EPILOG

28.6K 1.8K 63
                                    

Epilog

Aku menatap gusar sebuah ruangan dengan kondisi kepala yang terasa ingin meledak. Sejak tadi, kakiku tidak bisa terdiam dan terus aja berjalan mondar-mandir persis seperti setrikaan. Aku mengalihkan pandanganku sekilas ke arloji di tangan, dan kembali berdecak. Ini sudah lewat dari waktu yang di tentukan! Aku mengacak rambutku frustasi dan memilih duduk sambil merapalkan doa agar seseorang disana baik-baik saja.

Tak berapa lama, aku mendengar langkah kaki tergesa menghampiriku.

"Bagaimana keadaannya?"

Aku mengangkat kepalaku dan langsung disuguhi tatapan cemas dari para orang tua. Aku sontak berdiri dan menarik nafas panjang seraya berusaha menenangkan diriku sendiri. "Dokter.. sudah menanganinya sejak tadi.. tapi, kenapa ia belum keluar juga?"

Kulihat, wajah orang tuaku dan orang tuanya semakin panik, sama sepertiku. "Semoga Baekhyun dan anaknya baik-baik saja." ujar Ibuku.

Aku mengamini itu semua dan terus merapalkan doa. Sebenarnya, kelahiran anak pertama kami sangat melenceng dari waktu yang ditentukan. Dokter memberitahu kami jika si kecil akan lahir sekitar tanggal dua puluhan, tetapi, mungkin Tuhan punya rencana lain sehingga mengubah jadwal kelahiran anak kami hingga lebih cepat. Mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu, aku meringis merasa bersalah. Kalau saja, aku tidak menyerangnya secara habis-habisan, pasti anak kami tidak akan lahir lebih awal. Well, salahkan saja perjalanan bisnis sialan ini yang membuatku harus menahan nafsu selama satu minggu.

"Suami, Tn. Baekhyun?"

Aku menoleh cepat dan segera berdiri dihadapan Dokter tersebut. Terlihat jelas bulir-bulir keringat di wajah Dokter tersebut yang menandakan betapa lelahnya dia. "Saya, Dok. Bagaimana kelahirannya?"

"Semua berjalan lancar, istri dan anak anda baik-baik saja." Jawabnya dengan senyuman.

Tanpa sadar, aku menghela nafas lega seperti baru saja bebas dari tahanan. Aku menatap kedua orang tuaku dan Baekhyun dengan senyum lega, begitu juga mereka. "Boleh saya masuk ke dalam?" tanyaku.

"Sebaiknya nanti, setelah Tn Baekhyun kami pindahkan ke ruang inap. Saya sarankan, lebih baik anda melihat bayi anda."

Mataku berbinar mendengar penawaran itu. "Ba-baik dok. Saya ingin melihat keadaan bayi saya."

Dokter tersebut tersenyum dan mengangguk. Sontak, aku segera mengikuti langkahnya yang menuju ruangan tepat di sebelah ruang operasi tadi.

"Nah, itu bayi anda." Ujarnya.

Kulihat, salah satu suster keluar dari sebuah pintu kecil sambil membawa bayi dan menaruhnya tepat di sebuah ranjang kecil. Sepertinya, pintu itu terhubung dengan ruang operasi dimana Baekhyun berada. Tak mau menunggu lama, aku segera menghampiri ranjang itu.

"Dia laki-laki." gumamku menatap seorang bayi mungil berwarna merah dengan penuh haru.

Dokter tersebut mendekat ke arahku, "Ya, anak anda adalah laki-laki. Dia seorang bayi yang kuat meski operasi tadi sedikit ada kendala karna tali pusarnya melilit."

Aku menganggukan kepalaku mengerti. Pantas saja, operasi tadi sangat melenceng dari waktu yang ditentukan. "Terimakasih, Dok."

Tepat hari ini, penerus keluarga Park telah lahir. Park Channie.

- M N D –

"Bagaimana keadaanmu?" tanyaku saat ia sudah sepenuhnya sadar dari biusan sehabis operasi tadi.

Ia menatapku dengan mata sayunya. Terlihat sekali jika kelahiran anak pertama kami benar-benar membuatnya lelah. Senyumnya masih terpantri di wajahnya sejak matanya terbuka menatapku. "Aku baik-baik saja."

Aku tersenyum seraya mengelus surai hitamnya. "Terimakasih, Baek."

"Dia.. laki-laki atau perempuan?" tanyanya. Aku ingat sekali, aku dengannya pernah bertengkar karna masalah jenis kelamin anak pertama kami. Aku menginginkannya gadis kecil yang lucu, sedangkan ia menginginkan laki-laki tangguh.

"Laki-laki. Sesuai permintaanmu." Jawabku.

Matanya berbinar. "Benarkah?! Aku ingin melihatnya!"

Aku terkekeh. "Baiklah, aku akan membawanya kesini."

Tak butuh waktu lama, aku kembali berada di hadapannya dengan anak kami yang berada di dalam gendonganku. Setelah ku-perhatikan lamat-lamat tadi, wajahnya benar-benar replika diriku. Entah ini hanya perasaanku saja atau memang benar.

"Ahh.. tampan sekali." ujarnya begitu aku memberikan Channie ke dalam gendongannya. Ia benar-benar terlihat bahagia, karna aku bisa merasakan itu semua lewat tatapannya. "Apa kau sudah ada nama untuknya?"

Aku mengangguk. "Park Channie."

Ia mengerinyitkan dahinya. "Aku tidak suka."

"Tapi nama itu kan, sesuai ide darimu. Kau bilang ingin sekali menamainya Channie." jawabku.

"Tapi aku inginnya Byun Channie!" sulutnya.

Oh, sepertinya perang dunia kedua akan siap dimulai.

END

Author Note:

Assalamualaikum wkwk. Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih pada semua pembaca yg udah rela baca dari awal sampe akhir plus nunggu apdet plus vote plus coment, pokoknya makasih!!!

Chapter 19 kemarin bener-bener END dan mungkin aku bakal bikin bonus chapter (kalo sempet) ttg kehidupan Chanyeol Baekhyun setelah punya anak. Dan koment kalian kocakkk bgt aku sampe ngakak karna nggak percaya kalo ini END. Apalagi aku apdet di tgl 1 april, bertepatan dgn April Mop! wkwkwk.

Makasih semuanya! Dan aku ada project baru masih coming soon. Aku mau istirahat dulu dari dunia fanfic dan fokus sama sekolah, eskul paskib, pramuka, tari saman dan tugas sekolah yg bejibun! Dadahhh!!!!!!

Ps: kalo nanya kenapa pendek, kan judulnya epilog hihi.

Ps *2: ENDnya ngegantung ya?

Kiss-kiss!😘😘😘

Marriage not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang