Chanyeol POV
Pagi ini adalah pagi terindah bagiku. Karna pagi ini, aku akan bertemu dengan lelaki manisku setelah tiga bulan lamanya, aku tidak melihat wajahnya. Apalagi, saat ini lelaki manisku tengah mengandung anakku. Ya, meskipun banyak yang tidak percaya Baekhyun tengah hamil, tapi aku tetap yakin dan mensyukuri atas kelebihannya itu.
"Senang sekali," ledek Ibuku saat melihatku berjalan menuruni tangga sambil tersenyum. Bagaimana tidak senang jika sebentar lagi aku akan menemui lelaki manisku.
"Pagi, eomma." Balasku kemudian mengecup pipinya dan menempatkan diriku di kursi makan.
Kulihat, Ibuku melirik Ayahku kemudian mengedikan bahunya sambil tersenyum miring. Ah aku tidak perduli dengan apa yang mereka pikirkan saat ini. "Jadi, mana sarapan untukku?"
Ibuku menyajikan nasi goreng di hadapanku yang langsung aku santap dengan terburu karna terlalu semangat. "Astaga, pelan-pelan Chanyeol."
Aku tidak menghiraukan perkataannya. Aku harus bergerak cepat agar aku bisa menghabiskan waktuku bersama Baekhyun sampai malam.
"Aku pergi, Eomma, Appa." Pamitku mengecup kedua pipi orang tuaku.
"Hati-hati dijalan, Chanyeol! Jangan terlalu semangat." Ujar Ayahku mengingatkan.
Aku hanya membalas perkataannya dengan ibu jempolku menandakan aku menanggapi perintahnya.
*
Saat mobilku mulai menjauh meninggalkan toko bunga, pikiranku sudah sepenuhnya melayang membayangkan moment yang akan terjadi nanti. Sesekali, aku melirik bunga yang sengaja aku beli dan aku taruh di kursi sebelahku. Tapi, entah bagaimana kejadiannya, mobilku hilang kendali dan menabrak pembatas jalan dan aku melihat sebuah truk dari arah berlawanan yang langsung menabrak mobil yang kubawa.
Setelahnya, semuanya menggelap dengan pikiranku yang sepenuhnya mengarah pada Baekhyun, lelaki manisku.
**
Aku membuka kedua kelopak mataku yang terasa berat ini dengan perlahan. Rasa pusing langsung menyelimuti kepalaku dan membuatku meringis. Seluruh tubuhku seperti kaku dan sedikit susah untuk di gerakan.
Aku baru tersadar jika disebelahku ada sosok lelaki mungil yang tengah menangis sampai tersedu. Lelaki itu terlihat menundukan kepalanya sehingga menyulitkan aku untuk mengetahui wajahnya. Dan aku sedikit tidak yakin dengan tebakanku saat ini. itu seperti..
"B..aek,"
Lelaki mungil itu mengadahkan kepalanya seiring matanya yang membulat seperti terkejut. Dan lagi, air matanya justru bertambah deras berjatuhan membahasi pipinya. Apa aku berbuat kesalahan?
"C..hanyeol? Chanyeol! A..ku, ah jangan terlalu banyak bergerak, dokter akan segera datang." Ujarnya terdengar begitu bahagia atas kesadaranku.
Lalu, beberapa lama kemudian Dokter datang dan memeriksa keadaanku. Mungkin, lelaki mungil tadi memencet tombol merah untuk memanggilnya. Setelah dokter selesai memeriksaku, dirinya langsung berbicara dengan Baekhyun. Aku tidak tahu hal apa yang dokter itu bicarakan, tetapi aku yakin pasti mengenai kabar gembira, karna detik selanjutnya Baekhyun datang memelukku dengan penuh haru.
"Terimakasih.. hiks, Chanyeol. Kau sudah kembali.. aku-aku tidak tahu harus melakukan hal apa untuk menyeruakan rasa senangku." Ujarnya sambil menatapku.
Aku mengerinyitkan dahiku.
"Baekhyun? Kenapa kau bisa disini? Ka..u, sudah kembali dari Jepang?" tanyaku yang malah ditanggapi ekspresi terkejut dan wajah pucatnya.
*
"Hahahaha!" tawaku menggelegar memenuhi ruang inapku. Aku sudah dipindahkan ke ruang rawat sejak tadi. Alat bantu pernapasanku pun sudah dilepas, sehingga memudahkanku untuk berbicara.
Kulihat, Baekhyun mencibikan bibirnya sambil menatapku tajam. Ibuku dan Ibu Byun hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah usilku.
Ternyata, ideku untuk mengerjai Baekhyun dengan kata-kata yang membuatnya berpikir jika aku hilang ingatan itu berhasil. Ide itu juga melintas begitu saja dipikiranku. Ya meskipun aku tahu, aku sedikit jahat padanya karna membuatnya kembali menangis histeris, tapi aku tetap senang dapat melihatnya baik-baik saja.
"Maafkan aku, Baekkie.." ujarku dengan melas.
"Kau tahu!? Aku hampir saja ingin menenggelamkan diriku di sumur jika kau benar-benar hilang ingatan! Dasar Chanyeol gila! Kau pikir ide jahilmu itu lucu!?" sentaknya.
Aku jadi ketar-ketir sendiri. Baekhyun sepertinya benar-benar marah padaku. Aku menatap Ibuku dan Ibu Baekhyun dengan tatapan memohon, tetapi mereka malah mengalihkan tatapannya ke arah lain seperti menghindari tatapanku.
"B-baek, maafkan aku.. aku hanya.. itu ide yang tadi terlintas begitu saja dipikiranku, dan kupikir itu.. lucu untuk menjahilimu.." balasku dengan gugup. Jika Baekhyun benar-benar marah, aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Karna ini adalah waktu yang tepat untuk aku memperbaiki hubunganku dengannya.
Baekhyun membuang muka ke arah samping lalu aku melirik kea rah sofa dan mendapati kedua orang tua kami sudah tidak lagi berada di ruangan. Sepertinya, aku terlalu serius meminta maaf sehingga tidak menyadari kapan dua wanita tua itu keluar.
"Ba..aek, ayolah.. maafkan aku. Aku janji tidak akan seperti itu lagi." pintaku terdengar begitu menyedihkan. Baekhyun menolehkan kepalanya dan menatapku, detik selanjutnya..
"HAHAHAHAH!!!" Lelaki manisku tertawa dengan sangat lebar dan puas. Wajahnya sudah sepenuhnya memerah karna tertawa. Sementara aku? Hanya melongo menyaksikan dirinya.
"Astaga Chanyeol! Kau benar-benar harus melihat wajahmu tadi! HAHAHA." Ujarnya disambung tawa kembali. Aku mengerinyitkan dahiku, lalu aku memasang ekspresi datar karna baru mengerti jika Baekhyun menertawakanku.
"AAA Chanyeol!" teriak Baekhyun saat aku menarik tangannya untuk mendekat ke arahku meskipun rasa nyeri masih terasa, tapi aku harus memberinya pelajaran.
"Kau ingin bermain-main denganku, hm?" bisikku di telinganya. Posisinya yang menimpa tepat di atas tubuhku, melancarkan aksi gilaku itu,
"Ahh.. Chanyeol."
Sialan.
Aku lupa jika sekitar leher adalah titik sensitive lelaki manisku itu. Dan aku harus menahan ketegangan ini setelah mendengar desahan menggodanya.
"Kau menggodaku?" tanyaku seraya melayangkan beberapa kecupan di lehernya. Aku sudah tidak perduli jika nanti suster ataupun orang tua kami memperogoki kami berdua. Salahkan saja desahan Baekhyun yang membuat nafsuku bangkit.
"Ti..dak Chanyeol." jawabnya. Ia sudah meronta meminta untuk dilepaskan sejak tadi, tapi semakin aku gencar menyerangnya, rontaan itu semakin melemah. Aku yakin, pasti lelaki manisku menikmatinya.
Aku mengangkat wajah Baekhyun untuk menatapku, setelahnya aku melahap habis bibir mungilnya dan langsung dibalas oleh Baekhyun dengan membuka celah untuk lidah Chanyeol agar menari di dalam sana.
"Chanyeol! Baekhyun!"
Oh, Tuhan. Kenapa orang tuaku datang disaat yang tidak tepat?
*
Author Note:
Pendek aja dulu, yang panjangnya disimpen buat nanti wkwk. dadahh!

KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage not Dating
Fanfiction[MPREG/END] Chanyeol adalah seorang pemimpin di perusahaan milik keluarga Park. Tetapi semua kejayaan akan perusahaannya, harus dirinya dapatkan dengan mengorbankan hati dan perusahaannya. Sampai akhirnya, Chanyeol berhadapan dengan kata Perjodoha...