"Akhirnya, aku menghirup udara bebas."
Baekhyun yang tengah berada di dapur, hanya terkikik geli kala Chanyeol berbicara yang terdengar seperti buronan yang baru saja keluar dari penjara.
Setelah 928528351 hari Chanyeol lewati di rumah sakit untuk penyembuhannya, akhirnya lelaki tinggi itu bisa menginjakan kakinya di apartement dengan keadaan pulih sepenuhnya. Selama itu juga, Chanyeol harus menahan diri untuk tidak menyerang Baekhyun. Untuk insiden kepergok-orang-tua, Chanyeol harus menahan malu dan kesal karna menjadi bahan ledekan kembali. Tapi, Chanyeol sudah melupakan itu semua, karna sekarang dirinya sudah pulang dan artinya bebas untuk melakukan apapun tanpa diganggu.
"Kata-katamu terdengar sangat menggelikan." Komentar Baekhyun dengan terkikik kembali. Kakinya seraya melangkah menuju ruang utama dengan segelas teh hangat untuk suaminya.
"Terimakasih istri-ku." ujar Chanyeol setelah menerima segelas teh permintaannya. Chanyeol sendiri, tidak yakin dirinya meminta teh pada Baekhyun. Karna biasanya, Chanyeol sangat jarang menyentuh teh dan lebih sering meminum kopi.
Baekhyun melayangkan tatapan tajamnya. "Enak saja! Aku itu laki-laki!" sungutnya.
Chanyeol menyesap tehnya sambil jemarinya tetap berselancar di layar ponsel. "Tapi kau tengah hamil, Sayang. Jelas saja kau itu istri-ku."
"Tetap saja tidak boleh." keukeh Baekhyun.
Detik selanjutnya, dahi Baekhyun berkerut karna Chanyeol terlihat asik sendiri dengan ponselnya. Apalagi, Chanyeol mengabaikan kata-katanya tadi dan lebih memilih tersenyum tidak jelas di depan ponsel.
"Kau... kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Baekhyun seraya mendekati Chanyeol untuk melihat isi ponsel lelaki itu. Tetapi, Chanyeol justru menjauh darinya dan mematikan ponselnya lalu menaruhnya di atas meja.
"Uh.. aku rindu sekali dengan tubuh gembil ini." ujarnya sambil memeluk tubuh Baekhyun dengan erat. Kentara sekali jika dirinya mengalihkan pembicaraan.
Baekhyun melepaskan pelukannya, "Kau mengalihkan pembicaraan?"
Bukannya menjawab, Chanyeol justru kembali menenggelamkan Baekhyun ke dalam pelukannya. Tangannya mengelus surai hitam lelaki itu sambil menghirup wangi strawberry seperti biasanya.
"Chanyeol!"
Chanyeol menghela nafas. Dirinya harus banyak-banyak bersabar menghadapi sikap Baekhyun yang sedikit sentiment karna tengah hamil. "Bukan apa-apa, Sayang."
"Tapi-"
Hmmmphh..
"Kau sangat menggoda." Bisik Chanyeol setelah melayangkan sebuah ciuman panas kepada Baekhyun.
Baekhyun melayangkan tatapan mematikannya dengan nafas yang tersengal. Ia bisa mati secara perlahan jika Chanyeol terus menyerangnya secara tiba-tiba begini.
"Baek, bolehkah? Adikku sudah bangun, dan ka..u tahu? Kita sudah lama-"
Hmmmpfftthh..
Detik selanjutnya, hanya terdengar suara desahan dan decitan ranjang dari kamar keduanya.
**
Baekhyun terbangun kala suara ponsel yang nyaring memekik telinga serta sinar matahari yang menusuk ke wajahnya mengganggu. Baekhyun berusaha bangkit dari tempat tidur dan meraih ponsel yang ternyata adalah milik Chanyeol dengan susah payah. Ya, bukan Chanyeol namanya jika tidak menyerangnya seperti kesetanan dan sampai pagi buta.
Selanjutnya, Baekhyun mengerinyitkan dahinya saat membaca nama penelpon yang tertera di layar. Kang Sora. Baekhyun berpikir mungkin itu adalah rekan bisnis Chanyeol saja. Tetapi, jika di teliti lagi, tidak mungkin rekan bisnis suaminya itu menghubungi langsung ke nomor pribadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage not Dating
Fiksi Penggemar[MPREG/END] Chanyeol adalah seorang pemimpin di perusahaan milik keluarga Park. Tetapi semua kejayaan akan perusahaannya, harus dirinya dapatkan dengan mengorbankan hati dan perusahaannya. Sampai akhirnya, Chanyeol berhadapan dengan kata Perjodoha...