagap, menelan ludah karena Kevin sudah mengangkat kaos yang ia kenakan sampai separuh dadanya. Membuat otot-otot perut pria itu muncul tanpa malu-malu. Aduh, Le.... Kenapa kamu jadi gatel si?
"Aku tanya kenapa masih disini?"
"Anu...."
"Ah." Kevin berjengit kesal. Ia melanjutkan lagi urusan melepas kaosnya yang sempat tertunda. "Terserah kamu mau disini atau dimana saja. By the way... Kamu banyak berubah." Alis Alea terangkat. "Apa memang begini pergaulanmu di Amerika? Bebas dengan pria mana pun?"
Alea cemberut. Dia ingin mengucapkan kalimat-kalimat jahat untuk mengungkapkan kekesalannya tapi.... Hei... Dia melirik pintu. Menghitung estimasi waktu sampai seseorang, siapapun itu, memanggil mereka untuk makan malam.
"Kamu mau mandi?"
Kevin menoleh penuh curiga. Alea tidak meragukan insting pria tampan ini. "Kamu mau ikut?" Kevin menyeringai menantang.
"Kalau kamu oke. Kenapa gak?"
Kali ini Kevin sudah mundur dengan waspada. Otaknya memerintahkan dia untuk pergi karena yang akan terjadi setelah ini bukanlah hal yang ia harapkan. Atau... Malah sangat diharapkan? Sisi mesum dalam dirinya justru berharap mereka akan mandi berdua lalu... Stop it you f*cking brain!!
KAMU SEDANG MEMBACA
IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》END
Roman d'amourJatuh cinta itu apa? Ya jatuh.... Jatuh begitu saja. 17+ untuk beberapa kata kasar dan eksplisit