Bab 12

17.3K 1.9K 61
                                        

Pulang.

Mungkin kata itu adalah yang paling tepat untuk seorang Baekhyun. Lelaki dengan surai hitamnya itu memilih pulang dengan segudang air matanya dan mata membengkak. Ngomong-ngomong, pulang kali ini berbeda. Bukan pulang ke apartement seperti biasanya, melainkan rumah kedua orang tuanya. Percis seperti lagu di negri sebrang.

"Aku tetap ingin bercerai!" rengek Baekhyun yang sedikit tidak pantas. Mengingat lelaki mungil itu sudah menikah dan melakukan malam panas yang panjang.

Ny Byun menghela nafas.

Sebenarnya, saat Baekhyun datang tadi, dirinya mengira bahwa Baekhyun adalah korban kekerasan seksual di tengah jalan. Tetapi, ternyata bukan. Baekhyun datang karna masalah yang terus dihadapi dan tidak pernah berhenti. Jujur, Ny Byun merasa sedih dan merasa bersalah karna menerima perjodohan ini. Padahal, ia berniat untuk membuat Baekhyun lebih mandiri dan mengerti bagaimana hirup pikuk kehidupan ber-rumah tangga yang sebenarnya.

"Tapi, Baek, eomma yakin kau hanya salah paham," ujar Ny Byun dengan kata yang sama sejak tadi. Satu titik dihatinya berkata bahwa ini adalah karna kesalah pahaman. Ny Byun yakin Chanyeol sudah berubah.

"Dengarkan eommamu, Baek. Jangan terlalu cepat mengambil sebuah keputusan," sambung Tn Byun. Lelaki berstatus Ayah Baekhyun ini harus pulang lebih awal karna Ny Byun yang menelfonnya dan berkata bahwa keadaan Baekhyun darurat.

Tn Byun pikir, Baekhyun baru saja terkena musibah besar.

"Pokoknya, aku tetap ingin bercerai! Park gila itu benar-benar mempermainkan perasaanku!" omelnya sampai-sampai telinga Ny Byun sedikit panas akibat sumpah serapah yang anaknya berikan itu untuk Chanyeol.

Ny Byun melirik suaminya, mengerti, segera saja Tn Byun mengajak istrinya itu untuk keluar dari kamar Baekhyun. Meninggalkan Baekhyun yang sudah memasang wajah tertekuk karna ditinggal sendirian.

"Bagaimana? Apa kita harus memberitahu keluarga Park?" tanya Ny Byun.

Tn Byun membuang nafasnya kasar, "Sudah pasti kita harus berdiskusi dengan keluarga Park dan meminta penjelasan pada Chanyeol tentang kejadian yang sebenarnya," ujarnya.

Ny Byun mengangguk setuju dan kemudian mendial nomor keluarga Park. Mengatakan keinginan Baekhyun dan meminta untuk bertemu untuk kejelasan selanjutnya.

*

Pemalas.

Itu adalah tipe Baekhyun sekali. Saat Ibunya meminta untuk segera bersiap karna harus menghadiri makan malam dengan orang penting, Baekhyun menolak. Tentu saja! Heol, keadaannya tengah buruk karna patah hati, tetapi Ibunya malah mengajaknya makan seolah anaknya ini baik-baik saja.

"Berhenti merengek, dan segera bersiap! Atau eomma coret namamu dari kartu keluarga!" ancamnya.

Baekhyun memutar bola matanya malas. Ancaman Ibunya itu sangat mainstream.

Karna melihat Baekhyun yang sama sekali tidak terlihat takut, Ny Byun memberikan tatapan tajamnya hingga membuat Baekhyun harus bangkit dari tempat tidur dengan ocehannya

Setelahnya, Ny Byun tersenyum ketika Baekhyun sudah memasuki kamar mandi. Semoga saja, langkah dirinya sebagai orang tua lelaki mungil itu yang terbaik.

Well, disinilah Baekhyun. Disebuah restoran mewah dengan pakaian super formal. Hatinya sudah ngedumel sendiri sejak pantatnya bersemayam di kursi restoran lima menit yang lalu. Demi apapun! Baekhyun tidak menyangka kedua orang tuanya akan mempunyai rencana yang seratus persen Baekhyun benci ini.

Baiklah, kedua orang tuanya itu mempertemukannya dengan keluarga Park. Sekali lagi, keluarga Park! Baekhyun rasanya ingin menceburkan diri ke Sungai Han atau melompat dari atas Namsan Tower saja. Apalagi saat dirinya datang, Ny Park tersenyum ramah tetapi matanya tersirat akan kesedihan. Dan Baekhyun sangat tidak bisa mendapatkan tatapan seperti itu.

"Ah maaf, aku baru saja kembali dari toilet."

Dejavu.

Saat suara itu terdengar, tubuh Baekhyun seperti tersengat ribuan lebah. Ritme jantungnya berdetak tidak karuan. Dan Baekhyun sangat rindu dengan suara itu. Setelah tiga hari tidak bertemu, dan tidak melakukan komunikasi sama sekali, rasanya Baekhyun ingin sekali memeluk tubuh tingginya.

Chanyeol dengan pakaian tidak kalah formalnya, menatap tubuh mungil Baekhyun dengan tatapan sendunya. Ia kemudian mendudukan dirinya berhadapan dengan Baekhyun langsung. Air matanya sudah ia tahan sejak melihat lelaki manis itu. Entah kenapa, Chanyeol bisa se-cengeng ini jika berhadapan dengan Baekhyun.

Apa boleh, Baekhyun menatap lelaki tinggi itu? Baekhyun sangat rindu wajah tampannya.

Saat Baekhyun mencoba melirik Chanyeol, lelaki itu ternyata membalas tatapannya. Dan Baekhyun ingin menangis setelah melihat wajah Chanyeol yang terlihat lebih kusam. Kantung mata yang menghiasi wajah dan tatapannya sangat sendu. Baekhyun tidak suka! Lelaki di depannya bukanlah Chanyeolnya. Chanyeol yang Baekhyun kenal adalah lelaki tampan dengan wajah arogan dan tatapan tajam. Bukan Chanyeol yang terlihat lemah dengan tatapan sendunya.

"Baekhyun,"

Jantung Baekhyun seperti ingin copot saat suara itu memanggilnya. Baekhyun mengangkat kedua kepalanya, kemudian tersadar jika para orang tua sudah meninggalkan mereka berdua saja. Untung saja, ruangan ini sudah di reservasi untuk pribadi, sehingga tidak akan ada orang yang melihat kecanggungan ini.

"Y..a?"

Detik kemudian, Chanyeol datang menyerbu tubuh mungil Baekhyun. Memeluk lelaki mungil itu dengan eratnya.

Baekhyun tertegun. Air matanya sudah berbondong-bondong berjatuhan sejak tadi. Setelahnya, Baekhyun baru menyadari jika bahu yang berfungsi sebagai tumpuan kepala Chanyeol saat ini, basah.

Chanyeol menangis dalam pelukan Baekhyun.

"Ak..u, maa..fkan ak..u," ujar Chanyeol terbata. Tidak ada yang bisa menggambarkan suasana hati Chanyeol saat ini. Seluruh beban selama Baekhyun meninggalkannya, seperti terlepas setelah menangis dan memeluk lelaki mungil itu.

"J..angan menangis," bisik Baekhyun.

Chanyeol melepaskan pelukannya, menatap kedua mata Baekhyun dengan matanya yang sembab. "T..olong, pukul aku, Baekhyun," ucapny terbata karna menahan isakan.

Baekhyun menggeleng dan air matanya semakin tidak bisa terkendali. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis hebat.

Chanyeol kembali menenggelamkan tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Menghirup wangi surai hitam Baekhyun dan mengecupnya. Kemudian semakin mempererat pelukan setelah Baekhyun membalas pelukan itu. Disini, detik ini, mereka seolah bersikap saling menguatkan akan masalah yang ada. Bersikap seolah jika mereka bisa menghadapi masalah ini dengan seksama.

"Ja..ngan lakukan itu, ku mohon," ujar Chanyeol.

Baekhyun langsung mengerti arah pembicaraan mereka kali ini. Setelahnya, Baekhyun melepaskan pelukan mereka. Menatap yakin mata Chanyeol dengan tatapan terlukanya.

"Tidak Ch..anyeol, kita.. harus berpisah,"

Chanyeol mencoba untuk menggenggam tangan Baekhyun, tetapi lelaki mungil itu menolaknya. Tunggu, kemana Baekhyun yang menerima segala perlakuannya? Kemana Baekhyun yang merupakan seorang penguntit? Ini bukan seperti Baekhyunnya.

"A..ku bisa menjelaskan semuanya, Baekhyun. Kau hanya salah paham-"

"Aku melihatnya dengan jelas!" teriak Baekhyun kemudian menangis dengan tubuh bergetar. "Berhenti mempermainkan perasanku dan mempersulit segalanya!"

"Arghh!" Chanyeol berteriak seraya mendorong meja restaurant hingga jatuh tidak berdaya. Lalu, lelaki tinggi itu menghapus air matanya yang tidak juga berhenti, kemudian menatap Baekhyun dengan tajam.

"Jika itu memang keinginanmu, aku akan menyetujuinya." ujarnya datar dengan tatapan arogan seperti Chanyeol yang sebenarnya. "Dan satu lagi, aku mencintaimu dan mungkin hanya aku yang ingin pernikahan ini terus berlanjut."

Setelahnya Chanyeol meninggalkan Baekhyun seorang diri dengan keadaan hancur.

Manusia dapat berencana, tetapi Tuhan mempunyai rencana lain. Dan mungkin, ini rencana Tuhan yang sebenarnya.

*

Author note:

Gimana pendapat kamu tentang bab ini? Baper? Atau malah kesel? xD

Marriage not DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang