Dia percaya, cinta bisa membuat seseorang menjadi bodoh. Katanya, kalau kita mencintai seseorang, maka kita harus ikut bahagia jika orang yang kita cintai bahagia. Walaupun alasannya bahagia adalah orang lain. Ya, itu memang benar. Tapi, itu adalah tindakan bodoh. Kenapa? Jelas-jelas kau merasa sakit, tapi kau tetap membohongi hati sendiri dan mengatakan kalau semuanya baik-baik saja.Jas mahal hitam telah melekat di tubuhnya. Ia berdiri di depan cermin yang seukuran tubuhnya. Sambil sedikit membenahi tatanan rambut dan pakaiannya, laki-laki itu terus saja memikirkan hal-hal yang jelas-jelas tidak mungkin terjadi. Seperti.. ini adalah mimpi. Dan dia akan bangun sesaat lagi.
"Wake up, Draco." Gumamnya sendiri. Ia tersenyum miring memandangi tampilannya.
Lumayan. Lumayan untuk datang ke pernikahan orang yang dia cintai.
Miris.
Sangat miris.
Dia tertawa getir. Sebentar lagi, gadis yang dicintainya akan benar-benar menjadi milik orang lain. Kenapa selama hidupnya, dia tidak pernah mendapatkan apa yang dia inginkan? Memang dia ingin kekayaan ini? Tidak. Dia ingin menjadi nomor satu? Tidak. Itu hanyalah obsesi orangtuanya. Jauh di dalam lubuk hatinya, dia hanyalah Draco. Anak laki-laki biasa yang diam-diam selalu berdoa untuk bebas walau hanya sehari. Menjadi diri sendiri dan melakukan apapun yang dia mau.
Draco Malfoy. Andai namanya bukan itu. Andai dia adalah bukan dirinya yang sekarang. Apa mungkin Ia akan mendapatkan Hermione?
Ah, tak baik berandai-andai. Lebik baik Ia memantapkan hati untuk hari ini. Hari yang tak akan pernah bisa Ia lupakan.
"Mate, kau sudah siap?" Terlihat kepala Theo yang menyembul dari pintu.
"Sebentar lagi."
"Oke, aku tunggu di bawah."
Draco mengangguk. Ia menghela napas sejenak, lalu membenarkan keras jasnya sekilas dan melangkah mantap ke luar ruangannya.
Aku mencintaimu. Tapi hatiku tidak bisa memilikimu. Terkadang, cinta memang tak seberuntung apa yang aku bayangkan.
...
Dia tidak pernah membayangkan berada di posisi seperti ini. Sejak kecil, dia bermimpi menikah dengan seorang pangeran yang dicintainya dan mencintainya. Lalu Ia akan hidup bahagia. Hanya berdua.
Tapi bagaimana Ia akan hidup bahagia bersama suaminya nanti, kalau otak dan hatinya terus tertuju pada pria lain? Kenapa hidup ini begitu rumit? Kenapa semuanya terjadi pada dirinya?
Dipandangi pantulan dirinya yang tampak sangat berbeda. Bahkan Ia sempat mengira kalau apa yang dia lihat di cermin adalah bukan dirinya. Ia tampak cantik dengan gaun putih bertahtakan mutiara di beberapa sisinya. Ditambah tiara mungil yanng tersembat di kepalanya.
"Hermione.."
Gadis itu menoleh. Ia mendapati Ron yang juga sudah rapi dengan setelan jas pernikahannya. Laki-laki itu tersenyum cerah ke arah Hermione, lalu mendekati gadis itu.
"Hai."
Hermione tersenyum, "Kau ini kenapa, ron? Kenapa aneh begitu?"
Ron senyum-senyum tidak jelas, "Kau cantik sekali."
"Haha, terimakasih Ronald." Hermione berusaha senormal mungkin. Walau jujur saja, hatinya terasa tidak tenang. Apa keputusannya menikahi Ron benar?
"Mione.." Ron tiba-tiba mengambil tangan Hermione dan menggenggamnya.
"Terimakasih."
Hermione tersenyum lagi. Namun senyum itu tidak sampai ke matanya. Ia terus menatap mata Ron dalam-dalam. Berusaha mencari debaran ketika menatap mata itu. Tapi ternyata tidak ada. Rasanya kosong. Tidak ada kupu-kupu bertebaran seperti biasanya. Apa benar hatinya sudah benar-benar berpindah? Apa tidak ada sedikit pun rasa untuk calon suaminya ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My STUPID Girl [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya kalau Hermione Granger yang terkenal dengan sebutan The Brightest Witch Of Her Age dan Gryffindor sejati berubah menjadi murid paling bodoh, idiot, sembrono, cengeng, manja, dan penakut? Itu semua terjadi karna kecelak...