STORY ABOUT THE PAST #3

367 49 0
                                    

Alea bukan anak luar biasa pintar, tapi kemampuan otaknya bisa dikatakan lumayan. Jurusan Hubungan Internasional dipilihnya bukan tanpa alasan. Alea ingin jadi seorang diplomat, menteri luar negeri, atau kalau bisa seorang presiden. Baiklah, yang terakhir hanya bercanda. Itu cita-cita masa kecil Alea.

Candra Bramantyo jelas tidak menginginkan putri tunggalnya menjadi diplomat. Apa kabar dengan bisnis keluarga yang dibangunnya bertahun-tahun jika si cantik kesayangannya itu tidak mau melanjutkannya? Tapi Sellina meminta Candra untuk menuruti apa yang Alea mau. Anak itu masih belum siap menghadapi segala yang berkaitan dengan bisnis. Dia bisa belajar dan bisa dibujuk, nanti, ketika usianya sudah cukup matang.

Jadilah, Candra dan istrinya memberikan restu bagi Alea memilih jurusannya sendiri. Lagipula kelak jika ia menikah, Candra bisa mempercayakan perusahaan pada menantunya. Dia sudah mulai memilih beberapa calon menantu potensial untuk menjadi suami Alea dimasa depan.

"Alea Maharani Bramantyo!"

"Saya!" Alea mengangkat tangan kanannya.

"Kamu akan bergabung dengan kelompok debat Alpha mulai minggu depan."

"Tapi, kak...."

Mahasiswa senior yang tadi bicara menurunkan kacamatanya. "Kenapa?"

"Saya masih baru... Bagaimana mungkin saya bergabung dengan kelompok utama?"

Semua mata yang tadi memandang Alea kembali lagi ke depan kelas. Menanti jawaban dari sang senior.

"Kami tahu. Kami sudah mempersiapkan satu mentor untuk membimbing kamu sampai kamu benar-benar mengejar ketertinggalanmu."

Belum lagi Alea bertanya. Kakak tingkatnya itu sudah melanjutkan. "Nanti datang ke sekretariat HIMA pada pukul tiga. Temui Kevinio Rizaldi, dia yang akan menjadi mentor kamu."

"Haaaaa?" Gumaman penuh tanya bersahutan didalam ruangan. Alea melongo tak terima.

"Kenapa?"

Apakah hanya itu kata tanya yang bisa diutarakannya? Pikiran tersebut melintas dalam benak Alea.

"Kamu tidak suka? Kevinio Rizaldi adalah mentor terbaik yang kami punya. Membujuknya agar mau mendampingi masa penyetaraanmu bukanlah hal mudah, Alea Bramantyo. Lagipula ini sudah diputuskan. Apakah kamu ingin menentangnya?"

Pertanyaan itu diutarakan dengan halus namun disisipi nada oh-sudahlah-terima-saja-ini-pilihan-kami-memangnya-siapa-dirimu. Alea menghela napas.

"Tidak, kak." Pundaknya luruh, ia hanya bisa menahan erangan kesal dan juga keinginannya untuk melakukan rolling eyes.

"Baik, terima kasih atas kesediaan kalian untuk berkumpul. Selamat siang."

Anindya menepuk-nepuk pundak Alea pelan. "Harus bangga dong kepilih jadi debater.  Dari ribuan mahasiswa kamu masuk kelompok unggulan."

"Justru itu bebannya, Nin...." Alea mengeluh, menangkup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa dia enggan bertemu Kevin, bukan? Dan kenapa juga dia harus enggan? Apakah Alea takut jatuh pada pesona kakak tingkatnya itu sedangkan dia tahu hal itu sama saja dengan merendahkan harga dirinya yang dia junjung tinggi.

IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang