6. Break up

220 29 6
                                    

Melisa Kirana on mulmed, guys. Cantik ya kaya gue. #Yha

Happy reading!

"Hah apa?!" Reflek Lisa berteriak. Gilang menatap Lisa aneh. Lisa menarik rambutnya ke belakang dengan frustasi.

"Kenapa?" Tanya Angga di seberang sana.

Lisa menggigit kukunya dengan gugup, "Jangan..Ga. Gue-"

"Kita udah deket woi, ntar lagi nyampe. Jangan kecewain Angga!" Seseorang berteriak di seberang sana yang Lisa yakini itu suara Vano.

"Diem Van anjir berisik banget!" Samar-samar terdengar suara seseorang lainnya di telepon. Lisa mengenali suara itu. Itu suara Radit.

"Balikin hp gue bangkeee!" Angga merampas ponselnya.

"Udah ya Sa, ngasih tau itu doang. Bye..."

Nafas Lisa tercekat. Dengan panik Lisa membanting ponselnya ke atas sofa. "Angga and the geng otw kesini!" Teriaknya panik.

Vina membelalakkan matanya, "Ada Vano dong?"

"Iya! Anjir kalian ngumpet buruan!" Lisa menarik tangan Gilang dan Rizki. Gilang dan Rizki yang kebingungan pun hanya menurut saat Lisa menariknya ke kamar tamu.

Lisa membuka pintu kamar mandi yang ada di dalam kamar tamu, lalu menyuruh Gilang dan Rizki masuk ke dalam.

"Ngumpet di kamar mandi? Lo nggak ada tempat yang lebih elit dikit?" Protes Rizki. Lisa mendengus, "Udah masuk aja! Jangan banyak bacot!"

"Jangan keluar sebelum gue panggil." Perintah Lisa sebelum menutup pintu kamar mandi. Bersamaan dengan Lisa kembali ke ruang tengah, terdengar suara ketukan pintu yang Lisa yakini itu Angga and the geng.

"Masuk,Ga." Lisa tersenyum tipis mempersilahkan Angga masuk. Raihan berdehem, "Angga doang? Kita nggak di suruh masuk?"

"Ya tinggal masuk aja kali ngapain nunggu disuruh," Ujar Radit seraya menerobos masuk ke dalam rumah diikuti oleh Raihan dan Vano. Sementara Angga masih mematung di pijakannya.

"Nggak masuk, Ga?" Tanya Lisa.

"Itu mobil siapa?" Angga menunjuk mobil Rizki yang terparkir di depan garasi Lisa.

"Mobil tetangga. Tadi dia nitipin ke gue." Jawab Lisa mencoba untuk santai.

Angga pun mengangguk pelan meski ia tahu Lisa bohong. Ia lalu masuk ke dalam rumah. Lisa menutup pintu perlahan, lalu membuntuti Angga yang berjalan menuju ruang tengah.

"Eh ada Vina? Jodoh emang nggak kemana ya beb." Vano duduk di sebelah Vina lalu menyandarkan kepalanya di bahu Vina. Vina mengernyit jijik, ia menjauhkan kepala Vano dari bahunya. "Jauh-jauh dari gue. Lo rabies,"

Radit dan Raihan terbahak melihat wajah Vano yang masam.

"Ada pizza woi! Gila anjir banyak banget. Kalian makan ini berdua doang?" Radit mengambil sepotong pizza dari meja. Lisa yang baru saja duduk pun hanya tersenyum tanpa dosa, "Iya. Kita berdua laper banget. Ya kan Vin?" Lisa melirik Vina meminta persetujuan. Vina pun menganggukan kepalanya menyetujui.

"Ganas." Gumam Raihan lalu ikut mengambil sepotong pizza yang masih tersisa banyak.

"Itu koper siapa?" Vano menunjuk koper berwarna abu-abu milik Lisa. Vina membelalak, ia menatap Lisa yang juga sedang menatapnya.

"Koper bang Akmal. Dia lagi keluar, rencananya hari ini dia mau pulang tapi nggak jadi." Kilah Lisa. Vina menghela napas lega mendengarnya.

Mereka pun berbincang-bincang sambil menikmati acara televisi yang ada. Pizza yang Lisa pesan pun telah tandas semuanya. Akibat Radit dan Raihan yang paling banyak mengambil jatah. Semuanya terlihat normal, namun tidak dengan Angga. Sedari tadi cowok itu banyak melamun, ia hanya berbicara satu atau dua patah kata.

DiseasedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang