ZHIFA POV
Kini Zhifa dan Orangtuanya tengah dalam perjalanan menuju Gramedia untuk membeli Buku yang dicari Husna. Tak lupa dalam keadaan hening dan sunyi didalam mobil . Jangan tanyakan Bagaimana dengan Zhifa?, Remuk! Hatinya kini kembali remuk. Sedari pulang dari Rumah sakit pun Zhifa hanya berpamitan pada Orang tua Azmi tapi tidak dengan Anaknya. Karena Zhifa tidak mau kesedihan hatinya itu terlihat oleh Pria itu hanya karena pertanyaan sepele yang telah menggemparkan hatinya. Lebay bukan? Tapi seperti itulah kenyataanya.
****
"Mi, Bi... Zhifa kekamar duluan yaa Gak kuat udah ngantuk."
Seusai makan malam, Gadis pemilik Alis tebal ini beranjak dari meja makan. Karena mengantuk? Bukan! Tapi iya memang sengaja ingin menghindar agar kekecewaan hatinya tidak terlihat oleh Orang tua dan kakaknya itu. Zhifa tidak ingin Orangtuanya mengetehaui masalah konyol ini.
Setelah melakukan ritual malamnya sebelum tidur dengan membersihkan diri dan gosok gigi, Zhifa mengganti kostumnya dengan piayama coklat tedy bearnya.
Lalu beranjak ke tempat tidur.
Hari ini memang sungguh hari yang melelahkan bagi hatinya.Setelah membaca doa sebelum tidur pun akhirnya ia terlelap dan masuk ke Alam mimpi.
Diatas kasur empuknya."Zhifa lu mau gak bantuin gua?,
Buat deket sama Ulfa."PLAKK
Bagaikan ditampar keras keras di wajahnya.
Gadis berjilbab marun itu hanya diam tak berkutik. Lidahnya pun tiba tiba terasa kelu merasa susah di gerakan. Tak diiringi cairan bening yang merembes pipi chubynya."jJJaddi, Llu nnNggajak Gua
Ketemuan buat minta tolong
Karna lu mau Deketin Ulfa
Mi?"
Bagaikan beribu ribu jarum menusuk lidahnya. Dengan keberanian Zhifa berusaha mengeluarkan kata kata Pahit itu."IyaGua suka Sama Ulfa Zhif...
Lu kan sahabatnya pasti lu
Bisa bantuin gua,""Tapi maaf mi, Diantara kita
Berdua, sangat ngejauhin
Sama yang namanya
Pacaran! Dan gua rasa
Ulfa gak akan mau deket sama
Lu."Zhifa yang masih asik bergelumut dalam selimut itu pun langsung terperanjat dari tidurnya. "Astagfirullah..huhhh"
Ucapnya bangkit menyandarkan tububnya di kepala ranjang dengan peluh yang sudah membanjiri dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE HIM
Spiritual"Maaf Zhif, hiks..hiks. Gua bneran ngga nyangka kalau bakal kaya gini jadinya hiks, hiks." SAKIT. Satu kata yang memenuhi perasaanku saat ini. Bagaimana bisa aku mecintainya dalam diam. sedangkan 'Dia' ternyata diam-diam menyukai sahabatku. "YaAllah...