[14]

8.1K 913 145
                                    


Musim dingin telah tiba. Hermione berkali-kali mengatakan pada Draco agar menyuruh seseorang untuk membenarkan alat pemanas ruangannya. Tapi pria itu tetap saja bergelung malas di atas tempat tidur.

"Draco! Bangun!"

"Ngghh.. lima menit lagi, love."

"Kau sudah mengatakan itu dari satu jam yang lalu, Dar-ling." Hermione memutar bola matanya.

"Pemanasnya mati, Draco. Kau harus membetulkannya."

"Beli saja yang baru."

Hermione bertolak pinggang, "Kau mau boros? Bahkan kau belum mendapatkan pekerjaan."

ya, Hermione dan Draco memutuskan untuk hidup berdua saja. Tanpa teman, tanpa keluarga. Mereka benar-benar menghilangkan diri. Pergi dari dunia sihir dan tidak lagi menggunakan kekuatan sihir mereka. Itu bertujuan agar auror tidak ada yang menemukan mereka. Berkali-kali mereka harus berpindah karna tempat mereka tinggal di ketahui oleh auror. Tapi karna duet kecerdikan dari kedua orang ini, mereka berhasil melarikan diri tanpa jejak sedikitpun.

Saat hari pernikahan Hermione dan Ron, gadis itu membawa Draco lari atau bisa di sebut ber-apparate, ke rumah neneknya yang sudah lama tidak terpakai di Australia. Beberapa hari kemudian, Draco mengendap-endap ke gringgots untuk mengambil sejumlah uang dan membeli kebutuhan lainnya di diagon alley. Untung Ia cerdas, jadi Ia bisa ngeles saat bertemu orang-orang yang dikenalnya.

"Aku membawa banyak uang, love. Bahkan uang kita tidak akan habis sampai anak kelima kita menjadi kakek atau nenek."

Hermione mendengus. Ia lupa kalau Ia berhadapan dengan makhluk sebangsa Malfoy.

"Kita tidak tahu apa yang terjadi ke depannya, Draco. Jadi lebih baik, kau berhenti bermalas-malasan dan jadilah pria dewasa!"

Hermione geram sendiri. Draco terkadang memang bersikap dewasa. Kelewat dewasa malah. Apalagi saat kegiatan-kegiatan 'tertentu' mereka. Tapi tetap saja sifat kekanak-kanakan Draco tidak hilang-hilang.

"Draco.. cepat bangun atau aku-"

Hermione menghentikan ucapannya. Tiba-tiba Ia merasa kepalanya berputar-putar dan akhirnya tubuhnya roboh begitu saja.

Draco yang mendengar seperti ada benda jatuh, akhirnya terbangun. Ia terkejut ketika melihat Hermione yang sudah jatuh terduduk.

"Astaga, Hermione! Kau kenapa?" Draco langsung loncat dari kasurnya dan menghampiri wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

"Ke-kepalaku pusing, Draco." Lirih Hermione. Draco pun langsung menggendong Hermione dan menidurkannya di atas tempat tidur.

"Tunggu, aku akan menelfon dokter."

Draco berjalan ke luar kamar dan mengambil ponselnya lalu menelfon dokter pribadi mereka.

"Sebentar lagi Ia akan datang, sayang. Kau masih kuat 'kan?"

Hermione hanya mengangguk. Ia menutup matanya karna dunianya seakan berputar-putar.

"Lambat sekali, sih! Apa muggle tidak bisa ber-apparate seperti kita?!"

Hermione sedikit tersenyum mendengar gerutuan Draco. Hampir dua tahun mereka menetap di dunia muggle, tapi tidak sehari pun Draco berhenti mengeluh.

"Diamlah, Draco. Kau hanya harus bersabar."

"Sabar? Istriku kesakitan seperti ini, dan aku harus bersabar?!"

Hermione terkekeh, "Aku baik-baik saja, Draco."

Pria itu mendengus. Ia akhirnya diam. Walau tidak ada yang bisa pastikan kalau Ia tidak mengumpat dalam hati.

...

My STUPID Girl [DRAMIONE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang