Chapter 21

1.7K 106 10
                                    


Andai saja waktu bisa diputar kupastikan dari awal aku akan memilih untuk tidak bertemu dan mengenalmu sama sekali sampai saat ini juga.

*****

Gadis berpipi gembul itu menapakkan sepatunya pada lantai dengan hentakan yg begitu cepat dan langkah yang tergesa gesa tentunya dengan tampang wajah yang sulit diartikan.

Saking terburu-burunya dengan kepala yang menunduk dia tak sengaja menubruk seseorang.

'Brukk'

" aduh...maaf buu maaf.."
Zhifa mencoba membantu Ibu itu untuk bangun dengan tampang penasaran pada wajah wanita dihadapannya.

" eugh..gap- YaAllahhhh"
Sontak Zhifa langsung terkejut setelah melihat siapa orang yang ia tubruk itu.

Setelah menarik kedua tangan orang yg dihadapannya Zhifa hanya menyengir kuda menatap Sang-Korban. Bukannya mengucapkan terimakasih sangKorban justru melototkan matanya tajam pada Zhifa.

" Umi..dari mana aja si, eh- itu ga sakit kan?." rasakan kau zhifa yg ditubruk ternyata bukan manusia biasa.

" Hehee..ga kok ga sakit, cuma ngiluuu kumahaa kitu." Balas Sang Umi dengan senyum yg sangat dipaksakan tapi tidak dengan matanya yang terlihat sekali nampak ketidak ikhlasan pada senyuman itu.

" Umi dari mana si, makan doang kok lama. Yokk kita pulang."

" Ngapain jalan grasak grusuk kitu ha? Uminya sendiri main tubruk tubruk aja! Pengen kali yaa kamu mah moal dapet uang jajan seminggu."

Jleb!
Seketika dia diam dengan mulutnya melongo dan mata yang membulat.

Gadapet uang jajan seminggu?, gua gausah napas aja sekalian!

" ah udahlah mii gaada apa-apa cuma mau cari umi aja makannya buru-buru." yang masih dibalas tatapan garang Oleh Uminya.

" Ayolah miii Zhifa ngantuk nih, Perut umi udah kenyang kan?, yaudah kita pulang.."

Mereka pun melesat keluar dari rumah sakit dengan kecepatan normal. Karna Zhifa tau apa resiko menggonceng Uminya dengan kecepatan yang tinggi, bisa bisa zhifa hanya tinggal tulang saat sampai rumah karna habis dicubiti badannya disepanjang jalan.

cari jalan aman. Batinnya membisik.

****

Pagi pun tiba. Hangat sang mentari mulai terasa menyapa mahluk seisi alam dunia. Matahari juga masih merangkak malu-malu menampakan sinarnya.

" Pagi Umi, Abi, a Zayann.."
Sapa Zhifa diruang makan yang sudah rapih dengan seragam dan tas ranselnya. Dan dibalas sambutan hangat dari keluarganya.

" Yaudah cepet duduk makan takut kesiangan." saut Kakaknya. Sambil menggeserkan kursinya zhifa tersenyum manis pada kakanya seolah olah mengatkan sipp.

I LOVE HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang