Chapter 19

2.2K 92 23
                                    

" Sesungguhnya, musuh nyata dalam ajaran agamaku itu adalah Syetan. Dan sebagian Syetan yg nyata bagiku itu, KAMU."

****

Aku? Gadis kurang wawasan yang belum genap 17 tahun. Tapi, mengapa hidupku ini sudah penuh dengan drama yang menjijikan. 'Cinta' satu kata yang penuh dengan kekeliruan. Jika bisa diulang, Aku ingin kembali seperti bocah polos dan lugu yang bahagia tanpa mengenal kata itu. Akan hidup dengan rumit jika seseorang masuk terjebak dalam 'cinta' namun tak mengerti maksud yang sesungguhnya sepertiku. Aku hanya masuk namun tak dapat memahami segalanya.

Dan disini, sepulang sekolah tadi Sengaja ku mampir ke pinggir danau yang sepi tapi cukup nyaman dekat sekolah. Tentunya hanya sendiri, dengan harapan sedikit menyejukan pikiranku.

Sudah lebih dari 20 menit Aku disini dan sedari tadi pun Aku hanya menagis untuk meluapkan semuanya. Huh..panggil saja Aku si alay, si lebay, atau si cengeng mungkin? Terserah karena itu FAKTA.

Setelah kurasa cukup lega dan puas, Aku memutuskan untuk pulang dan kembali menjalankam matic merahku. Dan
Disaat perjalanan, Aku tak sengaja melihat Azmi sedang mengendarai motor matic hitamnya.

Tapi..

Ia melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi. Langsung saja ku tancap Gas kuat-kuat untuk menyusul dan mengingatkannya.

"Tinnn..Tinnn"
Cukup sulit menyeimbanginya. Ia tetap Fokus dengan laju cepatnya tanpa merespon tlakson motorku.

"Tinnn"

Rasanya suara ini pun percuma. Aku hanya bisa melaju di belakangnya, karena ia semakin menambah kecepatannya tanpa sadar bahwa ada mobil yang berlawanan arah yang tak kalah cepat lajunya.

Tak mau mengambil resiko mungkin, Azmi lebih memilih menghindar dari mobil tersebut.

"BRUAKkk.."
benturan yang cukup keras dan kencang.

Kuhentikan motorku sejenak,
"Brukkk..." langsung kubanting cepat motorku ini dan menghampiri apa yang terjadi di hadapanku.

"Azmiiiiiiiii"
Rasanya badan ini remuk tak bertulang dan lumpuh semua persendian. Melihat Azmi yang sudah terkulai penuh darah, Aku hanya bisa menjerit.

Aku mohon selamatkanlah ia yaAllah..
Tolong Beri dia kekuatan....

"Bangunnn miii.. Lu tuh apa-apaan sih, Gua udah mau bener bener ngehindar dari lu, lu malah Buat gua kaya gini lagi.. Azmiiii" jeritku seperti orang bego. Kesal, kenapa disaat Aku ingin benar-benar menjauh tapi mengapa Harus terjadi seperti ini.

Entah terbawa panik atau apa, Aku hanya menangis dan celingukan kanan kiri berharap ada yang dapat menolongku membawa Azmi kerumah sakit. Tentunya Rok seragamku dan tanganku sudah kotor dengan darah.

"Teennn"
Akhirnya datang sebuah angkutan umum yang menghampiriku.

"Ayo neng..., kita bawa kerumah sakit.." Saut supir itu dan membantuku menggotong Azmi.

Maafkan Aku YaAllah, yang sedari tadi tak sengaja telah menyentuhnya namun Aku benar-benar kalap dan ini darurat, pastinya juga Engkau maha tau YaaRob..

****

Lu tuh gimana si Zhif?, main ngambil keputusan sendiri aja. Kalo Umi Abi lu gak setuju gimana?," teriak Ulfa padaku.

Yaa, seusai Azmi dibawa ke UGD tadi suster memberitahuku bahwa Azmi membutuhkan darah bergolongan AB, dan stok dirumah sakit ini sedang kosong. Sebenarnya bisa saja menunggu untuk  tindakan pihak rumah sakit mendapatkan Gol.darah itu. Namun, itu membuatku cukup geram saja. Ini menyangkut hidup dan mati seseorang, jadi untungnya saja setelah di cek dan darahku cocok dengannya, Akhirnya darah ini mengalir ditubuh Azmi.

Semenjak tiba dirumah sakit memang Ulfa yang pertama kuhubungi dan kuceritakan semuanya., dan tadi Aku telah  menghubungi Orangtua Azmi.
Kini Azmi juga telah dipindahkan keruang rawat inap biasa.

Dan diruangan ini, Hanya ada Aku dan Ulfa yang menjaga Azmi.

"Faa..Gua mohon yaa, jangan bilang Azmi atau orang tuanya nanti kalo Gua yang donorin. Gua juga udah kasih tau atas nama lu tadi ke suster.."

"Apa? Lu sehat gak sih Zhif, ngapain lu bawa bawa nama Gua!" timpalnya dengan nada tinggi.

"Fa..lu kan tau Azmi pasti udah benci banget ke gua, Gua udah gamau ada berurusan lagi sama dia. terus sebelum dia bangun, Gua juga bakal pulang duluan yaa sampai orang tuanya dateng. Denger Faa..Azmi bakal cepet sehat kalo pas dia bangun ada elu. Oke?, ayoo atuh Faa..katanya sahabat masa gamau bantuin Gua." jelasku panjang lebar. Meskipun masih terasa ganjal aku mengucapkannya.

Ulfa masih diam mematung dan mengapa tiba tiba turun butiran bening dari matanya.

"Apaan banget sih Fa, kok malah nangis sih.."

"Jangan siksa hati lu Zhif..Lu udah mau berkorban, kenapa harus ditutup-tutupin.." ucapnya sambil menangis.

"Cup cup..sini peluk dulu ah, kok cemen banget sih lu. Lagian siapa yang nyiksa diri Gua?, gua kaya gini biar dia gak makin benci sama Gua aja faa..udah ah cengeng lu. Bantuin Gua mau yaaa?.." Ulfa pun mengangguk dan makin mengeratkan pelukanku.

"Eum..makasih yaa Faa" balasku.

Setelah datang Orang tua Azmi, Aku pun pamit namun sebelumnya Aku  menjelaskan dahulu Bahwa Ulfa yang telah menolongnya. Aku tak ingin ada yang tau termasuk Orang tuanya. Ini semua cukup Aku, Ulfa dan Allah yang tahu.

Aku tau aku salah karena harus berbohong lagi, tapi Ini semua akan berdampak makin rumit jika Azmi tau bahwa Aku yang telah menolongnya.

Semoga lu cepet sembuh yaa mi.
Cepet sehat lagi yaa. Batinkun berdoa. Jujur masih ada rasa khawatir yang mendalam dihatiku.

Saat hati ini memilih untuk menjauh, namun mengapa Allah kembali mempertemukan kamu dihadapanku. Apa ini bagian dari rencananya?

I LOVE HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang