"Nenek penasaran, kenapa kamu kembali, Alea."
Andai orang bisa mati hanya karena satu pertanyaan, Alea pasti sudah mati sekarang. Ia merasakan tikaman tepat dijantungnya. Ya. Kenapa? Kenapa juga dia kembali? Dia seharusnya bisa melihat jika Kevin bahagia bersama Alvin, tanpa dirinya, dan itu sudah lebih dari cukup. Kenapa juga dia harus merasa iri dan memaksakan dirinya kembali masuk ke tengah-tengah mereka. Alea merasa tak berguna.
"Alea, nenek mengerti, setidaknya mencoba memahami, kenapa dulu kamu lebih memilih pergi meninggalkan cucu dan buyut nenek. Tapi kenapa kamu kembali? Nenek ingin tahu jawabannya."
"Ale..."
"Kamu tidak tahu? Atau sudah tahu tetapi takut untuk mengatakannya?"
Alea tahu jawabannya. Tapi dia bukannya takut menjawab, hanya takut jika apa yang ada dalam pikirannya akan menghantui dan menghancurkannya.
"Saat nenek dan akungmu menikah, nenek sudah memilih untuk selalu setia berada disisinya. Kamu dulu sudah memilih pergi, dan itu memang kurang bijaksana. Tapi sekarang, apa kamu sudah menentukan?" Wanita tua itu melangkah maju. "Nenek tidak membahas ini didalam karena tidak ingin mereka mendengarnya. Tapi nenek ingin tahu apa jawabanmu, sekarang."
"Alea kembali untuk memastikan dan akan pergi setelahnya."
***
"Alea kembali untuk memastikan dan akan pergi setelahnya."
Sial!
Kevin meremas rambutnya keras. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi. Alea sudah pasti punya maksud lain ketika wanita itu memutuskan untuk kembali memasuki kehidupannya.
"Vin...."
Suara itu tak serta merta membuatnya berbalik. Pandangan Kevin tetap lurus kearah pepohonan pinang yang berjajar rapi ditanah luas kakeknya.
"Mamamu telepon dan bilang kalau kita bisa menginap disini sampai Senin-"
"Apa?" Kevin langsung menoleh kesal. "Aku harus bekerja dan Alvin harus sekolah! Kenapa?"
"Ta-tapi mamamu..." Alea tak kuasa menentang tatapan marah Kevin.
"Apa yang sudah kamu katakan pada mama, hah???"
Kevin sudah berdiri marah didepan Alea.
"Mama sudah meminta izin pada wali kelas Alvin dan-"
"Mama! Mama! Mama!" Kevin sekarang mencengkeram kedua lengan Alea dengan keras. "Jangan mengalihkan pertanyaanku! Apa yang sudah kamu katakan pada mamaku??!! Jawab, Alea!!!"
"Aa... A-aku tidak mengatakan apa-apa, Vin. Sungguh." Mata Alea berkaca-kaca. Sekuat kemampuannya, ia menahan agar dirinya tidak menangis. Beberapa hari terakhir dilaluinya dengan berat karena sikap Kevin yang begitu membencinya.
"Bohong!!!!" Mata merah Kevin membelalak lebar dengan rahang yang mengeras. Kentara sekali jika pria itu menahan emosinya mati-matian tapi tidak bisa.
"Vin... Aku... Aku..." Alea menelan ludah dengan gugup. Dia tidak pernah menghadapi kemarahan sejenis ini.
"Kevin... Alea... Kok disini?"
Sapaan Jadmiko menginterupsi ketegangan antara mereka. Kevin memalingkan wajahnya. Mendengus cukup pelan.
"Oh, ndak apa-apa, lek. Cuma menikmati suasana sore yang ndak bisa dinikmati di Surabaya. Saya masuk duluan ya, lek."
Dia meninggalkan Alea yang menunduk dalam tanpa sepatah kata. Jadmiko masih berdiri memandangi menantu sepupunya itu. Dari jemarinya yang gemetar, Jadmiko tahu wanita muda ini tengah menahan kesedihannya. Dia bukannya tidak mendengar bentakan keras Kevin pada Alea.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT HAS TO BE YOU《JACKSON YI》END
RomanceJatuh cinta itu apa? Ya jatuh.... Jatuh begitu saja. 17+ untuk beberapa kata kasar dan eksplisit