Malam tanpa bintang telah menyambutnya. Dengan tangan yang Ia tumpukan di pembatas pagar lantai dua, Draco memandangi langit hitam yang kelam. Sesekali Ia memandangi Hermione yang sedang tertidur pulas di atas sofa. Sepertinya wanita itu jadi sering kelelahan semenjak kehamilannya.Senyum kecil terukir di wajah pucat Draco. Semua luka yang Ia dapatkan dari pukulan Harry telah hilang. Terimakasihlah pada kekuatan magic. Kalau tidak, Ia pasti sudah dicecar seribu satu pertanyaan oleh istrinya itu.
Kaki panjangnya mulai melangkah masuk. Ia duduk bersimpuh di samping sofa yang ditiduri Hermione. Mengamati wajah cantik istrinya yang damai bak malaikat.
Dibelainya pipi kemerahan itu. Sungguh, Ia tak akan sanggup kehilangan Hermione. Kenapa cerita mereka terlalu rumit? Kenapa sepertinya takdir tak pernah berpihak pada mereka?
Tangan dingin Draco beralih pada perut Hermione yang tertutup kaos. Ia mengelus perut istrinya yang masih terlihat rata itu. Namun, Ia tahu kalau di dalamnya ada malaikat kecilnya.
"Hai, malaikat kecilnya ayah. Kamu sedang apa?" Tanya Draco seperti berbisik. Ia menempelkan telinga kirinya pada perut Hermione.
"Jaga ibumu ya, sayang. Jangan nakal-nakal, oke?" Lirih Draco. Dadanya sungguh sesak.
"Pergi. Pergi dari hidup anakku selamanya-lamanya."
"Ayah tidak mau meninggalkan kamu, sayang."
Pelupuk mata pria berkulit pucat itu kini sudah tergenang air mata. Dengan ibu jarinya, Ia menyeka lelehan kristal bening itu.
"Ayah cinta kalian berdua."
"Kami juga mencintaimu, ayah."
Draco mengangkat kepalanya. Namun, terlebih dulu Ia menyeka kembali air matanya.
"Kau menangis?"
Draco tersenyum lalu menggeleng.
"Kau tidak bisa bohong padaku, Draco." Hermione segera duduk. Ia mengangkat dagu Draco agar sejajar dengan wajahnya. Wanita itu meneliti gurat wajah suaminya. Terlihat ada yang berbeda.
"Apa yang kau sembunyikan?"
Lagi-lagi Draco menggeleng. Ia hanya menatap mata Hermione. Tak mau melepaskan tatapan itu walau hanya sedetik.
"Draco.." Hermione memandang Draco dengan mata menyipit. Ia sudah hafal dengan gelagat suaminya ini.
"Beritahu aku, Draco."
Draco menghela napasnya. Tapi Ia tidak menjawabnya. Ia hanya duduk di sebelah Hermione dan memeluk pinggang wanita itu. Menyandarkan kepalanya pada bahu Hermione.
"Kenapa?" Tanya Hermione sambil mengelus kepala Draco. Lagi dan lagi, pria itu hanya menggeleng. Membuat Hermione berdecak sebal.
"Draco! Beri tahu aku, kau kenapa?!"
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin memelukmu seperti ini. Tak apa 'kan?"
Hermione menyerah. Ia tahu kalau Draco itu sangat keras kepala. Maka Ia hanya diam. Ikut merangkul Draco dengan sebelah tangannya, lalu kembali tertidur sambil mendekap suaminya itu.
Hati Draco terasa diiris-iris oleh sembilah pilu yang seakan mengoyak pertahanannya. Ia menangis dalam diam. Didekapnya Hermione lebih erat. Tolong beritahu, bagaimana cara melepaskan dua orang ini? Bagaimana caranya hidup tanpa mereka?
Lebih baik Ia mati saja. Toh, tidak ada gunanya hidup tanpa jiwa.
...
"Mom? Dad?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My STUPID Girl [DRAMIONE]
Fanfiction[COMPLETED] Bagaimana jadinya kalau Hermione Granger yang terkenal dengan sebutan The Brightest Witch Of Her Age dan Gryffindor sejati berubah menjadi murid paling bodoh, idiot, sembrono, cengeng, manja, dan penakut? Itu semua terjadi karna kecelak...